Perancang busana lokal di Lampung ditantang untuk terus menggali kearifan lokal guna menciptakan karya. Pelaku usaha ekonomi kreatif itu dituntut menghasilkan produk yang berkualitas, unik, dan kekinian.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Perancang busana lokal di Lampung ditantang untuk terus menggali kearifan lokal guna menciptakan karya. Pelaku usaha ekonomi kreatif itu dituntut menghasilkan produk yang berkualitas, unik, dan kekinian. Peluang pasar busana yang begitu besar merupakan ladang yang harus dimanfaatkan.
Dalam pembukaan Lampung Fashion Show Ke-4 dengan tema ”Urban Etnik”, Selasa (19/11/2019), di Bandar Lampung, Sekretaris Daerah Lampung Fahrizal Darminto menuturkan, pengembangan busana di Lampung yang memadukan kearifan lokal menjadi keunikan dan kekuatan yang harus terus dikembangkan. Ia menilai, masih banyak kearifan lokal Lampung yang bisa digali. Motif tapis yang beragam, misalnya, perlu terus dieksplorasi oleh perancang busana untuk menghasilkan produk yang berkualitas.
Menurut dia, kegiatan pameran busana itu digelar untuk mempromosikan karya perancang busana lokal dan mengembangkan sektor ekonomi kreatif di Lampung. Sektor ini terbukti mampu menumbuhkan inovasi, membuka lapangan kerja, serta memacu kompetisi yang sehat di kalangan perancang busana.
Fahrizal menambahkan, saat ini, Pemerintah Provinsi Lampung tengah menjajaki kerja sama pembukaan penerbangan internasional rute Lampung-Malaysia dengan maskapai AirAsia. Hal itu tentu menjadi peluang pasar yang besar bagi pelaku usaha kreatif di bidang busana, aksesori, dan kuliner di Lampung untuk mempromosikan produk domestik.
Dalam konteks itulah, perancang busana ditantang menghasilkan produk yang berkualitas yang mampu menggaet minat wisatawan. Dengan begitu, produk busana yang berbasis kearifan lokal bisa lebih mendunia.
Perancang busana ditantang menghasilkan produk yang berkualitas yang mampu menggaet minat wisatawan.
Laila Ninda, salah satu perancang busana peserta Lampung Fashion Show, mengatakan, dirinya semakin terpacu untuk berkarya dengan berbagai kegiatan pameran busana yang digagas Pemprov Lampung. Kali ini, dia mengangkat tema keberagaman yang ditampilkan dalam 10 desain gaun wanita. Dengan memadukan kombinasi warna hitam dan merah, Ninda membuat produk gaun dengan paduan batik cap dan batik tulis dengan motif siger.
Setiap kali merancang produk, Laila selalu mengombinasikannya dengan kearifan lokal dan budaya masyarakat Lampung. Selain mendatangi museum, penggalian ide dilakukan dengan berbincang dengan tokoh adat.
Sementara itu, perancang busana lainnya, Rico Febrian, tertantang menciptakan busana dengan aksen tapis dan batik yang lebih kasual dan bisa dipakai kalangan anak muda. Dengan produk tersebut, dia ingin tapis dan batik yang selama ini lebih banyak dipakai untuk acara adat dapat dipakai untuk santai.
Dia menilai, pameran busana itu cukup membantu pelaku usaha busana seperti dirinya untuk mempromosikan produk. Selain membuka pasar baru, kegiatan itu penting untuk memopulerkan merek dagang pelaku usaha.
Ketua Dewan Kerajinan Nasional Provinsi Lampung Riana Sari menuturkan, selain lewat pameran busana, pemerintah telah mendorong promosi produk busana lewat kegiatan festival. Selain itu, pemerintah daerah juga memfasilitasi pelaku usaha untuk memajang produknya di tempat strategis, seperti ruang pajang bandara dan gedung pusat kerajinan daerah.