Ratusan Personel dan Alat Berat Disiagakan di Banyumas
Pemerintah Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, mewaspadai bencana tanah longsor, banjir, serta angin puting beliung memasuki masa pancaroba dan musim hujan. Sebanyak 700 personel gabungan dan alat berat disiagakan.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
PURWOKERTO, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, mewaspadai bencana tanah longsor, banjir, serta angin puting beliung memasuki masa pancaroba dan musim hujan. Sebanyak 700 personel gabungan dari instansi pemerintah daerah, TNI/Polri, serta masyarakat disiagakan mengurangi dampak bencana.
”Dari 27 kecamatan di Banyumas, sebanyak 18 kecamatan rawan bencana gerakan tanah longsor, seperti wilayah Lumbir, Gumelar, Somagede, Cilongok, atau di lereng Gunung Slamet serta di Pegunungan Serayu bagian selatan,” kata Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Kabupaten Banyumas Didi Rudwianto, Rabu (20/11/2019), seusai apel siaga antisipasi bencana, di Purwokerto, Kabupaten Banyumas.
Selain itu, terdata 11 kecamatan rawan angin puting beliung, 6 kecamatan rawan banjir, dan 6 kecamatan rawan terdampak erupsi Gunung Slamet. Menurut Didi, Bupati Banyumas Achmad Husein juga meminta antisipasi penyakit pada musim hujan, seperti malaria, demam berdarah, chikungunya, serta diare.
Sebagai antisipasi pencegahan serta penanganan bencana alam, lanjut Didi, koordinasi antarpihak, seperti pemerintah daerah, TNI-Polri, serta relawan kelompok masyarakat hingga tingkat desa, perlu diperkuat. Melalui pembentukan desa tangguh bencana, pembinaan Banser, Pemuda Pancasila, serta Pramuka, diharapkan bencana bisa diantisipasi dan dampaknya diminimalkan.
”Kami minta jika ada retakan-retakan tanah untuk segera ditimbun supaya tidak menjadi jalan masuk air yang memicu longsor,” tutur Didi.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banyumas Ariono Poerwanto menambahkan, kecamatan yang rawan longsor di Banyumas antara lain Kecamatan Tambak, Somagede, Lumbir, Pekuncen, dan Gumelar. Adapun untuk bencana alam banjir, kecamatan yang rawan terdapat di Banyumas, Patikraja, Tambak, Kemranjen, serta Sumpiuh.
Salah satu bentuk kesiapsiagaan pemerintah daerah adalah dengan menyiapkan 10 unit alat berat yang bisa dimanfaatkan sewaktu-waktu jika terjadi bencana alam. ”Semuanya, unit dan operator, siap on call (berdasarkan panggilan). Alat berat disiapkan di Ajibarang dan Wangon,” tutur Didi.
Komandan Kodim 0701 Banyumas Letkol Inf Candra menyampaikan, pihaknya menyiagakan 400 personel untuk bekerja sama dengan berbagai instansi dalam penanggulangan bencana alam. ”Kami menyiapkan 400 personel. Kegiatan ini memberikan keyakinan bahwa Banyumas siap antisipasi terhadap bencana, baik personel maupun peralatan dan perlengkapan,” kata Candra.
Berdasarkan data BPBD Banyumas, pada 2017 terjadi 840 bencana yang meliputi angin kencang, banjir, tanah longsor, kebakaran, dan kekeringan. Pada 2018 tercatat 152 bencana tanah longsor, puting beliung, kebakaran, dan pohon tumbang.
Dari catatan Kompas, pada 31 Agustus 2010 pernah terjadi longsor besar di Banyumas. Lereng setinggi 100 meter longsor dan menimpa dua rumah warga di Dusun Gemulung, Desa Kemawi, Kecamatan Somagede, Banyumas. Kejadian itu mengakibatkan 8 orang tertimbun dan 6 orang di antaranya tewas.