Karakter erupsi gunung api yang terjadi pada Gunung Merapi terbilang sangat lengkap dan kompleks. Kesimpulan ini menguat dari sejumlah kejadian erupsi yang terjadi dalam 13 tahun terakhir.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Karakter erupsi gunung api yang terjadi pada Gunung Merapi terbilang sangat lengkap dan kompleks. Kesimpulan ini menguat dari sejumlah kejadian erupsi yang terjadi dalam 13 tahun terakhir.
”Selama dua kali erupsi sebelumnya, yaitu 2006 dan 2010, semuanya memiliki karakter yang berbeda-beda dan jelas tidak sama dengan yang terjadi saat ini,” ujar Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida saat ditemui di sela-sela kunjungannya ke Desa Sumber, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Rabu (20/11/2019).
Dengan kondisi tersebut, Hanik mengatakan, segenap warga di lereng Gunung Merapi dan BPPTKG Yogyakarta harus terus belajar memahami kondisi Gunung Merapi.
Selama dua kali erupsi sebelumnya, yaitu 2006 dan 2010, semuanya memiliki karakter yang berbeda-beda dan jelas tidak sama dengan yang terjadi saat ini.
Gunung Merapi mengeluarkan letusan freatik pada 2012-2014. Selanjutnya, mulai 21 April 2018 hingga sekarang, Gunung Merapi dinyatakan berstatus Waspada. Status Waspada tersebut adalah status terlama yang ditetapkan pada Gunung Merapi.
Kondisi tersebut tidak terjadi pada 2006 dan 2010. Dalam dua kali erupsi tersebut, peningkatan status dari Normal hingga Awas berlangsung hanya dalam jangka waktu sekitar satu tahun.
Erupsi 2006 dan 2010 juga tidak sama karena volume material yang dikeluarkan berselisih jauh. Saat 2006, volume material yang terlontar hanya sekitar 5 juta meter kubik, sedangkan pada 2010 volume material yang dikeluarkan mencapai lebih dari 130 juta meter kubik.
Saat ini, volume material yang tersimpan dalam kubah Gunung Merapi hanya mencapai sekitar 400.0000 meter kubik.
”Keseluruhan material yang tersimpan tersebut juga tidak mungkin dikeluarkan semua karena mengacu pada pengalaman sebelumnya, volume material yang dikeluarkan hanya sekitar 50 persen dari total material yang tersimpan,” ujarnya.
Pada erupsi yang terjadi pada 17 Oktober 2019, Gunung Merapi kembali erupsi dengan volume material yang dikeluarkan kurang dari 100.000 meter kubik. Dengan melihat perkembangan kondisi itu, saat ini Gunung Merapi ditetapkan masih berstatus Waspada dengan radius jarak aman sekitar 3 kilometer.
Berpotensi erupsi
Saat ini, dalam kubah Gunung Merapi masih terjadi aktivitas kegempaan vulkano tektonik. Gejala ini menunjukkan bahwa Gunung Merapi masih berpotensi erupsi.
Namun, dengan sedikitnya material yang tersimpan, erupsi yang berpotensi terjadi masih berskala kecil. Mengacu pada kondisi itu juga ketika musim hujan, material vulkanik Gunung Merapi tidak berpotensi menyebabkan banjir lahar dingin di alur-alur sungai.
Selain tempat pengungsian manusia, saat ini, kami juga masih terus mendata kebutuhan pengungsian untuk hewan ternak.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah terus berkomunikasi dengan tiga kabupaten yang sebagian wilayahnya berada di lereng Gunung Merapi. Selain Kabupaten Magelang, dua kabupaten lain adalah Kabupaten Boyolali dan Klaten.
Dalam pantauannya ke sejumlah daerah tersebut, menurut dia, warga sudah paham dan mengetahui tentang kondisi Gunung Merapi.
”Pada erupsi dan terjadi hujan abu tipis pada 17 Oktober, warga Desa Sumber, misalnya, sangat tenang dan tidak memberikan aba-aba kepada tetangga di sekitarnya,” ujarnya.
Bupati Magelang Zaenal Arifin mengatakan, selain terus melakukan sosialisasi dan simulasi terkait erupsi Gunung Merapi, pihaknya juga terus memperbaiki pengungsian yang ada di 49 desa penyangga bencana.
”Selain tempat pengungsian manusia, saat ini, kami juga masih terus mendata kebutuhan pengungsian untuk hewan ternak,” ujarnya.