Digital Creative & Co-working Space Dukung Usaha Rintisan dan UMKM
Pusat Penelitian Informatika Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2I LIPI) membuka fasilitas Digital Creative & Co-working Space di Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (21/11/2019).
Oleh
SAMUEL OKTORA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Pusat Penelitian Informatika Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2I LIPI) membuka fasilitas Digital Creative & Co-working Space di Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (21/11/2019). Selain mendorong perkembangan bisnis di bidang informatika dan teknologi, fasilitas ini diharapkan juga mampu mendukung usaha-usaha rintisan.
Hadir dalam peresmian, Kepala Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi LIPI Budi Prawara, Wakil Wali Kota Cimahi Ngatiyana, serta Kepala Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Kota Bandung Atet Dedi Handiman.
Fasilitas ini dilengkapi dengan high performance computing (HPC) yang telah digunakan oleh berbagai institusi, universitas, industri, termasuk industri animasi. HPC merupakan layanan komputasi berbasis pada kluster komputer dengan spesifikasi tinggi. Pada HPC LIPI ini memiliki total processor core 2648, memori sebesar 13,5 terabita, dan kapasitas penyimpanan 3,18 petabita.
HPC LIPI ini menyediakan layanan komputasi untuk keperluan riset pada bidang komputasi, seperti analisis big data (mahadata), kecerdasan buatan, sains komputasi dan rendering farm untuk pembuatan gambar atau video seperti pada animasi.
”Diharapkan fasilitas ini dapat mendukung pengembangan perusahaan rintisan berbasis teknologi. Pembukaan fasilitas ini tindak lanjut dari penekanan Presiden Joko Widodo bahwa pembangunan lima tahun ke depan fokus pada pengembangan SDM berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama pada kalangan muda,” kata Budi Prawara.
Budi juga menyinggung, LIPI mempunyai program inkubator bisnis sehingga pengusaha pemula akan dibina untuk dapat mengembangkan usaha. ”Kami juga dapat berkolaborasi dengan pemerintah daerah,” ujar Budi.
Dengan fasilitas baru P2I LIPI ini, pihak Pemerintah Kota Bandung dan Pemkot Cimahi berminat untuk bekerja sama dengan LIPI, terutama untuk pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). ”Di Cimahi ada sekitar 106 perusahaan rintisan di bidang teknologi dan 20.000 UMKM. Mereka perlu pembinaan untuk mengembangkan usahanya,” kata Ngatiyana.
Atet Dedi Handiman juga menuturkan hal serupa. Saat ini, di Kota Bandung, tercatat sekitar 140.000 UMKM. ”Rantai ekonomi Bandung lebih banyak ditunjang oleh UMKM. Apalagi dari jumlah yang besar ini belum semuanya terakomodasi oleh program pemkot. Untuk itu, kami juga akan mengarahkan mereka supaya dapat memanfaatkan fasilitas di sini. Hal itu akan mengakselerasi program pemkot untuk kota cerdas, terutama di bidang digital dan kreatif,” ucap Atet.
Nota kesepahaman
Meski demikian, Atet mengatakan, kerja sama ini perlu diperkuat dengan nota kesepahamanan (MOU) antara Pemkot Bandung dan P2I LIPI. Dari MOU tersebut, baru dapat diturunkan dalam perjanjian kerja sama (PKS) dengan jajaran satuan organisasi perangkat daerah (OPD).
”Sebab, setiap sektor ditangani oleh OPD masing-masing, misalnya terkait pengembangan UMKM kerja samanya dengan dinas koperasi UMKM. Sedangkan untuk industri kreatif dengan dinas perdagangan dan perindustrian,” katanya.
Sementara itu, Ketua Research Group Intelligence, Computing & Multimedia Universitas Telkom, Bandung, Ari Moesriami Barmawi juga mendukung terbukanya peluang kerja sama dengan LIPI.
”Peluang kerja sama yang dapat dilakukan di antaranya dalam hal riset kecerdasan buatan dan keamanan siber,” ujar Ari.
Menurut dia, hal tersebut perlu diantisipasi. Ketika kecerdasan buatan dirancang melalui Internet of Things yang memungkinkan semua orang dapat mengakses data, infrastruktur keamanan siber pun perlu dirancang.