Geliat perkebunan dan usaha penjualan aneka produk kopi asal Papua terus menunjukkan peningkatan. Hal ini ditandai dengan makin banyaknya variasi produk dan kedai kopi yang marak bermunculan di sejumlah daerah di Papua.
Oleh
FABIO COSTA
·2 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Geliat perkebunan dan usaha penjualan aneka produk kopi asal Papua terus menunjukkan peningkatan. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya variasi produk dan kedai kopi yang marak bermunculan di sejumlah daerah di Papua.
Hal itu dikemukakan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua Naek Tigor Sinaga dalam pembukaan Festival Kopi Papua 2019, di Jayapura, Kamis (21/11/2019). Festival tahunan ini digelar untuk kedua kalinya. Tigor mengatakan, Papua memiliki banyak variasi kopi dengan kualitas yang bagus, baik di level nasional maupun internasional.
Setelah pelaksanaan Festival Kopi Papua 2018, jumlah kedai kopi terus meningkat drastis.
Kopi yang ditampilkan dalam festival itu di antaranya kopi arabika Tiom dari Kabupaten Lanny Jaya, kopi arabika Moanemani dari Kabupaten Dogiyai, dan kopi Ambaidiru dari Kabupaten Kepulauan Yapen.
”Setelah pelaksanaan Festival Kopi Papua 2018, jumlah kedai kopi terus meningkat drastis. Jumlah stan di Festival Kopi Papua juga bertambah, dari 20 stan pada 2018 menjadi 40 stan tahun ini,” tutur Tigor.
Ia menuturkan, manfaat festival ini untuk mengenalkan kepada masyarakat betapa bermanfaat usaha perkebunan dan penjualan minuman kopi. Selain itu, festival ini juga meningkatkan citra kopi Papua di mata publik nasional dan internasional.
”Saat ini, produksi kopi Papua baru mencapai 2.016 ton per tahun atau baru 0,3 persen dari total produksi kopi nasional yang sebanyak 637.000 ton. Mudah-mudahan dengan festival ini dapat terus meningkatkan kesadaran masyarakat setempat untuk terlibat dalam usaha kopi,” kata Tigor.
Piter Tan, salah satu pemilik usaha dan penggiat budidaya kopi Papua, mengatakan, usaha penjualan kopi dan produk-produk turunannya di Jayapura meningkat drastis selama setahun terakhir. ”Tahun lalu hanya terdapat sekitar 15 tempat usaha penjualan kopi. Saat ini sudah melebihi 40 tempat usaha dengan omzet yang bervariasi,” ujarnya.
Bernard Yongky (24), pemilik Kedai Auli Kopi, mengatakan, usaha kopi saat ini marak diminati masyarakat, khususnya di Kota Jayapura. Setiap hari, Kedai Auli Kopi bisa mendapatkan pemasukan hingga Rp 500.000. ”Jumlah pengunjung kami bisa mencapai 50-70 orang per hari. Kopi menjadi lapangan kerja baru dan membuktikan bahwa pekerjaan tidak hanya menjadi pegawai negeri sipil,” tutur Bernard.
Wali Kota Jayapura Benhur Tommy Mano, yang turut menghadiri Festival Kopi Papua, mengatakan, Kota Jayapura bukanlah sentra produksi kopi. Namun, Benhur menargetkan Jayapura menjadi pusat pemasaran kopi Papua.
Untuk itu, dia menyatakan akan memberikan dukungan modal bagi usaha kecil dan menengah yang bergerak dalam penjualan produk kopi Papua di Kota Jayapura. ”Kopi Papua akan menjadi buah tangan bagi pengunjung dalam pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) di Papua pada tahun depan,” katanya.