Eksplorasi minyak bumi dan gas nasional terus didorong mengingat masih banyaknya potensi yang belum digarap. Hal itu untuk meningkatkan cadangan sekaligus menjadi sumber pasokan utama kebutuhan energi nasional.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS - Eksplorasi sumber-sumber baru minyak bumi dan gas nasional terus didorong mengingat masih banyaknya potensi yang belum digarap. Hal itu untuk meningkatkan cadangan minyak bumi dan gas nasional yang sekaligus menjadi sumber pasokan utama kebutuhan energi nasional.
Hal tersebut dibahas dalam Joint Convention Yogyakarta 2019, yang mengambil tema “Toward Massive Exploration and Maximizing Undeveloped Resources”, di Hotel Tentrem, Yogyakarta, Selasa (26/11/2019).
Terdapat kecenderungan tren yang menurun dalam produksi minyak dan gas bumi di Indonesia.
Pertemuan itu digelar oleh empat asosiasi yang bergerak di bidang energi, yakni Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), Ikatan Ahli Fasilitas Produksi Minyak dan Gas Bumi Indonesia (IAFMI), Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI), dan Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI).
Dalam sambutannya, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto, mengatakan, terdapat kecenderungan tren yang menurun dalam produksi minyak dan gas bumi di Indonesia. Eksplorasi agar bisa menemukan sumber daya energi baru yang dapat diproduksi menjadi sangat diperlukan.
Menurut data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), tahun 2018, rata-rata lifting sebesar 1,91 juta barel setara minyak per hari, atau 96 persen dari target sebesar 2 juta barel setara minyak per hari.
Pada triwulan III 2019, realisasi lifting atau produksi minyak siap jual Indonesia mencapai 744 ribu barel per hari dari target sebesar 775 ribu barel per hari. Sementara, realisasi lifting gas mencapai 1,05 juta barel per hari, dari target sebesar 1,25 juta barel per hari.
Dwi mengungkapkan, kondisi itu tidak menyurutkan peluang penggalian sumber daya energi baru. Peluang produksi migas guna menemukan cadangan energi baru masih besar karena Indonesia memiliki 128 cekungan sedimen yang berpotensi mengandung migas.
Namun, dari jumlah itu, yang sudah dieksplorasi baru 54 cekungan saja. Artinya, masih ada 74 cekungan lain yang bisa dieksplorasi demi kepentingan sumber daya energi nasional. “Tapi, memang tantangannya besar. Kita membutuhkan investor-investor yang punya kekuatan finansial,” kata Dwi.
Terkait hal itu, Dwi menyatakan, upaya yang dilakukannya adalah berusaha membangun produksi migas yang kuat. Targetnya yakni kembali memproduksi 1 juta barel minyak bumi per hari, tingkat produksi Indonesia pada tahun 1990-an hingga pertengahan dekade 2000. Harapannya, target itu bisa terwujud pada tahun 2030.
Sementara itu, Kepala Badan Geologi, Kementerian ESDM, Rudy Suhendar menyampaikan, investasi dan efisiensi tata kelola di hulu migas terus didorong. Salah satu caranya berupa kebijakan gross split yang membuat efisiensi penerimaan negara lebih pasti. Kebijakan tersebut mampu menghasilkan dana tambahan yang bisa digunakan untuk kegiatan eksplorasi cadangan migas nasional.
Pada semester I 2019, lewat skema gross split, dihasilkan dana eksplorasi komitmen kerja pasti sebesar Rp 33,6 triliun. “Jumlahnya sangat tinggi jika dibandingkan (dana eksplorasi) sebelumnya yang hanya mencapai Rp 50-70 miliar per tahun dari APBN,” ujar Rudy.
Ketua Umum IAGI Sukmandaru Prihatmoko mengatakan, sumber daya energi baru perlu terus dieksplorasi. Banyaknya titik sumber daya energi baru yang belum tergarap ini menjadi peluang tersendiri dalam meningkatkan produksi migas nasional.
“Indonesia masih punya potensi untuk eksplorasi sumber daya buminya. Ada migas, mineral, batu bara, dan geotermal (panas bumi). Setidaknya, itu yang terbesar. Harapannya, dari pertemuan ini, bisa dihasilkan rekomendasi-rekomendasi untuk mengoptimalkan produksi migas,” kata Sukmandaru.