Mentan: Produksi Kurang Tak Pengaruhi Daya Tahan Pangan
Menteri Pertanian mengakui, kekeringan yang berlangsung cukup panjang membuat produksi padi berkurang. Namun, hal itu disebut tak memengaruhi daya tahan pangan karena stok beras masih cukup hingga panen 2020.
Oleh
Reny Sri Ayu
·2 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengakui, kekeringan yang berlangsung cukup panjang membuat produksi padi berkurang. Namun, hal itu disebut tak memengaruhi daya tahan pangan karena stok beras masih cukup hingga panen 2020 nanti.
Hal tersebut dikatakan Syahrul seusai memberikan kuliah umum di hadapan ratusan mahasiswa pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, Makassar, Selasa (26/11/2019). Selain memberikan kuliah, Syahrul juga membagikan bibit gratis untuk ditanam oleh mahasiswa pertanian.
November ini (produksi padi) minus, tapi tidak besar. Minus yang besar terjadi di Desember. Tapi, Januari mulai ada panen, lalu Februari, hingga panen raya bulan Maret.
”Kekeringan memang cukup panjang karena El Nino. November ini (produksi padi) minus, tapi tidak besar. Minus yang besar terjadi di Desember. Tapi, Januari mulai ada panen, lalu Februari, hingga panen raya bulan Maret. Jadi, tidak ada masalah dan tidak memengaruhi daya tahan pangan,” kata Syahrul tanpa menyebutkan jumlah minus produksi yang dia maksud.
Menurut Syahrul, sepanjang situasi normal, dalam artian tak ada serangan hama mendadak atau bencana, maka cadangan pangan masih cukup. Meski begitu, dia juga tidak menyebutkan jumlah cadangan pangan tersebut.
”Cadangan kita masih cukup. Kalau ditanya soal impor, saya bilang tidak ada masalah, tidak haram sepanjang kita sudah berusaha dan itu menjadi pilihan terakhir. Pertanian ini tergantung cuaca, hama, bencana. Kalau analitik teknokratik yang kami miliki dan perkembangan sejauh ini, tak ada masalah. Kecuali jika tiba-tiba ada serangan hama atau bencana,” katanya.
Sebagai langkah mitigasi sektor pangan, Syahrul mengatakan, sejauh ini Kementan sudah memanfaatkan citra satelit dan pendekatan berbasis teknologi informasi dalam soal data. Dalam hal ini, sistem yang ada sudah bisa memprediksi daerah yang akan panen, gagal panen, luas panen, dan data lainnya. Hanya saja, sistem ini akan lebih efektif jika dikolaborasikan dengan pendekatan lapangan.
Sementara itu, Rektor Unhas Dwia Aries Tina Pulubuhu mengatakan, Unhas siap mendukung Kementan dalam menjalankan program strategis di sektor pangan. ”Selama ini terbukti Sulsel selalu jadi penyangga pangan nasional dan akan selalu jadi penyangga. Jika ada tugas di kementerian yang bisa kami kerjakan, pakar dan guru besar kami serta mahasiswa di Unhas, siap. Pak Mentan tinggal bilang,” kata Dwia.
Sementara itu, kepada para mahasiswa, Syahrul mengajak agar kembali menerapkan ilmu pertanian seusai kuliah. Namun, dia berharap mahasiswa bisa menerapkan dan memanfaatkan lebih banyak teknologi dalam sektor pertanian. Ini terutama yang bisa menunjang efisiensi dan hasil yang lebih maksimal.
Syahrul pun memberikan bibit tanaman, antara lain padi, jagung, anggur, dan mangga, untuk dikembangkan mahasiswa.