Dalam dua hari berturut-turut, kecelakaan terjadi di ruas Tol Purwakarta-Bandung-Cileunyi atau Purbaleunyi, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Insiden itu menewaskan dua orang.
Oleh
MELATI MEWANGI
·3 menit baca
PURWAKARTA, KOMPAS — Dalam dua hari berturut-turut, kecelakaan terjadi di ruas Tol Purwakarta-Bandung-Cileunyi atau Purbaleunyi, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Insiden itu menewaskan dua orang. Faktor kelalaian manusia kembali menjadi penyebab peristiwa tersebut.
Kepala Satuan Lalu Lintas Polres Purwakarta Ajun Komisaris Ricky Adipratama, Kamis (28/11/2019), mengatakan, kecelakaan pertama terjadi pada Rabu (27/11) sekitar pukul 23.30. Kecelakaan di Kilometer 79.100 jalur A itu melibatkan minibus dan penyeberang jalan.
Awalnya, minibus melaju dari arah Jakarta menuju Bandung. Saat di lokasi, minibus itu menabrak dua orang yang sedang menyeberang di tol. ”Kedua orang itu baru turun dari bus di tengah tol. Saat mereka menyeberang, minibus tersebut menabrak keduanya. Kemudian, minibus itu tetap melanjutkan perjalanan,” kata Ricky.
Seorang penyeberang jalan meninggal di lokasi bernama Komalasari (34), warga Kecamatan Pasawahan, Purwakarta. Korban lain, Erma Nurlaeni (43), warga Kecamatan Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, mengalami patah tulang kaki kanan dan dirawat di rumah sakit MH Thamrin, Purwakarta.
Berdasarkan data Polres Purwakarta, sepanjang 2018, terjadi satu kejadian kecelakaan dengan korban penyeberang jalan atau pejalan kaki di Tol Purbaleunyi. Korban satu orang luka berat. Sementara pada periode Januari-November 2019, jumlahnya dua kejadian dengan 2 korban meninggal dan 1 luka berat.
Sementara itu, peristiwa kecelakaan kedua terjadi pada Kamis, berupa tabrakan beruntun yang melibatkan dua kendaraan di Kilometer 98 Tol Purbaleunyi dari arah Bandung menuju Jakarta. Kecelakaan berawal dari kendaraan yang dikemudikan Pegeng Rianto (43), yang melaju dari arah Bandung menuju Jakarta.
Ketika melintas di jalan lurus, Pegeng diduga mengantuk, kemudian menabrak bagian belakang truk tronton yang dikemudikan Wawan Rusnadi (48). Truk itu sedang melaju di lajur lambat yang datang dari arah sama. Akibat peristiwa ini, Pegeng meninggal setelah mendapatkan penanganan medis di RS MH Thamrin Purwakarta, sementara pengemudi tronton selamat.
Menurut Ricky, faktor kelalaian manusia menjadi penyebab tersering kecelakaan di tol. Berdasarkan data Polres Purwakarta, sepanjang 2018, terjadi 71 kecelakaan di Tol Purbaleunyi. Peristiwa itu menewaskan 20 orang, menyebabkan 13 orang luka berat dan 161 luka ringan, serta menimbulkan kerugian materi Rp 878,2 juta.
Sementara pada 2019 (periode Januari-November), jumlah kecelakaan 28 kejadian dengan korban 27 orang meninggal, 9 orang luka berat, dan 101 luka ringan.
Tidak sabar
Pengamat transportasi dari Institut Teknologi Bandung, Sony Sulaksono Wibowo, berpendapat, banyaknya kecelakaan di tol bukan karena kurangnya edukasi atau sosialisasi. Namun, hal itu dipicu karakter sebagian masyarakat yang cenderung tidak sabar.
”Orang yang turun di tol adalah orang yang tidak sabar dan enggan berjalan. Mereka berdalih dengan alasan terminal jauh, lalu memaksa turun di tol yang ada jembatan penyeberangannya. Mungkin orang akan menyalahkan sistem angkutan umumnya. Namun, tidak berarti boleh melanggar aturan dan membahayakan diri sendiri,” ucap Sony.
Ia mencontohkan, bentuk dari ketidaksabaran dan ketidakpedulian terhadap keselamatan yang lumrah dilakukan antara lain pengemudi motor atau mobil melanggar lampu merah, menerabas perlintasan kereta, dan melawan arus.
Menurut Sony, bus yang menurunkan penumpang juga perlu ditindak tegas. Hal itu dilakukan agar pengemudi bus berani menolak menurunkan penumpang. Adapun patroli polisi diperlukan untuk menindak tegas mereka yang melanggar, misalnya polisi menunggu di sekitar lokasi penurunan dan menutup akses ke jembatan penyeberangan.
Sony menambahkan, edukasi kepada warga terkait hal ini bukan lagi berupa imbauan, melainkan menunjukkan contoh insiden tersebut kepada masyarakat supaya lebih waspada dan tidak turun dari bus di tol.