Penjualan produk-produk dari pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah di sentra UKM di Surabaya meningkat dalam dua tahun terakhir. Peningkatan tersebut mendorong kesejahteraan pelaku UMKM di Surabaya.
Oleh
IQBAL BASYARI
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Penjualan produk-produk pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah di sentra usaha kecil menengah Surabaya meningkat dalam dua tahun terakhir. Peningkatan itu mendorong kesejahteraan pelaku usaha yang rata-rata merupakan ibu rumah tangga.
Kepala Dinas Perdagangan Kota Surabaya Wiwiek Widayati, Jumat (29/11/2019), di Surabaya mengatakan, transaksi penjualan produk usaha menengah, kecil, dan mikro (UMKM) di 10 sentra usaha kecil menengah (UKM) selama Januari hingga November 2019 mencapai Rp 6,1 miliar. Nilai transaksi ini meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan selama 2018 yang Rp 2,3 miliar. Nilainya masih akan bertambah karena transaksi pada Desember masih akan berjalan.
”Nilai penjualan ini hanya yang ada di sentra UKM, masih belum ditambah dengan penjualan yang dilakukan secara mandiri oleh pelaku UMKM,” ujarnya.
Peningkatan nilai transaksi tahun ini membuktikan bahwa sektor UMKM tidak terpengaruh dengan ketidakpastian ekonomi global. Pasar UMKM di Surabaya yang mayoritas menggunakan bahan baku lokal dan pangsa pasar masyarakat lokal tetap bisa tumbuh di tengah pertumbuhan ekonomi nasional yang cenderung stagnan di kisaran 5 persen.
Tumbuhnya nilai transaksi produk-produk UMKM, lanjut Wiwiek, disebabkan pelaku usaha terus mengasah kreativitas dalam mengembangkan produknya. Mereka berinovasi agar produk-produk yang sudah ada tidak tergeser dengan produk lain dan konsumen tetap membeli produk UMKM sebagai pilihan utama.
Pasar UMKM di Surabaya yang mayoritas menggunakan bahan baku lokal dan pangsa pasar masyarakat lokal tetap bisa tumbuh di tengah pertumbuhan ekonomi nasional yang cenderung stagnan di kisaran 5 persen.
Terlebih, penjualan produk-produk tersebut difasilitasi pemerintah melalui 10 sentra UKM yang tersebar di lokasi-lokasi keramaian, seperti di Mal Pelayanan Publik Siola, Bandara Internasional Juanda, Pelabuhan Tanjung Perak, dan sejumlah pusat perbelanjaan di Surabaya. Ada sekitar 450 pelaku UMKM yang memasang produknya ke sentra-sentra UKM tersebut. Dengan demikian, produk tersebut mudah ditemukan konsumen sehingga pemasaran bisa lebih terbantu.
”Produk yang bisa masuk ke sentra UKM sudah melalui kurasi sehingga produk yang dijual hanya yang berkualitas dengan rasa yang enak dan kemasan menarik. Tidak sembarangan produk bisa masuk karena produk-produk di sana mencitrakan oleh-oleh khas Surabaya,” tutur Wiwiek.
Untuk terus merangsang inovasi dan kreativitas pelaku UMKM, Pemkot Surabaya juga memberikan penghargaan kepada pelaku UMKM yang dinilai tangguh dan bisa memberikan contoh kepada pelaku UMKM lain di Surabaya. Tahun ini, Awarding Pahlawan Ekonomi akan dilakukan pada Minggu (1/12/2019) bersamaan dengan acara Mlaku-Mlaku Nang Tunjungan. ”Acara Mlaku-Mlaku Nang Tunjungan kali ini menjadi pesta para pelaku UMKM di Surabaya,” kata Wiwiek.
Anggota Staf Humas Pahlawan Ekonomi, Agus Wahyudi, mengatakan, ada tiga kategori dalam Awarding Pahlawan Ekonomi, yakni industri kreatif, industri rumahan, dan bisnis kuliner. Pemenang penghargaan mendapatkan hadiah berupa pemasaran dari Facebook. ”Acara Mlaku-Mlaku Nang Tunjungan menjadi salah satu ajang pemasaran pelaku UMKM karena nilai transaksi selama acara tersebut selalu menembus lebih dari Rp 1,5 miliar dalam 12 jam,” katanya.
Agus menilai, iklim usaha bagi UMKM di Surabaya sudah cukup baik. Selain memfasilitasi pelatihan keterampilan, Pemkot Surabaya juga membantu pengemasan dan pemasaran produk. Kondisi itu membuat pelaku UMKM di Surabaya terus tumbuh dari sebanyak 2.640 orang pada 2014 menjadi 12.464 orang pada 2019.