Dua Pelajar SMP Diduga Melakukan Pembacokan di Yogya

KOMPAS/NINO CITRA ANUGRAHANTO

Kepala Polsek Gondomanan (kedua dari kiri) Komisaris Purwanto menunjukkan pedang yang digunakan RK, pelaku kejahatan jalanan, dalam jumpa pers, di Markas Polres Kota Yogyakarta, Minggu (1/12/2019).

YOGYAKARTA, KOMPAS — RK (15) dan RD (14), pelajar SMP di Yogyakarta, diduga melakukan pembacokan di Jalan Ireda, Kecamatan Gondomanan, Kota Yogyakarta, Minggu (1/12/2019) dini hari. Motif tindak kejahatan tersebut masih didalami aparat kepolisian.

Dalam pembacokan itu, RK berperan sebagai pelaku pembacokan dan RD merupakan orang yang memboncengkan RK saat beraksi. Korban diketahui bernama Mohammad Angga Tripranata (18), warga Yogyakarta.

Peristiwa naas itu dialami Angga sekitar pukul 02.30. Saat itu, ia sedang mengendarai sepeda motor untuk mencari makan di Jalan Brigadir Jenderal Katamso, Kecamatan Gondomanan, Kota Yogyakarta.

KOMPAS/NINO CITRA ANUGRAHANTO

Kepala Polsek Gondomanan (kedua dari kiri) Komisaris Purwanto memberikan keterangan tentang kejahatan jalanan dalam jumpa pers, di Markas Polres Kota Yogyakarta, Minggu (1/12/2019).

RK yang melaju dari arah berlawanan menendang sepeda motor milik Angga. Sepeda motor yang dikendarai Angga ditendang dua kali. Ia berhasil menghindar dari dua tendangan tersebut.

Baca juga : Lima Kali Beraksi dalam Semalam, Empat Pelaku ”Klitih” di Sleman Dibekuk

Angga mencoba untuk melarikan diri dengan berbelok ke Jalan Ireda. Namun, di jalan itu, tangan kirinya justru dibacok RK. Akibatnya, Angga mengalami luka sobek sepanjang 10 cm di pergelangan tangan kirinya. Biarpun terluka, ia tetap berusaha memacu sepeda motornya agar terhindar dari pelaku.

Di depan kantor Polsek Umbulharjo, Angga merasa tidak kuat lagi menahan rasa sakitnya. Ia menjatuhkan diri dan ditolong oleh petugas Polsek Umbulharjo. Sementara pelaku melarikan diri.

Ia menjatuhkan diri dan ditolong oleh petugas Polsek Umbulharjo.

”Motif tindak penganiayaan ini masih dalam pendalaman kami. Korban dan pelaku tidak saling mengenal,” ujar Kepala Kepolisian Sektor (Polsek) Gondomanan Komisaris Purwanto, di Markas Kepolisian Resor (Polres) Kota Yogyakarta, Minggu petang.

RK dan RD berhasil ditangkap aparat kepolisian dalam waktu kurang dari 24 jam. Mereka ditangkap di rumah teman mereka. Senjata tajam yang digunakan untuk menyerang korban berupa pedang dengan panjang kurang lebih 60 cm.

Baca juga : Peran Penting Keluarga Cegah ”Klitih"

Menurut informasi yang dikumpulkan aparat kepolisian, rumah tempat penangkapan itu juga menjadi titik keberangkatan sebelum kedua pelaku melancarkan aksinya. Aksi itu juga dilakukan bersama teman-temannya. Sedikitnya ada 10 remaja lainnya yang ikut berkeliling bersama kedua pelaku untuk melakukan kekerasan itu.

KOMPAS/HARIS FIRDAUS

Para pelajar pelaku kekerasan yang menewaskan siswa SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta, Adnan Wirawan Ardianto (15), memasuki Pengadilan Negeri Bantul, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat (13/1/2017), untuk mengikuti sidang dengan agenda pembacaan vonis. Dari 10 pelaku, 2 pelaku dihukum 5 tahun penjara, 1 pelaku dihukum 4 tahun penjara, dan 7  pelaku dihukum 3 tahun penjara. Kasus kekerasan yang menewaskan Adnan terjadi pada 12 Desember 2016.

”Dia memang sengaja mau berputar-putar untuk klitih (melakukan tindak kekerasan). Tetapi, memang tidak ada pengaruh minuman keras,” kata Purwanto.

Selain itu, rombongan juga melakukan kekerasan terhadap pengendara motor lain di kawasan Kotagede. Penyerangan dilakukan menggunakan gesper. Namun, belum ada laporan dari korban pada aparat kepolisian.

Sejauh ini belum dilakukan penahanan terhadap RK dan RD. Keduanya akan didampingi Balai Pemasyarakatan Yogyakarta dalam pemeriksaan yang dilakukan aparat kepolisian. Ini karena keduanya masih berusia di bawah 17 tahun.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO

Pelajar SMK Negeri 1 Pundong mengikuti pawai untuk mengampanyekan sikap anti-kekerasan di Kecamatan Pundong, Bantul, DI Yogyakarta, beberapa waktu lalu. Aksi ini ditujukan untuk mengecam aksi tawuran antarpelajar yang kian merebak dan guna menanamkan semangat cinta perdamaian dalam diri mereka.

Seperti diberitakan Kompas, kejahatan jalanan yang dilakukan remaja juga pernah terjadi di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Februari lalu. Hal itu dilakukan D (16), R (16), dan S (18). Aksi yang dilakukan berupa pelemparan batu kepada pengendara sepeda motor. Mereka mengaku melakukan demi eksistensi diri di media sosial (Kompas, 14/2/2019).

Ketua Yayasan Perlindungan Anak DI Yogyakarta Sari Murti W mengatakan, berdasarkan pantauan dalam peristiwa-peristiwa sebelumnya, anak yang menjadi pelaku kejahatan jalan disebabkan oleh kurangnya perhatian orangtua. Anak butuh pengakuan dari keluarga dan lingkungan terdekatnya, tetapi hal itu tidak diperoleh anak tersebut.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO

Pelajar se-Kecamatan Berbah bersama guru dan warga bergandengan tangan membentuk rantai manusia sepanjang kurang lebih 6 kilometer dalam kegiatan deklarasi antikekerasan terhadap anak di Desa Jogotirto, Berbah, Sleman, DI Yogyakarta, Rabu (11/1/2017).

Kondisi ini mendorong mereka mencari komunitas lain yang mau mengakui kehebatan anak tersebut. Celakanya, komunitas yang diikuti menganut nilai-nilai yang menganggap tindak kekerasan sebagai suatu hal yang hebat.

”Yang harus dilakukan adalah tindakan preventif. Pembenahan pola asuh dalam keluarga bersamaan dengan membangun ketahanan keluarga. Tumbuhkan kepedulian warga. Tentu juga, penegakan hukum yang konsisten. Jangan korbankan anak-anak yang defisit kasih sayang, perhatian dan pengakuan ini,” kata Sari.