Pancasila sebagai dasar dan falsafah negara tengah diupayakan kembali jadi mata pelajaran di sekolah-sekolah, digalakan di perguruan tinggi, hingga bahan penataran.
Oleh
RENY SRI AYU ARMAN
·2 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS-Pancasila sebagai dasar dan falsafah negara tengah diupayakan kembali jadi mata pelajaran di sekolah-sekolah, digalakan di perguruan tinggi, hingga bahan penataran. Harapannya, Pancasila tetap memberi makna dan menjaga bangsa ini dari perpecahan.
Hal itu mengemuka dalam seminar dan lokakarya nasional bertema "Membangun Jejaring Kerjasama Dalam Peningkatan Pemahaman Pancasila di Perguruan Tinggi pada Era Kekinian" ini digelar Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) di Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (2/12/2019).
Direktur Hubungan Antarlembaga dan Kerjasama BPIP Elfrida Siregar mengatakan, aktif berkomunikasi dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokarasi, serta Kementerian Dalam Negeri, terkait rencana ini. Menurut Elfrida, Pancasila kian terdistorsi. Bahkan, Pancasila dipertentangkan dengan agama. Seolah-olah jika menyakini Pancasila sebagai dasar negara, itu melanggar agama.
"Pancasila kian kehilangan makna. Di sekolah, sebagai mata pelajaran juga porsinya kian kecil. Itulah mengapa kami ingin agar Pancasila kembali diajarkan dengan mata pelajaran yang lebih mandiri tak sekadar bagin dari mata pelajaran lain," kata dia.
Lia Kian, Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP, mengatakan ada banyak faktor yang membuat Pancasila kian dilupakan, seperti globalisasi, demokrasi, hingga teknologi informasi. Faktor-faktor itu bukan hanya mengikis nilai Pancasila, tapi juga mempengaruhi kehidupan kebangsaan.
“Radikalisme, intoleransi, masyarakat yang terkoyak-kotak, itu semua disebabkan Pancasila tak lagi dihidupkan. Orang-orang mudah dipecah belah. Ini mempengaruhi ketahanan sebagai bangsa. Harus ada pendekatan dari berbagai sektor untuk mengembalikan nilai-nilai Pancasila. Budaya gotong-royong, etika, dan tata krama harus dihidupkan kembali,” katanya.
Syarmadani, Direktur Ketahanan Ekonomi Sosial dan Budaya Kemendagri, mengatakan penelitian indeks ketahanan nasional menunjukkan kerentanan pada ideologi dan sosial budaya. Sebagai falsafah dan ideologi negara, Pancasila harus dikembalikan dan dihidupkan dalam keseharian. Tak sekadar sebagai pengetahuan, Pancasila juga harus mewujud dalam hubungan sosial kemasyarakatan dan semua sendi kehidupan.
“Indeks ketahanan kita masih rentan terutama soal ideologi dan sosial budaya. Kita gampang diadu domba, dibuat berkonflik. Perbedaan tidak lagi dilihat sebagai kekuatan dan kekayaan tapi dipersoalkan. Orang-orang dipaksa menjadi sama. Jika terus dibiarkan, ini menjadi ancaman bagi ketahanan dan keutuhan kita,” katanya.