Srinar dan Srinuk, Varietas Pemulih Kejayaan Beras Rojolele Klaten
Pemerintah Kabupaten Klaten, Jawa Tengah menyiapkan benih padi unggul Rojolele Srinar dan Srinuk untuk ditanam secara luas di wilayah tersebut.
Oleh
ERWIN EDHI PRASETYA
·3 menit baca
KLATEN, KOMPAS - Pemerintah Kabupaten Klaten, Jawa Tengah menyiapkan benih padi unggul Rojolele Srinar dan Srinuk untuk ditanam secara luas di wilayah tersebut. Kedua varietas baru itu hasil perbaikan jenis padi lokal khas daerah setempat, Rojolele. Pada tahap pertama, produksi benih ditargetkan sebanyak 9 ton.
Kepala Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan Klaten Widiyanti mengatakan, penanaman padi varietas Rojolele Srinar dan Srinuk untuk menghasilkan benih akan dilakukan di lahan seluas tiga hektar di lahan pertanian Agro Techo Park, Klaten. Penanaman bakal dimulai pada musim tanam pertama, Desember 2019.
“Untuk tahap pertama, paling tidak target tahun 2020 bisa memproduksi 9 ton benih. Benih itu kalau ditanam setidaknya bisa untuk lahan seluas 360 hektar (ha),” katanya di Klaten, Senin (2/12/2019).
Menurut Widiyanti, potensi produktivitas Srinuk dan Srinar berkisar 9-10 ton gabah kering panen (GKP) per ha. Dari hasil tersebut, pihaknya hanya menargetkan memperoleh benih terbaik sebanyak 3 ton per hektar. Untuk menghasilkan benih itu, pihaknya akan menggandeng petani penangkar benih serta bekerja sama dengan Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Jawa Tengah untuk mengawal kualitas produksi benih.
Widiyanti mengatakan, umur tanam padi varietas Rojolele Srinar dan Srinuk hingga panen adalah 110 hari. Jika mulai ditanam Desember 2019, pada akhir Maret sudah bisa panen. Ditargetkan, pada Mei 2020, benih Rojolele Srinar dan Srinuk sudah bisa dibagikan kepada kelompok-kelompok petani di Klaten.
“Saat ini kami juga sedang merancang peta jalan pengembangan padi Rojolele untuk lima tahun ke depan di Klaten,” katanya.
Rojolele Srinar dan Srinuk merupakan hasil penelitian dan pengembangan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Klaten. Deputi Sains Dan Aplikasi Teknologi Nuklir BATAN, Efrison Umar mengatakan, Rojolele Srinar dan Srinuk merupakan perbaikan padi varietas lokal khas Klaten, Rojolele.
“Dua bulan lalu Srinar dan Srinuk sudah dapat sertifikat. Keduanya bisa menghasilkan sekitar 10 ton gabah kering panen per hektar,” katanya.
Produktivitas Rojolele Srinar dan Srinuk itu jauh lebih tinggi dibandingkan varietas Rojolele induk yang hanya 5-6 ton GKP per hektar. Tinggi tanaman Rojolele Srinar dan Srinuk juga berhasil dibuat lebih pendek 60 cm dibandingkan induknya berkisar 160-170 cm. Ini membuat Rojolele Srinar dan Srinuk menjadi lebih tahan rebah. Kedua varietas unggul tersebut bisa berproduksi maksimal pada lahan sawah basah beririgasi teknis.
Kepala Bidang Penelitian, Pengembangan, Pengendalian dan Evaluasi, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Klaten, Muhammad Umar Said mengatakan, varietas Rojolele Srinar dan Srinuk diproyeksikan untuk ditanam secara massal sebagai produk unggulan pertanian daerah. Kedua varietas baru ini tetap memiliki keunggulan yang sama dengan induknya, yakni wangi dan pulen.
Pemkab Klaten, lanjut Said, akan menyiapkan lembaga khusus yang bertugas menjaga agar beras Rojolele Srinar dan Srinuk tetap menjadi beras premium, seperti Rojolele. Dengan demikian, para petani akan bersemangat menanam kedua varietas itu.
“Jangan sampai karena masa tanamnya menjadi lebih cepat, sehingga biaya pemeliharaan lebih murah, tapi harganya justru turun menjadi seperti beras biasa. Premiumnya bisa hilang,” katanya.