Kampanye Bali Bebas Plastik, Serial ”Pulau Plastik” Diluncurkan
Sebuah serial film dokumenter tentang upaya mengedukasi masyarakat agar memahami bahaya dan dampak buruk polusi akibat sampah, terutama plastik sekali pakai, akan diluncurkan di Denpasar, Bali, akhir pekan ini.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA
·4 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Sebuah serial film dokumenter tentang upaya mengedukasi masyarakat agar memahami bahaya dan dampak buruk polusi akibat sampah, terutama plastik sekali pakai, akan diluncurkan di Denpasar, Bali, akhir pekan ini.
Pesan dalam film bertajuk Pulau Plastik itu juga mengajak seluruh pemangku kepentingan terkait, termasuk masyarakat, untuk bersama-sama berperan menjaga kebersihan melalui langkah-langkah sederhana dan selaras dengan nilai budaya lokal.
Film dokumenter Pulau Plastik diinisiasi Kopernik, lembaga nonprofit yang bergerak di bidang pemanfaatan teknologi tepat guna untuk mengurangi kemiskinan, bersama Akarumput sebagai bentuk dukungan komunitas terhadap upaya pemerintah mewujudkan Bali bebas sampah plastik sekali pakai.
Film serial Pulau Plastik terbaru ini terdiri atas empat judul, yakni Segara Kertih (harmoni dengan laut kita), Karmaphala (konsekuensi dari perbuatan kita), Bedawang Nala (penyu yang membawa dunia), serta Tri Hita Karana (hubungan antara manusia, Tuhan, dan alam).
”Film ini sebagai konsep lintas batas. Bukan sekadar film, melainkan sebagai kampanye dukungan untuk mengurangi pemakaian plastik,” kata Project Officer Pulau Plastik-Kopernik Andre Dananjaya bersama musisi sekaligus Direktur Akarumput.com I Gede Robi ”Navicula” Supriyanto dalam jumpa wartawan serangkaian rencana peluncuran film serial Pulau Plastik di Denpasar, Selasa (3/12/2019).
Film ini sebagai konsep lintas batas. Bukan sekadar film, melainkan sebagai kampanye dukungan untuk mengurangi pemakaian plastik.
Andre menambahkan, peluncuran film serial Pulau Plastik dijadwalkan Jumat (6/12/2019). Lokasi peluncuran film dokumenter itu bertempat di kawasan Pasar Badung, Kota Denpasar, yakni di sekitar Tukad Badung. Acara juga dirangkai dengan pergelaran hiburan mulai Jumat pagi hingga malam.
”Kami memilih lokasi di sekitar Pasar Badung dan Tukad Badung karena ada misi khusus, yakni mengedukasi masyarakat dan menjadi aksi nyata dari kebijakan pemerintah yang membatasi penggunaan plastik sekali pakai,” ujar Andre.
Serial ”Pulau Plastik” mencakup isu seputar sampah yang berasal dari plastik sekali pakai dan kepercayaan masyarakat di Bali tentang kebersihan dan kesucian dalam kaitannya dengan pengurangan pemakaian plastik sekali pakai.
Dalam setiap episode dimunculkan tokoh atau figur, di antaranya Gubernur Bali I Wayan Koster, Wali Kota Denpasar Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra, dan pengusaha sekaligus pegiat lingkungan Suzy Hutomo. Penginisiasi film Pulau Plastik juga melibatkan figur pendeta muda Hindu Ida Shri Bhagawan Mas Dalem Segara Natha.
Persoalan adab
Robi ”Navicula” mengatakan, persoalan sampah yang menjadi ancaman kehidupan dan lingkungan adalah masalah adab. Oleh karena itu, menurut Robi, masyarakat yang beradab dan berbudaya seharusnya mau dan mampu mengelola sampah agar tidak menjadi masalah bagi kehidupannya.
”Tahun 2019 ini adalah timing-nya bagi Bali. Tiga pilar utama, yakni pemerintah, perusahaan, dan masyarakat, sudah bersepakat menyatakan sampah adalah permasalahan di Bali, selain dari kalangan lembaga swadaya masyarakat yang sudah bergerak sejak lama,” kata Robi.
Pemerintah di Bali, mulai dari gubernur hingga bupati dan wali kota, sudah mengeluarkan regulasi tentang pengelolaan sampah, perusahaan sudah memperlihatkan perhatian mereka terhadap permasalahan sampah, dan masyarakat sedang bersemangat menjaga lingkungannya dari sampah. ”Timing ini yang kami ingin jaga dan gunakan agar menjadi energi besar,” kata Robi.
Suzy mengatakan, perusahaan-perusahaan terkemuka sudah mengklaim peduli lingkungan dan sejalan hal itu, konsumen juga semakin terbuka dan berani meminta perusahaan agar lebih ramah lingkungan, termasuk dengan mengurangi penggunaan plastik.
Jikalau mengerti bahwa laut dan sungai adalah tempat disucikan, tentunya akan disadari untuk tidak mencemari laut dan sungai dengan sampah. (Ida Shri Bhagawan)
”Suara konsumen itu menjadi penting karena perusahaan memerlukan konsumen,” kata Executive Chairwoman The Body Shop Indonesia itu.
Pendeta muda Hindu Ida Shri Bhagawan Mas Dalem Segara Natha menyatakan, masyarakat sejatinya memedulikan kebersihan terkait kepercayaannya terhadap kesucian. ”Jikalau mengerti bahwa laut dan sungai adalah tempat disucikan, tentunya akan disadari untuk tidak mencemari laut dan sungai dengan sampah,” kata Ida Shri Bhagawan.
”Begitu pula dengan pura yang merupakan tempat suci dan bersembahyang, tentunya akan bagus jika kita tidak akan membuat pura menjadi kotor oleh sampah,” ujar Ida Shri Bhagawan.
Terkait peluncuran film Pulau Plastik yang juga bentuk kampanye kebersihan, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali Made Teja menyatakan mengapresiasi kegiatan itu. Ditemui di Kantor Gubernur Bali, Denpasar, Selasa, Teja mengatakan, kegiatan itu sejalan dengan kebijakan Pemerintah Provinsi Bali tentang lingkungan dan pengelolaan sampah serta visi dan program pembangunan Bali, yakni Nangun Sat Kerthi Loka Bali.