Kementerian Perdagangan mendorong peningkatan pelaksanaan sistem resi gudang di daerah-daerah. Selain untuk pemberdayaan petani, sistem resi gudang juga dapat menjadi instrumen pendukung peningkatan ekspor.
Oleh
ERWIN EDHI PRASETYA
·2 menit baca
WONOGIRI, KOMPAS — Kementerian Perdagangan mendorong peningkatan pelaksanaan sistem resi gudang di daerah-daerah. Selain untuk pemberdayaan petani, sistem resi gudang juga dapat menjadi instrumen pendukung peningkatan ekspor.
”Program ini akan ditingkatkan karena secara keseluruhan masih kurang. Jadi, nanti kami buat program untuk peningkatan gudang-gudang sistem resi. Programnya dimulai tahun depan,” kata Menteri Perdagangan Agus Suparmanto di sela-sela Pertemuan Teknis Sistem Resi Gudang dengan Kelompok Tani di Wonogiri, Jawa Tengah, Kamis (5/12/2019).
Agus mengatakan, peningkatan implementasi sistem resi gudang dilakukan dengan menambah kapasitas dan jumlah gudang untuk sistem resi gudang. Sejak 2016, jumlah resi gudang tercatat 3.000 unit. ”Serapan (gabah) resi gudang sudah ratusan ribu ton per tahun,” katanya.
Menurut Agus, pada awalnya, sistem resi gudang didesain untuk menjadi instrumen tunda jual yang mampu meningkatkan pendapatan petani dan alternatif pembiayaan komoditas yang kompetitif. Namun, seiring perkembangan, sistem ini dinilai juga berpotensi berkontribusi signifikan bagi pembangunan sektor industri dan perdagangan berbasis sumber daya lokal.
Sistem resi gudang, lanjut Agus, dapat meningkatkan akses pasar dan ketersediaan informasi mengenai stok serta mutu komoditas. Selain itu, sistem ini juga dapat memberikan kepercayaan dan keamanan yang lebih besar dalam transaksi perdagangan serta mempermudah akses pembiayaan komoditas.
”Untuk mempercepat pelaksanaan sistem resi gudang secara nasional, Kementerian Perdagangan telah melaksanakan berbagai kebijakan mulai dari pengadaan infrastruktur gudang untuk pelaksanaan sistem resi gudang sampai dengan pengembangan dan pelatihan sumber daya manusia di bidang sistem resi gudang,” ujarnya.
Menurut Agus, dukungan berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah daerah, dalam pengembangan sistem resi gudang secara nasional sangat penting. Terutama dalam mewujudkan pemberdayaan petani dan pelaku usaha serta meningkatkan daya saing komoditas dan alternatif tata niaga pangan.
”Sistem resi gudang juga dapat menjadi instrumen pendukung peningkatan ekspor khusus produk komoditas Indonesia ke luar negeri,” ujarnya.
Ketua Kelompok Tani Ngudi Luhur, Bulukerto Wonogiri, Agus Sularto mengatakan, 40 anggota kelompoknya selama ini telah menjual sebagian hasil panen kepada badan usaha milik petani PT Pengayom Tani Sejagad, selaku pengelola sistem resi gudang (SRG) di Wonogiri. Setiap anggota bisa menjual berapa saja hasil panennya. Harga beli SRG bisa mencapai Rp 5.500 per kilogram gabah kering giling, lebih tinggi daripada tengkulak.
Agus mengaku biasa menjual setengah hasil panen padi miliknya kepada PT Pengayom Tani Sejagad. Dari sekitar 2 ton gabah kering, setengahnya dijual ke SRG setelah dikeringkan. ”Separuh sisanya untuk konsumsi sendiri,” katanya.