Menteri LHK: Penanganan Sungai di Jatim Bisa Jadi Contoh
Penanganan masalah sampah sungai di Jawa Timur diharapkan menjadi contoh bagi daerah lain. Sungai yang awalnya terdegradasi sampah bisa menjadi lebih produktif lewat usaha berbagai pihak.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
BATU, KOMPAS — Penanganan masalah sampah sungai di Jawa Timur diharapkan menjadi contoh bagi daerah lain. Sungai yang awalnya terdegradasi sampah bisa menjadi lebih produktif lewat usaha berbagai pihak.
Hal itu dikatakan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar saat menghadiri Gerakan Nasional Pemulihan Daerah Aliran Sungai di Desa Oro-oro Ombo, Batu, Jawa Timur, Kamis (5/12/2019). Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari pencanangan kegiatan serupa tahun 2018 di Karawang, Jawa Barat.
Salah satu upaya yang dilakukan di Jatim adalah Sapu Bersih Nyemplung Kali (Saber Pungli) di hulu Sungai Brantas. Kegiatan ini telah dilakukan rutin oleh sejumlah komunitas di Kota Batu dalam dua tahun terakhir. Menurut rencana, Saber Pungli akan dipadukan dengan Kuliah Kerja Nyata (KKN) kolaboratif bertema Brantas Tuntas oleh delapan perguruan tinggi di Jatim.
Saat ini, format KKN kolaboratif tengah dipersiapkan pihak kampus. Nantinya, peserta KKN tidak hanya sekadar memperbaiki dan membersihkan Sungai Brantas, tetapi juga memberdayakan masyarakat di sekitarnya.
”Salah satu masalah kita yang cukup berat dan harus serius diselesaikan adalah pemulihan lingkungan. Ada yang karena erosi, penebangan pohon, dan bekas tambang. Ini jadi salah satu dari prioritas nasional di bidang lingkungan hidup,” ujar Siti Nurbaya.
Menurut Siti Nurbaya, pemulihan lingkungan tidak hanya dilakukan dengan menanam. Namun, dengan kegiatan lain di tepi sungai yang membawa manfaat (ekoriparian), seperti kegiatan pariwisata apabila kondisi alamnya mendukung. Setidaknya, ada 70 tempat di Jatim yang bisa diarahkan ke pengembangan pariwisata.
”Secara nasional pada tahun 2020, kita galakkan dan sebar luaskan ekoriparian dari Jatim. Yang sudah ada di Bogor, Karawang, dan Jakarta. Saya juga pernah lihat di Pekalongan (Jateng),” ucapnya.
Pada kesempatan ini, Siti Nurbaya juga menyinggung semangat menanam masyarakat Jawa Timur dan Jawa Tengah yang besar dan potensi komoditas yang bisa dikembangkan dalam rangka pemulihan DAS. Semangat menanam warga bisa dilihat dari mutasi kayu rakyat di Jawa yang mencapai 9 juta meter kubik atau 3 juta pohon per tahun.
”Tapi, apakah cukup pemerintah hanya mendorong tanam? Lantas, masyarakat dapat apa? Oleh karena itu, pemerintah memikirkan dan hari ini kita tegaskan, kita akan mendukung dengan tanaman yang bernilai produktif dan bisa menghasilkan uang,” katanya.
Salah satu komoditas yang didorong adalah macadamia. Pemerintah sudah membagikan 1 juta bibit di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Lampung, Sukabumi (Jawa Barat), Tegal (Jawa Tengah). Macadamia juga ada di lereng Gunung Ijen, Bondowoso, Jatim, tapi belum menonjol. Pohon ini tumbuh di ketinggian 800 meter di atas permukaan laut. Satu pohon menghasilkan 20-25 kilogram. Pada umur di atas 10-12 tahun, hasilnya meningkat dua kali lipat.
”Harga macadamia juga tinggi, Rp 180.000-Rp 220.000 per kg. Kalau sudah diolah, bisa jadi Rp 450.000-Rp 600.000 per kg. Kalau satu tahun petani tanam macadamia 1 hektar (500-600 batang), pendapatan setahun bisa mencapai Rp 1 miliar lebih,” tuturnya.
Harga macadamia juga tinggi, Rp 180.000-Rp 220.000 per kg. Kalau sudah diolah, bisa jadi Rp 450.000-Rp 600.000 per kg. Kalau satu tahun petani tanam macadamia 1 hektar (500-600 batang), pendapatan setahun bisa Rp 1 miliar lebih.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan, ada beberapa masalah saat membersihkan sungai di Jatim. Salah satunya adalah budaya masyarakat, yakni masih kuatnya kepercayaan bahwa popok bayi bekas harus dibuang ke sungai.
Menurut Khofifah, hal ini menjadi pekerjaan rumah (PR) bersama, termasuk membuat popok yang mencemari lingkungan itu menjadi punya nilai ekonomis. Dia mencontohkan, di Batu popok bekas dijadikan vas bunga, sedangkan di Mojokerto popok bekas dijadikan kompos.
”Bagaimana menjadikan popok yang awalnya sebagai PR bisa menjadi RP (rupiah),” lanjutnya.
Wali Kota Batu Dewanti Rumpoko mengatakan, Saber Pungli telah berjalan selama dua tahun. Kegiatan itu melibatkan sejumlah komunitas. Mereka melakukan bersih-bersih sungai setiap Minggu.
”Kami berharap daerah lain bisa melakukan hal yang sama,” ujar Dewanti yang mengakui bahwa popok bekas masih menjadi salah satu jenis sampah yang banyak dibuang oleh warga di hulu Brantas.