Sebanyak 16 sapi mati disambar petir di Bolok, Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, setelah disambar petir. Peternak diimbau mengandangkan ternak selama musim hujan.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·2 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Sebanyak 16 sapi mati disambar petir di Bolok, Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur. Peternak diimbau mengandangkan ternak selama musim hujan.
”Sebanyak 16 sapi mati disambar petir di Bolok, Kabupaten Kupang. Selama ini, ternak-ternak itu dibiarkan berkeliaran di padang terbuka,” kata Kepala Dinas Peternakan Nusa Tenggara Timur Danny Suhadi di Kupang, Jumat (6/12/2019).
Suhadi mengatakan, sapi yang mati itu berbobot 150-250 kilogram. Sepuluh ekor di antaranya adalah betina dan enam ekor lainnya adalah sapi jantan. Sebagian sapi langsung dipotong dan dijual ke pasar setempat.
”Ke depan, kami mengimbau peternak mengandangkan sapi saat musim hujan seperti ini,” kata Suhadi.
Kabupaten Kupang selama ini dikenal sebagai sentra sapi nasional. Kini, populasinya terdata mencapai 475.210 ekor. Adapun populasi sapi di NTT 1.037.320 ekor. Pemprov NTT menargetkan tahun 2020 populasi ternak sapi mencapai 2 juta ekor.
Sebagian besar sapi dikirim ke luar daerah, terutama DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, dan sejumlah daerah di Kalimantan. Tahun ini, dari kuota pengiriman 70.000 ekor, telah terealisasi 62.000 ekor. Sebanyak 32.000 ke DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat. Sementara 30.000 ekor lainnya dikirim ke Kalimantan.
Suhadi mengatakan, sapi yang dikirim ke luar daerah berbobot 275-350 kg. Harga sapi hidup di tingkat petani Rp 33.000-Rp 34.000 per kg. Sapi ini dibeli pengusaha ternak di Kupang kemudian dikirim ke daerah tujuan di luar NTT.
Akan tetapi, Sekretaris Pedagang Peternakan Sapi dan Kerbau NTT Daniel Go meragukan jumlah populasi sapi yang diklaim pemerintah. Jika populasi naik setiap tahun, seharusnya kuota pengiriman bakal meningkat. Padahal, saat ini, peternak di NTT rata-rata kesulitan mendapatkan pakan yang membuat bobot sapi merosot. Kondisi itu tak jarang membuat peternak enggan menjual ternak karena bakal dihargai murah.
John Lakat (54), peternak Kelurahan Liliba, mengatakan belum bersedia menjual ternak sapi saat ini. Pemilik 354 sapi ini menunggu musim hujan tiba. Saat itu, pakan rumput mudah didapat sehingga bisa meningkatkan bobot sapi. Saat ini, bobot sapi masih sekitar 200 kg.
”Sepuluh tahun lalu, hujan turun pada November, rumput tumbuh di mana-mana, pakan melimpah. Memasuki Natal dan Tahun Baru, bobot sapi sudah naik, peternak pun untung. Sekarang sudah memasuki pekan kedua Desember, baru satu kali hujan, pakan belum ada,” kata Lakat.