Banjir di Limapuluh Kota, Warga Bertahan di Pengungsian
Warga terdampak banjir di Kecamatan Lareh Sago Halaban dan Kecamatan Harau, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat, hingga Rabu (11/12/2019) masih bertahan di posko pengungsian.
Oleh
YOLA SASTRA
·2 menit baca
PADANG, KOMPAS — Warga terdampak banjir di Kecamatan Lareh Sago Halaban dan Kecamatan Harau, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat, hingga Rabu (11/12/2019) masih bertahan di posko pengungsian. Hal itu disebabkan banjir yang melanda sejak Minggu (8/12) masih merendam sebagian rumah warga.
Wali Nagari Bukik Sikumpa, Kecamatan Lareh Sago Halaban, Zulfakri Utama Putra, mengatakan, selain sebagian rumah masih terendam banjir, warga juga khawatir jika terjadi banjir susulan. Hujan masih turun beberapa kali dan debit air sungai dari hulu masih besar.
Air sudah mulai surut, cuma susutnya lambat.
”Sampai hari ini masyarakat kami masih di berada di posko pengungsian. Air sudah mulai surut, cuma susutnya lambat,” kata Zulfakri ketika dihubungi dari Padang. Ketinggian air di rumah warga pada Rabu siang sekitar 50 sentimeter. Sebelumnya, ketinggian air di rumah mencapai 1 meter.
Menurut Zulfakri, setidaknya ada 22 keluarga yang mengungsi akibat banjir tersebut. Posko pengungsian berada di mushala. Banjir dipicu oleh meluapnya Sungai Batang Sinamar akibat curah hujan tinggi.
Selain rumah, banjir juga merendam jalan, kebun jagung, dan sawah warga. Sejak banjir, kata Zulfakri, warga tidak bisa beraktivitas. Secara umum, kondisi warga di pengungsian masih baik. Kebutuhan logistik masih mencukupi.
”Sejauh ini, logistik aman. Kemarin sore ada bantuan dari Dinas Sosial (Limapuluh Kota). Sebelumnya juga ada bantuan dari nagari (kelurahan/desa), lembaga FPI, dan masyarakat sekitar,” ujar Zulfakri.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Limapuluh Kota Rahmadinol mengatakan, secara umum, banjir di Kecamatan Lareh Sago Halaban dan Kecamatan Harau sudah surut. Namun, sebagian warga masih bertahan di posko pengungsian karena rumahnya masih terendam.
”Kami masih mendata berapa keluarga yang sudah kembali ke rumah. Yang rumahnya sudah kering kemungkinan sudah ada yang kembali untuk bersih-bersih. Namun, di posko masih banyak warga mengungsi,” kata Rahmadinol.
Berdasarkan data BPBD Limapuluh Kota, Selasa (10/12) malam, jumlah pengungsi akibat banjir di dua kecamatan itu mencapai 67 keluarga yang terdiri dari 187 jiwa. Pengungsi tersebar di empat nagari.
Rahmadinol menambahkan, bantuan logistik untuk para pengungsi sudah mulai didistribusikan. Bantuan dari lembaga swadaya masyarakat dan lembaga lainnya juga berdatangan. Tim BNPB juga sudah turun ke lokasi untuk mengecek kondisi banjir.
Selain banjir, sejumlah longsor juga sempat terjadi di Kecamatan Pangkalan Koto Baru dan Kecamatan Akabiluru, Selasa. Di Nagari Koto Alam, Pangkalan Koto Baru, misalnya, longsor sempat memutus akses Sumbar-Riau. Tiga mobil terseret material longsor, tetapi tidak ada korban jiwa. Dua pengendara mobil mengalami luka berat dan luka ringan.