Banjir melanda lima kecamatan di Kota Tebing Tinggi, Sumatera Utara, Senin (16/12/2019). Sebanyak 4.121 keluarga yang terdiri dari 16.059 jiwa terdampak banjir setinggi 30-90 sentimeter.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
TEBING TINGGI, KOMPAS – Banjir melanda lima kecamatan di Kota Tebing Tinggi, Sumatera Utara, Senin (16/12/2019). Sebanyak 4.121 keluarga yang terdiri dari 16.059 jiwa terdampak banjir setinggi 30-90 sentimeter. Jalur kereta api dari Kota Tebing Tinggi ke Pematangsiantar juga terputus akibat direndam bajir.
Banjir tersebut merupakan luapan dari Sungai Padang dan Sungai Bahilang yang mendapat banjir kiriman dari hulunya di Kabupaten Simalungun. Air pun mulai meluap sejak Minggu (15/12) malam dan belum surut hingga Senin sore. Tebing Tinggi berjarak sekitar 70 kilometer arah timur Kota Medan.
Kami tidak tidur sejak Minggu malam karena harus menyelamatkan barang-barang.
Pantauan Kompas, banjir yang cukup parah antara lain terjadi di Kecamatan Tebing Tinggi Kota dengan ketinggian air 30–90 sentimeter. Rumah warga yang sudah dibuat agak tinggi untuk mengantisipasi banjir pun tetap terendam air.
“Kami tidak tidur sejak Minggu malam karena harus menyelamatkan barang-barang. Kami juga takut banjir bisa semakin tinggi sewaktu-waktu,” kata Lina Kurniati (45), warga Kelurahan Pasar Baru, Kecamatan Tebing Tinggi Kota.
Lina mengatakan, air mulai meluap dari Sungai Bahilang dan Sungai Padang pada Minggu sekitar pukul 23.00. Air pun semakin tinggi dan masuk ke dalam rumah pada Senin dini hari. Hujan tidak turun di daerah itu, tetapi mendapat banjir kiriman dari Simalungun yang diterjang hujan deras.
Banjir kerap terjadi di Tebing Tinggi, khususnya di sekitar sungai, jika hujan melanda daerah hulu. “Saat musim hujan di akhir tahun, banjir biasanya masuk hingga ke rumah,” kata Lina.
Akibat banjir itu, anak-anak yang terdampak pun tidak bisa berangkat ke sekolah. Sebagian besar di antara mereka tampak bermain di jalan yang terendam banjir. Warga pun belum bisa bekerja karena harus menjaga barang-barangnya.
Sejumlah rumah makan dan toko di daerah yang terendam banjir pun tutup. Jalan Sudirman, jalan utama di tengah kota, sempat ditutup karena direndam banjir. Namun, jalan itu sudah bisa dilalui pada Senin siang.
Warga pun tampak mengangkat televisi, kulkas, dan tempat tidur ke atas meja yang tinggi. Namun, sebagian besar perabot dibiarkan direndam banjir, seperti lemari, rak piring, kursi, dan meja. “Air begitu cepat meluap. Kami tidak sempat menyelamatkan semua barang,” ujar Muhammad Fadli (40), warga Kelurahan Mandailing.
Jalur putus
Banjir juga membuat jalur kereta api dari Tebing Tinggi ke arah Pematangsiantar tidak bisa dilalui karena terendam air setinggi 30 sentimeter di beberapa titik. PT Kereta Api Indonesia (KAI) pun membatalkan perjalanan KA Siantar Ekspres Nomor KA U69 dan KA U70 jurusan Pematangsiantar–Medan.
Kereta api barang yang membawa minyak sawit mentah dan bahan bakar minyak juga tidak bisa melintas jalur tersebut. “Kami menurunkan petugas agar jalur tersebut bisa segera dilalui,” kata Manajer Humas PT KAI Divisi Regional I Sumut Ilud Siregar.
Ilud mengatakan, jalur yang terdampak hanya jalur ke arah selatan relasi Tebing Tinggi–Pematangsiantar. Sementara, jalur ke arah timur (Tanjung Balai dan Rantauprapat) dan ke arah barat (Medan), yang merupakan jalur yang lebih padat, tidak mengalami gangguan. KAI pun akan mengembalikan uang 100 persen kepada penumpang yang sudah membeli tiket.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Tebing Tinggi Wahid Sitorus mengatakan, mereka berupaya menanggulangi dampak banjir dengan memberi bantuan dapur umum di beberapa tempat. “Kami juga mendirikan beberapa pos pengungsian darurat. Sebagian besar warga masih bertahan di rumah dan beberapa masjid. Ada juga yang mengungsi ke rumah tetangga atau keluarga,” katanya.
Wahid mengatakan, banjir ini termasuk yang terbesar sepanjang tahun ini. Mereka berupaya mencegah banjir dengan membangun tanggul sungai. Namun, jika hujan terlalu deras, tanggul tidak sanggup menahan luapan air.