Kebahagiaan hidup sejatinya agar diupayakan bersama. Hal itulah yang tengah diperjuangkan umat Katolik dari Lingkungan Stella Maris di Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
Kebahagiaan hidup sejatinya agar diupayakan bersama. Hal itulah yang tengah diperjuangkan umat Katolik dari Lingkungan Stella Maris di Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Selama hampir dua pekan terakhir, mereka bergotong royong mempersiapkan Natal yang meriah bagi semua.
Upaya bersama ini dilakukan menjelang perayaan Natal di Kapel Santa Maria Regina Pacis yang berlokasi di persawahan, Selasa (17/12/2019). Meskipun jauh dari keramaian, kerja sama umat membuahkan keindahan.
Lebih dari 700 wadah bambu atau besek dan beronjong bambu serta 7 karung kelobot alias daun tanaman jagung yang menguning telah terkumpul. Seluruh kelobot akan digunakan untuk membangun pohon natal. Sedangkan besek untuk membangun goa natal.
Nilai kebersamaan makin nyata dirasakan umat selagi bersama-sama merangkai kelobot menjadi hiasan bunga. Sementara sebagian lainnya hilir mudik guna memastikan hiasan di kapel terpasang dengan benar.
Kendati yang dipakai adalah bahan-bahan sederhana, tidaklah mudah mendapatkannya. Salah seorang umat, Antonius Sumaryono (60) atau yang akrab disapa Gatot, mengatakan, untuk bisa memperoleh kelobot sesuai kebutuhan, dia bersama umat lainnya berkeliling ke ladang-ladang jagung di Desa Madyocondro, Kecamatan Secang.
Ketika menemukan petani sedang memanen jagung, mereka pun meminta kelobot langsung di lahan. Namun, sebaliknya, jika pemilik tanaman tidak ditemui, mereka pun berupaya mencari pemiliknya hingga ke rumah. Pekerjaan itu tidak mudah karena belum tentu permintaan dikabulkan.
”Kami perlu waktu seminggu untuk mengumpulkan tujuh karung kelobot,” ujarnya.
”Perjuangan” tidak hanya soal mengumpulkan kelobot, tetapi juga besek, yang di masa lalu sering dipakai sebagai tempat makanan dari acara kenduri atau perayaan di desa. Besek kian sulit didapat karena sekarang sudah banyak digantikan oleh kardus dan kemasan plastik. Padahal, kebutuhan untuk membangun goa Natal terbilang banyak.
Namun, sekali lagi, mereka pun tidak menyerah.
”Beberapa hari lalu, kami mencari ke Kecamatan Bandongan dan hari ini kami mencari ke Kecamatan Muntilan,” ujar Heribertus Herning Palmono (41).
Menyusul ucapannya tersebut, satu sepeda motor berhenti, dan seorang rekan, kemudian turun dan membawa ”belanjaan” berupa ratusan keranjang beronjong dan besek. Barang-barang ini kemudian disambut oleh sejumlah orang yang kemudian menata dan mempersiapkan untuk kebutuhan mereka membuat goa dan pohon natal.
Kesepakatan
Hari Atmoko, salah seorang dari umat, mengatakan, semua bahan yang dipakai dibeli dengan menggunakan dana sumbangan dari pengurus gereja, ditambah iuran dari umat.
Sekalipun tidak ”serius” dalam hal uang, mereka tetap serius untuk membuat segala peranti dan hiasan agar tetap sesuai dengan kesepakatan.
Palmono mengatakan, besek dan beronjong memang sengaja banyak dipakai karena anyaman bambu yang menyusunnya bernilai filosofis. Anyaman bambu, sebagaimana sebilah bambu, sama seperti satu individu, tidak akan berarti apa-apa jika dibiarkan sendiri. Sebaliknya, akan lebih bermakna jika berkumpul demi tujuan dan fungsi yang sama.
Besek juga bermakna baik. Sebagai wadah makanan yang biasa dibagi-bagikan saat acara kenduri, besek juga mengingatkan bahwa kebahagiaan wajib untuk dibagikan kepada lingkungan sekitarnya.
Dalam hal ini, Palmono mengatakan, mereka sengaja tidak memakai barang-barang yang gemerlap dan mahal. Umat meyakini, dengan kreativitas dan kerja sama, semua barang tampak unik dan cantik karena bahagia itu juga sederhana.