Tak lengkap rasanya perayaan Natal tanpa pohon natal di rumah atau gereja. Orang-orang di sejumlah daerah memiliki keunikan dan kebiasaannya sendiri dalam menghadirkan dan menghiasi pohon natal.
Oleh
Tim Kompas
·3 menit baca
Seiring tumbuhnya kesadaran masyarakat dalam merawat lingkungan, pohon dan dekorasi natal tak lagi semata bernilai keindahan, tetapi terselip pesan agar menghemat dan memanfaatkan sampah. Berton-ton botol plastik dan kertas bekas pun dilirik umat Kristiani. Mereka mengolahnya menjadi pohon- pohon anggun di atas panggung, di dekat mimbar, dan di tengah kota.
Di Gereja St Theresia, Jakarta, contohnya, keindahan pohon natal lampion mengundang rasa kagum. Silih berganti orang datang dan mengomentari keindahannya. Siapa sangka pohon seindah itu ternyata dibuat dari gulungan kertas bekas. ”Jumlahnya mencapai 5.500 gulungan,” ujar Yanti Supanji, salah satu kreator pohon natal itu, Selasa (17/12/2019).
Ide seperti itu selalu muncul sejak 2010. Teristimewa Natal pada tahun ini, muncul ide membuat pohon yang tak sekadar unik, tetapi juga berkelanjutan. Maksudnya, lampion pohon natal dapat digunakan umat untuk pajangan di rumah setelah berakhirnya masa Natal.
Siapa sangka pohon seindah itu ternyata dibuat dari gulungan kertas bekas.
Sejak September, proyek menggulung kertas pun dimulai. Semua orang turut membantu. Ada yang menggulung sembari menunggui anaknya di sekolah, atau sembari bersantai di kedai kopi. Tak terasa, hingga pertengahan Desember terkumpul ribuan gulungan. Gulungan kertas itu disambung- sambungkan membentuk lampion, lalu disusun menjadi pohon. Akhirnya jadilah pohon natal setinggi hampir 3 meter. Bagian dalam dipasang lampu sehingga pohon berkelap kelip indah dengan warna merah dan hijau. Sebuah bintang yang dibuat dari tempat lilin bekas disematkan pada bagian atasnya.
Pohon-pohon natal dari sampah yang tak kalah uniknya juga bisa ditemui di tempat lain. Ada yang membuatnya dari kok bekas, ada juga yang terbuat dari botol plastik, seperti di Gereja Santa Maria Imakulata, Jakarta Barat.
Romo Andang Binawan SJ yang menginisiasi gerakan ramah lingkungan di Keuskupan Agung Jakarta menyebut kreativitas umat makin bertumbuh. Pohon natal di setiap paroki diperlombakan agar menambah semarak. Umat pun makin terpantik membuat ide segar. ”Ini bagian dari menumbuhkan kesadaran umat berhemat sampah,” katanya.
Tak hanya di Ibu Kota, gerakan serupa tumbuh di beberapa daerah. Paroki Kota Bukit Indah, Cikampek, Jawa Barat, memanfaatkan tumpukan ranting yang jatuh dari pohon ketapang (Terminalia catappa) di halaman gereja sebagai tongkat hiasan natal.
Di Kota Jayapura, Natal disambut lewat lomba pohon natal berbahan sampah plastik. Tahun ini, sebanyak 400 pohon membentang di sekitar Gerbang Port Numbay atau Jayapura. Jumlah itu lebih banyak dibandingkan pada tahun lalu, yakni 325 pohon.
Museum Rekor-Dunia Indonesia (Muri) akhirnya menobatkan Gerbang Natal Port Numbay meraih rekor pohon natal berbahan sampah terbanyak. ”Total hampir 5 ton sampah yang didaur ulang menjadi pohon natal. Kami mencatatnya sebagai rekor di Indonesia,” kata Yusuf Ngadri, Senior Manager Muri, seusai menyerahkan piagam rekor kepada Wali Kota Jayapura Benhur Tommy Mano.
Sepanjang Desember ini, kerlap-kelip pohon natal berbahan daur ulang dan bahan alam juga menyemarakkan wajah Mamasa di Sulawesi Barat. Kerlap-kelip pohon natal itu membuatnya seperti kunang-kunang dari kejauhan.
Pasangan suami istri Rovita Ningsih (27) dan Maikhal Reinhard (30), warga Desa Osango, Kecamatan Mamasa, memanfaatkan kain perca untuk membuat pohon natal. Kain perca dengan beragam warna dililit pada karton atau kertas dan dibentuk seperti pipa. Kertas yang sudah dililit dengan karton itu selanjutnya dililitkan pada rangka bambu setinggi lebih dari 2 meter. Kain perca itu pun menjelma menjadi pohon natal cantik aneka warna. Benang emas pada kain membuat pohon tampak berkilau saat disinari cahaya lampu atau matahari.
Adapun Irma Suryani yang bekerja di RS Kondo Sapata memilih memanfaatkan botol bekas infus untuk membuat pohon natal anggun berwarna putih yang ditempatkan di depan rumahnya. (FLO/REN/MEL/ITA/FAI/VAN)