Kapal Motor Sabuk Nusantara 87 mengangkut 360 pemudik dari Pelabuhan Yos Sudarso, Ambon, ke sejumlah pulau terpencil di Kabupaten Maluku Barat Daya, Maluku, Rabu (18/12/2019) petang.
Oleh
Fransiskus Pati Herin
·3 menit baca
AMBON, KOMPAS — Kapal Motor Sabuk Nusantara 87 mengangkut 360 pemudik dari Pelabuhan Yos Sudarso, Ambon, ke sejumlah pulau terpencil di Kabupaten Maluku Barat Daya, Maluku, pada Rabu (18/12/2019) petang. Kapal tersebut akan menyinggahi 19 pelabuhan dengan waktu tempuh hingga lima hari. Ini merupakan perjalanan pemudik di Maluku dengan waktu terpanjang.
Pantauan Kompas, pemudik mulai datang ke pelabuhan sejak pukul 14.00 WIT atau empat jam sebelum keberangkatan. Pemudik diperbolehkan masuk ke dalam ruang tunggu sekitar 30 menit sebelum naik kapal. Selama waktu tunggu itu, mereka duduk di emperan ruang keberangkatan dan di halaman dekat tempat parkir kendaraan.
Fretha Markus (32), pemudik tujuan Pulau Kisar, mengatakan, kapal tersebut merupakan angkutan terakhir yang akan membawa dirinya kembali ke kampung untuk merayakan Natal dan melewati pergantian tahun bersama keluarga. Rumah Fretha di Pulau Kisar akan ditempuh dalam waktu perjalanan lima hari.
Kami selalu berdoa semoga tidak ada halangan cuaca buruk atau gelombang tinggi saat perjalanan.
Setelah keluar dari Ambon, kapal berlayar menuju Pulau Seram, kemudian menyinggahi pulau-pulau kecil di Laut Banda, seperti Teon, Nila, dan Serua. Kemudian, kapal melanjutkan ke Pulau Damer dan sejumlah pulau lain, hingga tiba di Kisar pada 23 Desember atau dua hari menjelang Natal. Kapal masih meneruskan perjalanan ke Pulau Wetar dan Lirang hingga Kupang, Nusa Tenggara Timur.
”Kami selalu berdoa semoga tidak ada halangan cuaca buruk atau gelombang tinggi saat perjalanan. Kalau itu terjadi, kami tiba di sana setelah Natal, dan ini bukan cerita baru sebab sudah sering terjadi,” ujarnya. Asisten rumah tangga di Ambon itu pernah mengalami hal serupa pada musim mudik 2014 saat kapal yang ditumpanginya rusak di tengah laut.
Nakhoda KM Sabuk Nusantara 87, Julius Pakadang, yang ditemui sesaat sebelum kapal diberangkatkan, mengatakan, kapal perintis dengan bobot 2.000 gros ton itu dalam keadaan siap. Ia pun optimistis tidak ada halangan berarti dalam perjalanan dan pemudik akan tiba tepat waktu. Kapal dengan kapasitas maksimal 500 orang tersebut mengangkut 360 pemudik.
”Ramalan cuaca sementara dilaporkan baik. Kapal ini masih bisa berlayar dengan tinggi gelombang hingga 3 meter,” ujar pelaut yang berlayar sejak 1997 itu. Kecepatan kapal tersebut diperkirakan mencapai 12 knot atau sekitar 22 kilometer per jam.
Untuk memastikan jadwal tak molor, Julius mengatakan, proses bongkar muat di 19 pelabuhan yang disinggahi akan dilakukan tepat waktu. Namun, salah satu hambatan dalam pelayaran itu adalah ketika proses bongkar muat harus dilakukan di tengah laut.
Hal itu dilakukan di daerah yang tidak memiliki pelabuhan/dermaga atau pelabuhannya berada pada perairan dangkal. Kondisi ini kerap ditemui di pulau-pulau kecil di Maluku dan Maluku Utara.
Kapal tersebut akan lepas jangkar sekitar 2 mil dari darat. Barang dan penumpang dari kapal ke darat ataupun yang akan masuk kapal diangkut menggunakan perahu motor milik warga setempat.
Manajer Operasi PT Pelni Cabang Ambon Robi Munardi mengatakan, sejak 16 Desember, pemudik yang telah meninggalkan Ambon sekitar 1.200 orang. Jumlah itu khusus penumpang kapal Pelni dan kapal perintis.
Dua pelayaran tersebut dioperasikan oleh PT Pelni. Selama masa mudik kali ini, Pelni menyiapkan 10 kapal Pelni dan tujuh kapal perintis untuk melayani pemudik ke berbagai tujuan di Maluku.
Menurut Robi, pelayanan pemudik di pelabuhan dalam dua hari terakhir berjalan tanpa kendala berarti. Antrean di loket pencetakan tiket dapat diatasi. Melihat tren jumlah pemudik terus meningkat beberapa hari ke depan, perlu penguatan jumlah petugas, termasuk personel keamanan. Puncak arus mudik diperkirakan pada 22 Desember.