Sukacita Natal dan Buah Lokal
Pohon-pohon Natal telah berdiri di gereja dan rumah-rumah warga di Ketapang, Kalimantan Bara. Bersamaan dengan itu, aroma wangi menyeruak. Musim durian telah tiba!
Perayaan Natal tahun ini terasa lebih istimewa di Kalimantan. Sukacitanya disempurnakan bersama panen beragam jenis kuliner buah-buahan lokal.
Pohon-pohon Natal telah berdiri di gereja dan rumah-rumah warga di Ketapang, Kalimantan Bara. Bersamaan dengan itu, aroma wangi menyeruak. Musim durian telah tiba!
Sudion (40), warga pedalaman Ketapang, menyusuri jalan setapak melintasi hutan, Kamis (12/12/2019). Di salah satu tempat telah dibangun sebuah pondok beratap terpal. Tampaklah asap mengepul dari tungku perapian.
Aroma sayur rebung yang diolah bersama daging buah durian kian mengundang selera makan. Menu itulah yang menjadi santapan makan siang keluarga.
Tak lama seusai makan, terdengar suara sesuatu jatuh dari atas pohon yang menimpa dedaunan kering. “Itu durian jatuh,” ujar Sudion. Segera ia menjemputnya.
https://kompas.id/baca/utama/2019/12/18/pembuatan-pohon-natal-dari-kertas-bekas/
Di hutan itu masih ada puluhan pohon durian hutan. Telah menjadi tradisi di setiap musim panen, para pemilik tanaman akan menunggui durian jatuh. Tak jauh dari pondok Sudion, keluarga Ondeh (64), telah tiga pekan ini menunggu durian jatuh di hutan.
Selain menikmati daging buahnya, durian juga diolah menjadi tempoyak. Daging buah dipisahkan dari bijinya, lalu dicampur garam sebagai cara mengawetkan. Tempoyak dapat dicampur dengan sayur atau bisa digoreng begitu saja dengan cabe.
Hidangan Natal
Musim durian diperkirakan masih akan berlangsung hingga akhir Desember. Maka, saat Natal tiba, selain hidangan kue-kue, tamu akan disuguhi pula buah-buahan lokal.
Ada juga beberapa yang membuat lempuk durian. Sehingga saat durian tidak ada, masih bisa menikmati durian dalam bentuk hidangan lempuk alias sejenis dodol. Hidangan-hidangan seperti itu biasanya untuk tamu-tamu dari jauh. Termasuk untuk warga perantau yang kembali ke kampung halaman. Ada kerinduan untuk merayakan Natal dengan suguhan kuliner durian. Natal terasa lengkap jika turut merasakan buah hutan sembari berkumpul dengan keluarga.
Setelah masa Natal berakhir, tempoyak menjadi oleh-oleh bagi mereka yang akan bertolak kembali dari kampung halaman.
“Buah mentawa sudah mulai berbuah. Selama Natal hingga Tahun Baru ini bisa dipanen,” ujanya.
Selain menikmati buah yang telah matang, penduduk lokal juga menyukai mentawa selagi buahnya masih mengkal. Sebab dagingnya terasa renyah. Selain itu, buah yang telah matang dapat pula diolah, misalnya dikukus dalam bambu. Rasanya sangat nikmat.
Buah lain yang juga istimewa adalah kusik. Berbentuk menyerupai durian, namun berwarna agak kemerahan dan durinya lebih panjang. Durian dan kusik bisa dikatakan serupa, tetapi tak sama. Daging kusik lebih tipis. Namun, soal rasa jangan ditanya lagi, karena sudah pasti istimewa.
Bekas perkampungan
Hutan yang terdapat pohon durian tempat keluarga-keluarga mencari durian itu, ratusan tahun lalu perkampungan. Leluhur mereka dahulu tinggal di situ semasa masih menjadi perkampungan. Merekalah yang menanam durian di hutan-hutan dan buah-buahan lokal lainnya, sehingga anak cucunya masih bisa menikmati durian menyambut Natal.
https://kompas.id/baca/utama/2019/12/18/merawat-bumi-merajut-kebersamaan/
Nenek moyang mereka masih meninggalkan ratusan pohon durian di hutan-hutan. “Leluhur kami dahulu tinggal di sini. Di sini dahulu ramai, seperti perkampungan pada umumnya. Namun, mereka sering pindah dan mengembangkan perkampungan baru,” ujar Manto (49), warga Ketapang lainnya yang sedang mencari durian di hutan peninggalan leluhurnya.
Jejak perkampungan lama di hutan itu masih terlihat. Di dekat pohon durian, masih ada tiang-tiang lumbung padi dari kayu ulin. Setiap kampung memiliki lumbung padi tempat penyimpanan hasil panen dan cadangan pangan. Namun, tiang lumbung padi itu sudah lapuk dan berlubang.
Disitu juga ada sungai. Masyarakat zaman dahulu setiap membuka perkampungan selalu dekat dengan sungai, sehingga salah satu kebutuhan mereka yang penting, yakni air mudah didapatkan.
Hutan-hutan yang penuh buah-buahan lokal masih dijaga oleh anak-anak dan cucu-cucu mereka. Saat mereka mencari durian ke hutan, mereka sambil menabur biji durian agar durian bisa tumbuh semakin banyak di hutan.
Awal dan akhir masa buah lokal berbuah, bisanya ditandai dengan adanya kicauan burung yang disebut beberapa kelompok masyarakat di Kecamatan Nanga Tayap, Ketapang, dengan sebutan burung pangpangkok. Disebut pangpangkok karena kicauannya menyerupai kalimat “pangpangkok”. Burung itu akan berkicau di awal sebagai pertanda musim buah dan akan terdengar lagi saat akhir musim buah.
Beberapa wilayah di Kalbar ada yang sudah lebih dahulu panen durian pada Agustus. Namun, di wilayah perhuluan ada yang panen pada Desember dan Januari, bertepatan dengan momen Natal dan Tahun Baru.
Pemerintah Provinsi Kalbar juga telah berupaya mempertahankan durian-durian lokal melalui festival durian setiap tahun. Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Hortikultura Provinsi Kalbar, Heronimus Hero saat Festival Durian Bumi Khatulistiwa Agustus lalu, menuturkan, durian di Kalbar banyak yang unggul. Yang sudah dinyatakan varietas unggul melalui surat keputusan Kementerian Pertanian (Kementan) ada 10 jenis. Yang belum ada SK dari Kementan ada banyak sekali.
Bahkan, manurut Yayasan Durian Nusantara, plasma nutfah durian terbaik Nusantara ada di Kalbar, tepatnya di Balai Karangan, Kabupaten Sanggau. Pohon durian di Balai Karangan berusia ratusan tahun masih banyak terdapat di daerah tersebut.