Bencana banjir dan longsor mengancam wilayah Kalimantan Barat memasuki Natal dan Tahun Baru. Selain menyiagakan tim gabungan TNI-Polri, Pemprov Kalbar juga menyiapkan cadangan pangan khusus untuk penanganan pascabencana.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Bencana banjir dan longsor mengancam wilayah Kalimantan Barat memasuki Natal dan Tahun Baru ini. Selain menyiagakan tim gabungan TNI-Polri, Pemprov Kalbar juga menyiapkan cadangan pangan khusus untuk penanganan pascabencana.
Gubernur Kalimantan Barat Sutarmidji, dalam Apel Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Alam, Jumat (20/12/2019), menuturkan, setelah bencana kabut asap berlalu, mulai November hingga Januari, wilayah tersebut terancam banjir dan tanah longsor.
”Kami ingin masyarakat merayakan Natal dengan nyaman. Kalaupun nanti terjadi bencana, bisa cepat ditanggulangi karena peralatan lengkap,” ungkapnya.
Sutarmidji memaparkan, untuk penanganan pascabencana terutama jika terjadi pengungsian, telah tersedia cadangan pangan yang mencukupi. Selain makanan siap saji, juga ada 200 ton beras. Selain itu, tersedia pula dapur umum TNI dengan kapasitas 250 orang setiap 3 jam. Adapun dapur umum dari tagana bisa menampung 150 orang setiap 1,5-2 jam.
Setiap bulan, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) rutin mengirimkan data potensi tanah longsor. Wilayah yang rawan tanah longsor di Kalbar antara lain terdapat di Kabupaten Bengkayang dan Melawi.
”Siklus banjir juga patut diwaspadai. Wilayah Kalbar pertumbuhan awannya sangat cepat,” ujarnya.
Terkait kesiapan infrastruktur menghadapi bencana, Sutarmidji mengakui, di beberapa wilayah perlu ada pelebaran saluran air. ”Terkadang saluran primer bagus, tetapi tersier tidak bagus. Saluran tersier harus lebih tinggi daripada sekunder dan saluran sekunder harus lebih tinggi dari primer,” ungkapnya.
Kesiapsiagaan penanggulangan bencana perlu diikuti pelestarian alam mulai dari masyarakat.
Menurut Sutarmidji, pihaknya kini tengah menggencarkan edukasi kepada masyarakat melalui program desa mandiri terutama terkait ketahanan ekologi. Kesiapsiagaan penanggulangan bencana perlu diikuti pelestarian alam mulai dari masyarakat.
Panglima Komando Daerah Militer XII/Tanjungpura Mayor Jenderal M Nur Rahmad menuturkan, menghadapi curah hujan tinggi di Kalbar, berbagai kemungkinan bencana harus diantisipasi. Secara keseluruhan, disiagakan 3.900 personel gabungan yang jika sewaktu-waktu diperlukan siap dikerahkan ke daerah bencana.
Senada dengan itu, Kepala Kepolisian Daerah Kalimantan Barat Inspektur Jenderal Didi Haryono menuturkan, penyiagaan pasukan juga untuk pelaksanaan misi-misi kemanusiaan agar korban bencana bisa ditekan.
Kepala BPBD Provinsi Kalbar Lumano menuturkan, seluruh 14 kabupaten/kota di Kalbar rawan banjir. Pihaknya telah berkoordinasi dengan BPBD kabupaten/kota agar waspada dan segera mengirimkan bantuan jika terjadi bencana.
Prakirawan BMKG Bandara Internasional Supadio Pontianak Fitri Doyo menuturkan, musim hujan dengan intensitas sedang hingga lebat di Kalbar akan berlangsung mulai Desember hingga Februari 2020. Puncak musim hujan terjadi pada Desember-Januari. Hujan biasanya terjadi pada siang, sore, hingga malam.
Catatan Kompas, banjir mulai melanda sejumlah wilayah di Kalbar, seperti Kabupaten Sekadau dan Melawi, pada Sabtu (7/12). Selain itu, sepekan terakhir, wilayah Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, juga dilanda banjir hingga setinggi 1 meter yang hingga kini belum surut.