Angin puting beliung kembali melanda Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Tidak hanya merusak puluhan rumah, bencana alam yang sering terjadi pada masa pancaroba itu juga mengakibatkan warga terluka dan mengungsi.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·4 menit baca
PRAYA, KOMPAS — Puting beliung kembali melanda Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Tidak hanya merusak puluhan rumah, sejumlah warga juga terluka dan beberapa orang lainnya mengungsi. Selain puting beliung, perkampungan itu juga dilanda hujan es.
Puting beliung melanda tiga dusun di Desa Montong Gamang, Kecamatan Kopang, Lombok Tengah, Kamis (19/12/2019) sore. Ini merupakan kejadian puting beliung kedua yang melanda perkampungan yang berada sekitar 35 kilometer timur Mataram, ibu kota Nusa Tenggara Barat, itu. Sebelumnya, puting beliung melanda kampung tersebut pada Jumat (13/12/2019).
Kepala Desa Montong Gamang Muhammad Amin Abdullah mengatakan, dua kali kejadian angin puting beliung mengakibatkan 30 rumah rusak. Sebanyak 20 rumah rusak berat serta sisanya rusak sedang dan ringan.
”Rumah rusak berat sudah tidak bisa ditempati lagi karena tembok runtuh atau atap lepas. Sedangkan yang lain, yang rusak ringan atau sedang masih bisa diperbaiki,” kata Muhammad Amin.
Pantauan Kompas di Dusun Embung Karung, Desa Montong Gamang, puting beliung meruntuhkan tembok rumah warga. Atap rumah juga terlepas diterjang angin kencang. Namun, rumah-rumah yang dindingnya tidak rusak atau atapnya masih utuh tidak sepenuhnya aman. Beberapa genteng berlubang sehingga air hujan masuk ke rumah.
”Lubang itu disebabkan hujan es,” kata Nurul Aini (29), salah seorang warga.
Akibat kejadian itu, warga yang rumahnya rusak sementara tidak bisa beraktivitas normal. Sebagian besar fokus membersihkan rumah. Nurul Aini yang sehari-hari membuat kerajinan ketak (aksesori dari rotan), juga tidak bisa bekerja. Bahan-bahan untuk membuat kerajinan sementara diletakkan di tempat yang tinggi karena lantai rumahnya masih basah.
Suhaini (29), warga lain, menuturkan, puting beliung disertai hujan es datang tiba-tiba. Pagi itu, Suhaini dibantu kerabatnya terlihat membersihkan rumah yang akan ditinggalkan sementara saat malam hari. Untuk sementara, Suhaini belum berani di rumah dan mengungsi ke tempat kerabat.
”Tidak ada yang berani tinggal. Saya ke rumah ibu. Apalagi semalam mati listrik,” kata Suhaini.
Di Dusun Embung Karung, Desa Montong Gamang, puting beliung meruntuhkan tembok rumah warga. Atap rumah juga terlepas diterjang angin kencang. Namun, rumah-rumah yang dindingnya tidak rusak atau atapnya masih utuh tidak sepenuhnya aman.
Selain ke tempat keluarga atau kerabat, sejumlah warga juga tinggal di tenda-tenda milik dinas sosial setempat. Namun, karena hujan dan air masuk ke dalam tenda, mereka ikut mengungsi ke rumah warga lain.
”Sebenarnya dilematis. Mau di luar, hujan. Masuk ke dalam rumah, warga takut kalau tiba-tiba angin puting beliung datang lagi seperti kemarin,” kata Amin. Oleh karena itu, kata Amin, pemerintah desa sudah berkoordinasi dengan instansi terkait baik untuk membersihkan puing-puing rumah warga maupun mendirikan tenda darurat.
Amin menambahkan, kejadian puting beliung pada Kamis sore mengakibatkan dua warga terluka. Saat ini, mereka sudah mendapat perawatan di puskesmas.
Terkait bantuan dan perbaikan rumah, Amin mengatakan sudah berkoordinasi dengan badan penanggulangan bencana daerah (BPBD) hingga dinas sosial. ”Kami juga sedang menyusun anggaran pendapatan dan belanja desa. Jadi, perbaikan rumah akan jadi prioritas kami. Tentu juga ada sinergi dengan instansi terkait,” kata Amin.
Kami juga sedang menyusun anggaran pendapatan dan belanja desa. Jadi, perbaikan rumah akan jadi prioritas kami. Tentu juga ada sinergi dengan instansi terkait. (Muhammad Amin)
Puting beliung di Lombok Tengah ini menambah daftar panjang kejadian serupa di NTB dalam dua bulan terakhir. Sebelumnya, BPBD NTB menyebutkan 22 kejadian puting beliung periode November-Desember 2019.
Akibatnya, 558 rumah rusak, yakni 154 rusak berat, 200 rusak sedang, dan 227 rusak ringan. Selain itu, ada 1 fasilitas umum, 1 fasilitas kesehatan, 4 fasilitas pendidikan, dan 4 fasilitas peribadatan yang rusak.
Puting beliung paling banyak terjadi di Pulau Sumbawa, 12 kejadian. Sebanyak 5 kejadian di Sumbawa Barat, Sumbawa (4), dan Dompu (3). Sementara di Lombok ada 10 kejadian puting beliung, yaitut Lombok Barat (4), Mataram (3), Lombok Tengah (2), dan Lombok Timur (1).
Kepala Seksi Observasi dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Bandara Internasional Lombok I Putu Sumiana mengatakan, puting beliung terjadi saat pancaroba, baik peralihan dari musim hujan ke kemarau maupun sebaliknya.
Tanda datangnya puting beliung di antaranya udara panas satu hari sebelumnya pada malam sampai pagi hari, terlihat tumbuhnya awan kumulus sekitar pukul 10.00. ”Di antara awan itu ada satu jenis awan yang berbatas tepi sangat jelas berwarna abu-abu menjulang tinggi seperti bunga kol. Awan tersebut akan cepat berubah warna menjadi hitam. Pada saat yang sama, sentuhan udara dingin terasa di sekitar tempat kita berdiri,” kata Putu.