Ambisi Kota Cirebon Ingin Jadi Daerah Tujuan Wisata Butuh Pembuktian
Ambisi Pemerintah Kota Cirebon, Jawa Barat, mewujudkan kota yang kaya sejarah dan budaya tersebut sebagai tujuan wisata butuh pembuktian.
Oleh
Abdullah Fikri Ashri
·4 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Ambisi Pemerintah Kota Cirebon, Jawa Barat, mewujudkan kota yang kaya sejarah dan budaya tersebut sebagai tujuan wisata butuh pembuktian. Padahal, Cirebon terancam menjadi kota sepi yang dilewati wisatawan seiring dengan semakin lancarnya jalur transportasi Tol Trans-Jawa.
Hal itu tecermin pada acara bertajuk Cirebon Street Food Festival yang digelar di Gedung British American Tobacco (BAT) di Jalan Raya Pasuketan, Sabtu (21/12/2019). Kegiatan yang berlangsung hingga Minggu, 22 Desember, itu sepi pengunjung. Hanya tampak pengisi acara dan pejabat setempat di kursi tamu.
Wali Kota Cirebon Nashrudin Azis dan Wakil Wali Kota Cirebon Eti Herawati yang direncanakan hadir membuka acara bahkan tidak datang. Setelah molor dua jam dari jadwal seharusnya, Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata (DKOKP) Kota Cirebon Agus Suherman akhirnya membuka festival itu sembari membacakan sambutan wali kota.
Tidak hanya pengunjung, pengisi stan kuliner juga sepi. Pemkot Cirebon mengklaim, festival itu bakal didukung 40 usaha mikro, kecil, dan menengah di bidang kuliner. Kenyataannya, hanya 11 stan yang terisi. Itu pun ditambah dengan penjual jilbab dan aksesori. Kuliner khas Cirebon yang disajikan hanya docang dan tahu gejrot.
”Kami menyadari ada keterbatasan. Kami mohon maaf. Kegiatan ini dikerjakan pihak ketiga. Kami juga kecewa,” ucap Kepala Bidang Kebudayaan DKOKP Kota Cirebon Edi Tohidi.
Acara yang pertama kali digelar itu menghabiskan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Cirebon lebih dari Rp 100 juta.
Padahal, sesungguhnya tidak sulit mencari kuliner unggulan Cirebon. Banyak ragam makanan sudah terkenal dan turut menarik wisatawan. Saat akhir pekan, sejumlah rumah makan yang menyajikan kuliner khas Cirebon, seperti empal gentong dan nasi jamblang, diserbu pengunjung dari Bandung dan Jakarta.
Kemacetan kendaraan pun kerap terjadi di Jalan Cipto Mangunkusumo, Jalan Tentara Pelajar, dan Jalan Tuparev. Sekitar 200 rumah makan tumbuh pesat di kota seluas 37 kilometer persegi tersebut.
Selain kuliner, Cirebon juga kaya sejarah dan seni. Gedung BAT, tempat festival itu digelar, merupakan bekas pabrik rokok yang berdiri pada 1924. Selama ini, peninggalan industri rokok terbesar di Jabar yang menjadi cagar budaya itu dimakan sepi.
Selain kuliner, Cirebon juga kaya sejarah dan seni. Gedung BAT, tempat festival itu digelar, merupakan bekas pabrik rokok yang berdiri pada 1924. Selama ini, peninggalan industri rokok terbesar di Jabar yang menjadi cagar budaya itu dimakan sepi.
Padahal, di sekitarnya terdapat pusat perbelanjaan dan Wihara Dewi Welas Asih yang berusia lebih dari 500 tahun. Bahkan, kawasan Kebumen, pusat pemerintahan Cirebon saat masa kolonial, berada di samping gedung itu. Sekitar 1 kilometer dari BAT juga terdapat Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman.
Sebelum Cirebon Street Food Festival, Festival Empal Gentong juga dikritik masyarakat. Dari informasi panitia Hari Jadi Kota Cirebon Ke-650, acara yang berlangsung pada 31 Agustus hingga 1 September itu terbuka untuk umum dan gratis 650 porsi. Namun, masyarakat yang datang pada hari pertama harus menelan kekecewaan karena empol gentong gratis diberikan pada hari kedua setelah Rapat Paripurna DPRD Kota Cirebon.
Pada Februari, agenda wisata Sound of Sunyaragi yang akan menghadirkan musisi Tanah Air juga batal digelar. ”Padahal, sejumlah pengelola hotel saat itu sudah menyiapkan kamar untuk wisatawan,” kata Executive Assistant Manager Aston Cirebon Niken Damayanti.
Berbagai kegiatan tersebut pun belum maksimal menarik kunjungan wisatawan ke Kota Cirebon. Kepala DKOKP Kota Cirebon Agus Suherman menyebutkan, hingga Oktober, sebanyak 1,7 juta wisatawan datang ke Cirebon. Jumlah ini masih di bawah target kunjungan 2 juta wisatawan tahun ini.
Tahun 2018, kunjungan wisatawan masih berkisar 1,2 juta orang. Pada saat yang sama, Kuningan, kabupaten tetangga Cirebon, didatangi lebih dari 4 juta wisatawan.
”Kami optimistis mencapai target 2 juta wisatawan pada libur akhir tahun ini melalui agenda wisata seperti Cirebon Street Food Festival,” lanjutnya. Tahun depan, pihaknya menargetkan kunjungan 2,2 juta wisatawan.
General Manager Hotel Santika Cirebon Suhardianto sangat berharap mendapat agenda wisata terencana. ”Sampai saat ini, kami belum menerima agenda wisata di Cirebon. Padahal, tamu mencari informasi tersebut,” katanya.
Menurut dia, tanpa agenda wisata, Cirebon tidak lagi menjadi kota transit, apalagi tujuan. ”Tetapi menjadi kota yang terlewati karena akses semakin cepat melalui Tol Trans-Jawa. Apalagi, sekarang, Jalan Tol Layang Jakarta-Cikampek sudah beroperasi. Biasanya, jalur itu macet sehingga orang memilih singgah di Cirebon untuk istirahat. Kami akan lihat perkembangannya saat libur Tahun Baru ini,” paparnya.