Hanya berselang beberapa jam, dua peristiwa kecelakaan laut terjadi di Sultra. Satu nelayan di Kota Baubau masih dalam pencarian hingga Minggu (22/12/2019) siang, sementara lima orang di Kolaka selamat.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Hanya berselang beberapa jam, dua peristiwa kecelakaan laut terjadi di wilayah Sulawesi Tenggara. Satu nelayan di Kota Baubau masih dalam pencarian hingga Minggu (22/12/2019) siang, sementara lima orang di Kabupaten Kolaka ditemukan selamat. Kewaspadaan tinggi di tengah cuaca yang tidak menentu harus terus ditingkatkan.
Harmin (50), nelayan asal Baubau, diduga tenggelam dan belum ditemukan hingga Minggu siang. Sebelumnya, nelayan ini diketahui sedang melaut untuk memasang jaring beberapa mil laut dari pesisir pantai di Baubau.
Sekitar pukul 23.00, kelompok nelayan lain menemukan kapal milik Harmin dalam kondisi terbalik dan korban tidak terlihat.
”Korban diketahui tengah memasang jaring pada Sabtu (21/12) sore bersama sejumlah nelayan. Mereka masing-masing memakai perahu yang berbeda. Sekitar pukul 23.00, kelompok nelayan lain menemukan kapal milik Harmin dalam kondisi terbalik dan korban tidak terlihat,” ucap Wahyudi dari Staf Humas Basarnas Kendari, Minggu.
Wahyudi menambahkan, setelah laporan diterima, personel Basarnasditurunkan untuk melakukan pencarian sejak Minggu pukul 01.30. Proses pencarian selama tiga jam lebih itu tidak membuahkan hasil.
Pencarian kembali dilanjutkan pukul 06.00 hingga jelang siang. Pencarian melibatkan sejumlah personel Pos SAR Baubau, Polair, dan sejumlah warga. Akan tetapi, korban belum juga ditemukan.
Sebuah kecelakaan lain di tempat berbeda, sambung Yudi, juga terjadi di wilayah perairan Kolaka. Satu longboat yang ditumpangi lima pemancing mengalami patah as kemudi di tengah laut pada Minggu pukul 06.00. Personel SAR lalu diterjunkan dan berhasil menemukan lokasi perahu beberapa jam kemudian.
”Semua pemancing selamat dan telah dievakuasi ke Pelabuhan Kolaka. Pencarian telah dinyatakan selesai. Untuk nelayan di Baubau, kami masih terus melanjutkan pencarian,” kata Yudi.
Kewaspadaan tinggi
Kecelakaan laut kerap terjadi di wilayah Sulawesi Tenggara pada tahun ini. Hingga November saja, jumlah kecelakaan di laut sebanyak 30 kejadian. Jumlah korban jiwa dari semua kejadian ini 13 orang dan korban selamat 338 orang. Selain itu, empat orang dinyatakan hilang.
Potensi kecelakaan laut pada pengujung tahun yang mulai memasuki musim hujan ini perlu diwaspadai. Menurut Wahyudi, cuaca yang mulai berubah seperti sekarang menuntut peningkatan kewaspadaan dari semua pihak. Alat keselamatan, alat komunikasi, dan pengecekan kapal sebelum berangkat harus dilakukan.
Cuaca di Sulawesi Tenggara memang telah memasuki peralihan ke musim hujan. Di wilayah provinsi kepulauan dengan pekerjaan utama masyarakat sebagai nelayan itu, keselamatan di perairan menjadi yang utama.
Kepala Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas II Kendari Benyamin Ginting, pekan lalu, menjelaskan, sejauh ini pelayaran di wilayah Sulawesi Tenggara masih berlangsung normal dan aman. Tinggi gelombang masih dalam batas wajar meski cuaca memang memasuki peralihan ke musim hujan.
”Kami juga memantau kondisi cuaca dan tinggi gelombang. Sejauh ini masih normal. Pada intinya, kami tidak akan mengeluarkan sertifikat berlayar jika kondisi cuaca tidak memungkinkan,” ucap Benyamin.
Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Kendari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Ramlan menyampaikan, Sulawesi Tenggara sedang mengalami peralihan dari musim kemarau yang panjang ke musim hujan. Situasi ini biasanya ditandai dengan awan konvektif yang tumbuh vertikal ke atas sehingga menimbulkan angin kencang, petir, bahkan hingga hujan es.
Terkait pelayaran, Ramlan mengucapkan, situasi gelombang masih terpantau normal dengan ketinggian maksimal hanya 1,5 meter. Meski demikian, perlu diwaspadai pembentukan awan kumulonimbus di lautan.