Natal di Palangkaraya Momen Sahabat untuk Sesama Juga Lingkungan
Parade pohon natal dibuat sebagai bentuk perhatian gereja terhadap lingkungan dan toleransi di di Kalimantan Tengah. Sedikitnya, 31 pohon natal dibuat dari barang-barang bekas dan sampah.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Parade pohon natal dibuat sebagai bentuk perhatian gereja terhadap lingkungan dan toleransi di Kalimantan Tengah. Sedikitnya, 31 pohon natal dibuat dari barang-barang bekas dan sampah. Hal itu menunjukkan ajakan gereja untuk menjadi sahabat bagi sesama juga lingkungan.
Pastor Paroki Santa Maria Palangkaraya Patris Alu Tampu mengungkapkan, tahun lalu, pihaknya membuat pohon natal setinggi 20 meter. Tahun ini, ”Peduli Lingkungan” menjadi tema kompetisi atau parade pohon natal di Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah.
”Pohon natal dari barang bekas dan sampah dibuat oleh umat dari berbagai lingkungan termasuk anak-anak sekolah,” kata Patris, Senin (23/12/2019).
Pada Minggu (22/12/2019) malam, seusai ibadah sore, Pastor Patris bersama Uskup Palangkaraya Mgr Aloysius Maryadi Sutrisnaatmaka MSF mulai menilai pohon-pohon natal di depan Gereja Katedral Santa Maria Palangkaraya. Pohon-pohon yang pada awal ibadah redup, dinyalakan serentak saat penilaian.
Perlombaan dan parade pohon natal itu dimulai dengan beberapa kali letusan petasan. Para peserta parade yang datang dari berbagai kalangan ikut meramaikannya menggunakan topi Sinterklas. Ada juga yang berpenampilan serupa Sinterklas lengkap dengan jenggot putih panjang dan jubah merah.
Pohon-pohon natal itu dihias berbagai jenis lampu. Salah satu yang paling unik adalah milik SMA Katolik Santo Petrus Kanisius Palangkaraya. Para siswa membuat pohon natal dengan kandang ternak dan hiasan botol-botol bekas. Mereka bahkan menggantung beberapa jenis kulit buah-buahan seperti durian dan rambutan.
”Kami pungut sampah dulu di sekolah, apa saja yang bisa jadi hiasan, ya, kami bentuk, sisanya kami buang ke tempat sampah,” ungkap Maria Anyani (16), salah satu siswi SMA Katolik Santo Petrus Kanisius.
Maria tinggal di sekitar Jalan Temanggung Tilung yang selama ini apabila hujan selalu banjir. Banjir, menurut dia, disebabkan oleh luapan air dari saluran irigasi yang selama musim kemarau macet karena tumpukan sampah.
Hiduplah bagi sahabat bagi semua orang, kita mencontoh teladan Yesus yang lahir dengan berbagai kondisi, tetapi tetap menjadi sahabat bagi yang miskin yang kesusahan. Menjadi sahabat itu berarti mendekati sesama yang kesusahan. ( Mgr Aloysius Maryadi Sutrisnaatmaka)
Bagi Maria, memanfaatkan sampah menjadi barang seni merupakan salah satu kiat untuk menghindari bencana banjir yang lebih besar. ”Banjir di sana (sekitar rumahnya) itu bukan banjir karena alam, ya, tetapi banjir karena ulah manusia,” ungkapnya.
Mgr Aloysius Maryadi Sutrisnaatmaka MSF mengungkapkan, tema Natal 2019 bagi gereja Kristen maupun Katolik di Indonesia adalah ”Menjadi Sahabat bagi Semua”. Dengan tema lingkungan, artinya umat diajak untuk menjadi sahabat juga bagi lingkungan.
”Hiduplah bagi sahabat bagi semua orang, kita mencontoh teladan Yesus yang lahir dengan berbagai kondisi, tetapi tetap menjadi sahabat bagi yang miskin yang kesusahan. Menjadi sahabat itu berarti mendekati sesama yang kesusahan,” ungkap Mgr Aloysius.
Selama 2019, menurut Mgr Aloysius, telah terjadi berbagai peristiwa intoleransi hingga radikalisme. Dengan begitu, tema natal kali ini sangat pas agar manusia diajak kembali melawan kekerasan dengan cinta dan kasih.
”Jadi, cara melawannya (kekerasan) itu bukan dengan bertindak kasar atau sama-sama keras, tetapi dengan menjadi sahabat dan mengajak betapa hidup bersahabat itu jauh lebih indah,” ungkap Mgr Aloysius.
Mgr Aloysius mengungkapkan, toleransi digambarkan dengan menjadi sahabat melalui beragam layanan. Gereja Katolik di Palangkaraya, memiliki berbagai fasilitas yang bisa digunakan publik, seperti rumah sakit, berbagai macam aula, dan banyak fasilitas pelayanan lainnya.
”Jadi, umat diajak untuk menjadi pelayan yang sesungguhnya, siapa saja, tanpa melihat latar belakangnya, bukan hubungan bos dan karyawannya, tetapi dekat seperti sahabat,” kata Mgr Aloysius.
Editor:
Cornelius Helmy Herlambang
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.