Ribuan Ulat Serbu Permukiman di Cirebon, Aktivitas Warga Terganggu
Ribuan ulat daun pohon jati menyerang permukiman dan sejumlah fasilitas umum di Desa Sindanglaut, Kecamatan Lemahabang, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, tiga hari terakhir.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·2 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Ribuan ulat daun pohon jati menyerang permukiman dan sejumlah fasilitas umum di Desa Sindanglaut, Kecamatan Lemahabang, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, tiga hari terakhir. Aktivitas warga pun terganggu karena harus membersihkan rumah yang diserbu ulat.
Ulat hitam tersebut masih menempel di tembok, teras, pintu, hingga plafon belasan rumah warga di RT 002 RW 004, Senin (23/12/2019). Bahkan, jemuran dan kamar mandi warga tidak luput dari serangan ulat.
Warga terpaksa menutup pintu dan ventilasi rumah serta memangkas pohon yang menjadi tempat ulat. Hewan itu turun ke permukiman dengan sulur-sulur, serupa jaring laba-laba.
Ulat juga sampai ke Sekolah Luar Biasa Negeri Kabupaten Cirebon dan Koramil Sindanglaut. Beruntung, kegiatan belajar-mengajar sedang libur di SLBN. Namun, 10 kelas, mushala, dapur, dan 8 ruangan asrama tidak luput dari serbuan ulat.
”Enggak gatal, sih. Tetapi, rasanya geli. Setiap satu jam disapu, ulatnya datang lagi. Terpaksa, tinggal di rumah dulu untuk beresin ini,” kata Agung (24), warga setempat yang bekerja sebagai sopir.
Ulat tersebut pertama kali sampai ke permukiman warga pada Jumat (20/12/2019) sore. ”Sudah dua tahun terakhir, ulat masuk ke rumah. Biasanya saat musim hujan. Sekarang semakin parah. Dulu, ulat cuma sehari masuk rumah,” kata Ratna (41) yang sudah tinggal di Sindanglaut sejak 2001.
Enggak gatal, sih. Tetapi, rasanya geli. Setiap satu jam disapu, ulatnya datang lagi. Terpaksa tinggal di rumah dulu untuk beresin ini. (Agung)
Slamet Riyadi (34), pegawai SLBN Kabupaten Cirebon, mengatakan, serangan ulat biasanya berlangsung sepekan, bahkan setengah bulan. Ulat itu muncul dari pohon jati di sekitar permukiman warga. Ulat tersebut memakan habis daun jati. Saking banyaknya, terdengar suara remukan daun jati karena dimakan ulat.
”Saya sudah membersihkan hampir lima kali. Tetapi, belum ada perubahan,” katanya. Pihaknya bahkan menyemprotkan pestisida dan racun serangga agar ulat tersebut mati. Setidaknya 15 botol pestisida sudah habis digunakan. Satu botolnya seharga Rp 70.000.
Warga berharap pemerintah setempat memberikan solusi atas serangan ulat daun jati tersebut. Padahal, di sejumlah daerah, seperti Gunung Kidul, Yogyakarta, dan Blora, Jawa Tengah, ulat tersebut dapat dijual untuk diolah menjadi pepes atau keripik.