Fenomena gerhana matahari dimanfaatkan sebagian orangtua di Lampung untuk menambah pengetahuan anak-anak tentang astronomi. Aktivitas pengamatan gerhana juga menjadi ajang mengisi liburan sekolah yang positif.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
KALIANDA, KOMPAS — Fenomena gerhana matahari dimanfaatkan sebagian orangtua di Lampung untuk menambah pengetahuan anak-anak tentang astronomi. Selain itu, aktivitas pengamatan gerhana juga menjadi ajang untuk mengisi liburan sekolah yang positif.
Aktivitas pengamatan gerhana matahari sebagian di Lampung dilakukan di Institut Teknologi Sumatera (Itera), Lampung Selatan, Kamis (26/12/2019). Para orangtua memanfaatkan momentum pengamatan gerhana sebagai salah satu aktivitas positif mengisi libur sekolah.
Sejak pukul 10.00, puluhan warga sudah berdatangan di halaman Kampus Itera untuk mengikuti pengamatan gerhana matahari sebagian. Mereka pun mencoba mengamati gerhana menggunakan teleskop dan kacamata khusus yang disediakan oleh Observatorium Astronomi Itera Lampung.
Di Lampung, gerhana matahari sebagian berlangsung selama 3 jam dan 43 menit. Proses gerhana dimulai sejak pukul 10.37 dengan tertutupnya sebagian permukaan Bumi oleh bayang-bayang luar atau penumbra Bulan. Puncak gerhana matahari sebagian di Lampung terjadi pada pukul 12.30.
Jika dilihat menggunakan teleskop atau kacamata khusus, bentuk matahari menyerupai bulan sabit atau sekitar 75 persen. Proses gerhana matahari sebagian itu berakhir pukul 14.20.
Pujiati (42), warga, mengatakan, dia sengaja mengajak anaknya untuk mengamati fenomena gerhana matahari. Menurut dia, anaknya yang duduk di kelas II sekolah dasar antusias menanyakan tentang gerhana matahari saat mendapat informasi dari televisi. ”Saat diajak mengamati gerhana matahari, anak sangat antusias,” ujarnya, saat ditemui di Itera.
Edu Salaam (8), salah seorang anak, mengaku baru pertama kali ikut mengamati gerhana matahari. Dia antusias dan senang bisa menyaksikan fenomena ini. ”Senang karena bisa menambah ilmu,” ujarnya.
Hari itu, Edu bersama belasan anak sekolah dasar lainnya sibuk mengamati gerhana matahari menggunakan kacamata khusus. Selain bisa melihat langsung gerhana matahari, dia juga jadi paham bahwa tidak boleh menatap matahari secara langsung karena dapat merusak retina mata. ”Melihatnya pakai kacamata ini, tidak boleh langsung. Nanti matanya sakit,” ujarnya.
Arum (42), warga lainnya, juga menuturkan, dia sengaja mengajak anaknya untuk mengamati gerhana matahari sebagai kegiatan positif saat liburan. Selain menambah wawasan, pengamatan ini termasuk fenomena langka karena tidak bisa berlangsung sepanjang tahun. Arum dan keluarganya pun tidak mau ketinggalan momentum ini.
”Kebetulan kami sekeluarga sedang liburan di Lampung. Kami sengaja datang ke sini untuk ikut mengamati fenomena gerhana matahari,” kata Arum yang tinggal di Jakarta.
Dosen Program Studi Sains Atmosfer dan Keplanetan Itera, Robiatul Muztaba, menuturkan, pengamatan gerhana matahari sebagian berlangsung lancar. Cuaca di sekitar lokasi pengamatan cerah sehingga matahari dapat teramati jelas.
Dia menambahkan, berdasarkan hasil kajian, fenomena gerhana matahari cincin akan bisa diamati kembali di Lampung pada 21 Mei 2031. Pengamatan ini menjadi hal penting dan langka bagi peneliti yang ingin mengamati unsur penyusun matahari.