Gerhana Matahari Sedot Perhatian Warga dan Wisatawan
Kota Padang, Sumatera Barat, mengalami gerhana matahari sebagian, Kamis (26/12/2019) siang. Fenomena alam langka itu pun menyedot perhatian warga dan wisatawan.
Oleh
Yola Sastra
·2 menit baca
PADANG, KOMPAS — Kota Padang, Sumatera Barat, mengalami gerhana matahari sebagian, Kamis (26/12/2019) siang. Sebagian warga dan wisatawan menikmati momen itu di Masjid Raya Sumbar, tempat BMKG Sumbar dan Kantor Wilayah Kemenag Sumbar mengadakan observasi.
Koordinator Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Sumbar Irwan Slamet mengatakan, gerhana matahari di Padang berlangsung 3 jam 49 menit. Kontak pertama antara piringan bulan dan matahari terjadi pukul 10.19 dan berakhir pukul 14.08. ”Puncak gerhana matahari terjadi pukul 12.11,” katanya.
Warga Kota Padang dan sekitarnya tidak bisa menikmati gerhana matahari cincin karena faktor lokasi.
Saat puncak gerhana, piringan bulan menutup piringan matahari sekitar 90 persen. Cahaya matahari meredup beberapa menit sebelum hingga sesudah puncak gerhana. Menurut Irwan, warga Kota Padang dan sekitarnya tidak bisa menikmati gerhana matahari cincin karena faktor lokasi.
Posisi bulan dan matahari tidak persis berada di atas sehingga hanya terjadi gerhana matahari sebagian. Di Indonesia, hanya tujuh provinsi yang mengalami gerhana matahari cincin, yaitu Aceh, Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, dan Kalimantan Timur.
Ditambahkan Irwan, gerhana matahari ini menandai pergantian bulan Rabiul Akhir ke Jumadil Awal pada tahun Hijriah karena posisi bumi, bulan, dan matahari berada dalam satu bidang lurus. ”Gerhana matahari juga mengakibatkan perubahan gravitasi sehingga memicu pasang laut,” ujar Irwan.
Fenomena gerhana matahari sebagian ini menarik minat warga Padang dan wisatawan. Puluhan orang secara silih berganti antusias datang ke lokasi observasi di Masjid Raya Padang.
Di Masjid Raya Padang, ada dua teleskop yang digunakan masing-masing milik BMKG dan Kantor Wilayah Kementerian Agama Sumbar. Selain itu, disediakan pula satu monitor yang menampilkan proses gerhana.
Asri Yuliati (51), wisatawan asal Surabaya, mengaku takjub dengan fenomena ini. Gerhana kali ini merupakan yang kedua kali disaksikan Asri. Pada 9 Maret 2016, Asri juga turut menyaksikan gerhana matahari total di Surabaya.
”Ini peristiwa langka yang sungguh luar biasa. Fenomena ini benar-benar menunjukkan kekuasaan Tuhan. Langit bisa gelap di waktu siang,” kata Asri.
Perasaan serupa juga diungkapkan Erick Tanjung (33), sopir Medan-Padang. Gerhana matahari tahun ini merupakan yang pertama kali disaksikannya. Erick sengaja datang ke Masjid Raya Sumbar karena mendapat informasi adanya kegiatan observasi tersebut.
”Fenomena ini luar biasa, tidak setiap tahun bisa terjadi. Jarang-jarang bisa mendapatkan momen ini,” kata Erick. Setelah puncak gerhana matahari, sebagian warga dan wisatawan pun menunaikan ibadah shalat Dzuhur dan shalat Khusuf Gerhana di Masjid Raya Sumbar.