Mereka berpelukan, berjabat tangan, dan menguatkan persaudaraan di antara iringan lagu-lagu Natal dan Syi’ir Tanpo Waton serta ditutup tarian sufi khas Turki.
Oleh
·2 menit baca
Ibadah misa Natal di Gereja St Vincentius A Paulo, Jalan Raya Langsep, Kota Malang, Jawa Timur, Rabu (25/12/2019), diramaikan oleh hadirnya Muslim dari Jaringan Gusdurian Malang. Mereka berpelukan, berjabat tangan, dan menguatkan persaudaraan di antara iringan lagu-lagu Natal dan Syi’ir Tanpo Waton serta ditutup tarian sufi khas Turki. Hari itu, semua orang bergembira dalam kebinekaan.
Suara rebana mengiringi perarakan misa di permulaan rangkaian acara. Pemuda Muslim bersarung dan berkopiah berjalan bersama-sama anak-anak altar memasuki gereja. Setelah sampai di gereja, musik pun berganti dengan lagu gerejawi.
Sebelum misa ditutup, tarian sufi khas Turki kembali hadir bersama dengan lantunan kidung Syi’ir Tanpo Waton. Syi’ir Tanpo Waton adalah rangkaian bacaan istigfar (bacaan minta ampunan), shalawat Nabi Muhammad SAW, dan syair berbahasa Jawa. ”Sungguh luar bisa. Ini kado natal terindah bagi kami,” kata Anton, umat setempat.
Anton senang dengan kedatangan Gusdurian pada misa perayaan Natal. ”Saya salut mereka berani menyuarakan toleransi dan datang ke sini untuk mengenal kami,” katanya.
Misa ekaristi digelar pukul 17.00. Sejak pukul 15.00, anggota Gusdurian Malang dan Gubuk Sufi Jabung sudah berdatangan ke gereja. Total ada sekitar 30 orang.
Safari damai
Jaringan Gusdurian Malang tersebut datang untuk melakukan Safari Damai Natal sebagai kegiatan rutin tahunan yang mereka lakukan selama ini. Sebelumnya, koordinasi dengan pihak gereja sudah dilakukan. Rencana kehadiran Jaringan Gusdurian Malang pun diumumkan kepada umat.
Selama misa yang dipimpin Romo Yohanes Gani berlangsung, anggota Gusdurian turut menyimak homili. Mereka baru meninggalkan tempat duduk saat kumandang azan Maghrib terdengar. Mereka lalu shalat di aula gereja yang telah disediakan.
”Ini menjadi pengalaman luar bisa. Kami bisa merayakan Natal dengan umat lain,” kata Kristien Yuliarti, Ketua Panitia Natal Gereja St Vincentius. Romo Yohanes Gani mengatakan, kedatangan Gusdurian tersebut merupakan salah satu upaya untuk masuk dan mengenal satu sama lain.
Ahmad Komarudin, Koordinator Gerakan Gusdurian Muda Kota Malang, mengatakan, kedatangan itu untuk mengampanyekan toleransi. ”Ide Gus Dur jelas, pluralisme berkaitan dengan sosiologis, bukan teologis. Jadi, tak ada hubungannya agama dengan hubungan sosial,” katanya.
Muham El Muqtadir, Ketua Gubuk Sufi Jabung, menyebut, puncak agama adalah cinta. ”Cinta yang universal. Yang ada adalah kemanusiaan, kerukunan, yang mewujud menjadi keindahan. Perbedaan itu indah. Yang dilarang adalah membeda-bedakan,” kata pria yang disapa Gus Muham itu.
Muhammad Hasan Rois dari komunitas Gubuk Sufi Jabung berpandangan bahwa berkomunikasi dan menghormati hari raya agama lain adalah kewajiban. Membela agama tidak harus dengan menyalahkan agama lain. (DAHLIA IRAWATI)