Tukar Baju hingga Sampah untuk Mode
Lima lembar pakaian bekas tiba di gerai pakaian Tencel, Plaza Indonesia, Sabtu (21/12/2019). Baju-baju itu akan segera Astri (45) tukarkan dengan beragam jenis pakaian baru yang tergantung di hadapannya. Keinginan untuk mendapatkan baju baru pun akhirnya terwujud.
”Beruntung banget aku bisa menukarkan baju bekasku, lalu dapat baju baru,” kata Astri.
Program #tukarbaju yang ditawarkan pemilik gerai di salah satu sudut Plaza Indonesia itu dibuka sejak 13-22 Desember lalu. Sejak itulah berbondong- bondong orang datang menukarkan baju bekasnya. Astri, yang sebelumnya mengecek harga-harga baju di gerai itu umumnya jutaan rupiah, tak ingin melewatkan kesempatan tersebut. Tentulah menguntungkan bisa mendapatkan baju-baju bagus dengan cara yang lebih mudah.
Program tukar baju itu juga menggembirakan Danik, karyawati sebuah perusahaan di Jakarta Pusat. Kebetulan sejak setahun terakhir ia sudah mulai memakai baju dari bahan alam.
”Aku baru tahu kemarin ketika ke sini untuk melihat model baru. Eh, ternyata ada program tukar baju. Aku bawa dua bajuku untuk ikut program ini,” kata Danik yang membawa satu baju layak pakai dan satu baju yang belum pernah dipakainya.
Bagi Danik, program #tukarbaju juga untuk tidak menumpuk baju di rumah. ”Biasa, perempuan, kan, suka lapar mata. Begitu ada diskon baju, waah kalap. Aku juga gitu,” katanya berterus terang.
Namun, sekarang, ia mulai sadar kalau baju yang dibuat dari bahan yang susah terurai akan berdampak negatif bagi lingkungan. ”Lagi pula baju dari bahan organik lebih terasa adem di kulit dan nyaman banget dipakai. Tetapi memang lebih mahal dibandingkan bahan yang lain,” katanya lagi.
Menurut Devina Santoso, wakil manajer penjualan setempat, program #tukarbaju menuai antusiasme yang besar. Oktober lalu, program itu berhasil menampung sekitar 2.000 baju bekas. Seluruh baju bekas akan mereka donasikan kepada orang-orang yang membutuhkan, sebagian besar lewat Yayasan Setali yang dikelola penyanyi jazz Andien Aisyah. ”Penggalangan baju bekas yang terdahulu juga sudah diberikan untuk korban kabut asap di Riau,” ujarnya.
Bagi sebagian besar pengunjung, program #tukarbaju mungkin semata disambut untuk memenuhi keinginan memiliki baju-baju baru yang sedang tren. Namun, kata Devina, di balik program ini terselip pesan mengampanyekan penggunaan pakaian ramah alam.
Baju-baju yang dipajang di etalase gerainya tak semata bernilai keindahan mode, tetapi juga bernilai edukasi betapa pentingnya kita untuk lebih peduli lingkungan. Sebagian koleksi pakaian diproduksi dari bahan serat alam yang dapat terurai secara alami. ”Dalam 20 pekan, kain akan luruh di tanah. Sebab, bahan kainnya dibuat dari serat alami,” ujarnya.
Dalam beberapa tahun terakhir, kepedulian industri terhadap kelestarian lingkungan kian terlihat. Industri yang notabene penghasil sampah ramai-ramai mengeluarkan program peduli lingkungannya.
Mengedukasi masyarakat soal pentingnya pemilahan dan daur ulang sampah untuk menciptakan ekonomi sirkular dilakukan juga oleh Swietenia Puspa Lestari melalui organisasinya, Divers Clean Action (DCA), bekerja sama dengan sejumlah perusahaan.
DCA menggagas program #Bottle2Fashion, yaitu mengolah dan mengubah sampah- sampah plastik di Kepulauan Seribu, Jakarta, untuk dijadikan bahan dan produk mode yang kemudian dijual ke Eropa.
Selain itu, tahun 2016, DCA bekerja sama dengan KFC menggulirkan gerakan #nostrawmovement. Gerakan menghentikan pemakaian sedotan plastik yang awalnya hanya diuji coba di sepuluh restoran KFC di Jabodetabek itu dalam setahun sudah dilakukan di seluruh restoran KFC dan bisa mengurangi sampah sedotan nasional secara signifikan.
(ITA/TRI/ADH)