Dua dari lima korban hilang akibat banjir bandang ditemukan meninggal di Kabupaten Labuhanbatu Utara, Sumatera Utara, pada pencarian hari ke-empat, Rabu (1/1/2020).
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
LABUHANBATU UTARA, KOMPAS – Dua dari lima korban hilang akibat banjir bandang ditemukan tewas di Kabupaten Labuhanbatu Utara, Sumatera Utara, pada pencarian hari ke-empat, Rabu (1/1/2020). Pencarian terkendala banyaknya batu dan batang kayu besar yang menumpuk di sungai, sementara alat berat belum bisa dikerahkan ke lokasi.
“Kedua korban ditemukan sekitar 10 kilometer dari rumah mereka yang hanyut terbawa arus banjir bandang. Tim SAR gabungan masih terus mencari tiga korban hilang lainnya,” kata Koordinator Pos SAR Tanjung Balai dan Asahan Bobi Purba.
Lima korban yang sebelumnya dilaporkan hilang merupakan satu keluarga yakni Ahmad A Sipahutar (ayah), Cahaya Nasution (ibu), serta tiga anak mereka, Reni Y Sipahutar, Irul Sipahutar, dan Reja Sipahutar. Dua korban yang ditemukan meninggal diduga adalah Cahaya dan salah seorang anaknya. “Jenazah korban telah dievakuasi ke rumah sakit untuk proses identifikasi,” kata Bobi.
Banjir bandang sebelumnya melanda Desa Pematang dan Hatapang, Kecamatan Na IX-X, Labuhanbatu Utara, Minggu (29/12). Arus banjir bandang setinggi dua meter menghantam permukiman warga di sekitar sungai dan membawa material batu besar, batang kayu, dan lumpur. Sembilan rumah hanyut, 17 rusak berat, puluhan rusak ringan, sejumlah jembatan putus, dan jalan longsor di daerah yang didominasi perkebunan sawit itu.
Bobi mengatakan, tim SAR gabungan mencari korban di sekitar lokasi longsor dan juga menyusuri sungai dengan berjalan kaki. Pencarian dilakukan dengan pengamatan visual. Tim pun sudah menyusuri sungai lebih dari 10 kilometer selama empat hari pencarian.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sumut Riadil Akhir Lubis mengatakan, mereka masih berfokus melakukan tindakan tanggap darurat yakni memperbaiki akses jalan, membuat jembatan darurat, penyambungan listrik, dan sinyal telepon seluler. “Pemerintah juga membuat dapur umum untuk warga korban banjir bandang,” katanya.
Kedua korban ditemukan sekitar 10 kilometer dari rumah mereka yang hanyut terbawa arus banjir bandang. Tim SAR gabungan masih terus mencari tiga korban hilang lainnya
Riadil mengatakan, akses jalan menuju desa terdampak banjir bandang masih menggunakan jalan darurat melalui ladang warga untuk menghindari jalan longsor dan jembatan putus. Jalan itu sulit dilalui karena berlumpur. Untuk mempermudah akses, tim dari TNI akan membangun jembatan darurat.
Sebagian besar masyarakat yang rumahnya terdampak banjir bandang pun masih mengungsi ke rumah kerabat atau tetangga. Mereka juga mengungsi untuk mengantisipasi apabila ada banjir bandang susulan karena hujan deras masih turun setiap sore.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Labuhanbatu Utara Sugeng mengatakan, mereka berkoordinasi dengan PT Perusahaan Listrik Negara agar listrik di dua desa terdampak banjir bandang bisa segera tersambung. “Sinyal telepon seluler ke desa tersebut juga masih terputus. Ini menjadi kendala dalam proses penanggulangan bencana,” ujarnya.
Sugeng mengatakan, kebutuhan dasar untuk korban masih terpenuhi dari dapur umum yang menyiapkan 400 porsi makanan untuk pengungsi dan petugas. Mereka juga menerima bantuan dari masyarakat untuk para korban. Tim gabungan bersama masyarakat juga membersihkan rumah dan jalan permukiman dari lumpur, tumpukan kayu, dan batu.