Keterisolasian Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur, belum menunjukkan perubahan signifikan selama enam tahun daerah itu berdiri. Akses antardesa belum sepenuhnya tersambung oleh jalan darat yang baik.
Oleh
sucipto
·4 menit baca
BALIKPAPAN, KOMPAS - Keterisolasian Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur, belum menunjukkan perubahan signifikan selama enam tahun daerah itu berdiri. Akses antardesa belum sepenuhnya tersambung oleh jalan darat yang baik. Pemerintah kabupaten pun berupaya berkoordinasi rutin dengan pemerintah provinsi dan pusat agar dalam lima tahun pembangunan jalan dari perbatasan dengan Kutai Barat sampai perbatasan dengan Malaysia bisa terwujud.
Sejak berdiri pada 2013, infrastruktur jalan aspal yang sudah selesai dibangun di kabupaten itu baru 17 kilometer, yakni di Desa Ujoh Bilang, Kecamatan Long Bagun, pusat pemerintahan Mahakam Ulu. Selebihnya, sekitar 720 kilometer, masih berupa jalan tanah berbatu yang dipadatkan. Jalan tanah itu hanya bisa dilalui oleh mobil bergardan ganda.
Jika sungai surut sehingga sulit dilalui, harga barang kebutuhan pokok pun naik.
Saat Kompas mengunjungi Desa Long Tuyoq dan Desa Liu Mulang, Kecamatan Long Pahangai, pertengahan Desember 2019, transportasi sungai menjadi urat nadi mobilitas orang dan barang. Untuk menuju pusat pemerintahan kabupaten, warga di sana harus menempuh perjalanan sekitar 4 jam dengan perahu bermesin 200 tenaga kuda.
Di tengah perjalanan, perahu harus melewati jeram atau riam Sungai Mahakam sepanjang 500 meter. Peristiwa perahu karam akibat terbentur batu atau kayu yang hanyut kerap dialami warga. Jika sungai surut sehingga sulit dilalui, harga barang kebutuhan pokok pun naik. Beras kemasan 25 kilogram, yang biasanya seharga Rp 300.000, bisa mencapai Rp 400.000.
Dihubungi dari Balikpapan, Rabu (1/1/2020), Kepala Badan Perencanaan, Pembangunan, Penelitian, dan Pembangunan Daerah Mahakam Ulu Stephanus Madang mengatakan, pemenuhan infrastruktur jalan menjadi tantangan Kabupaten Mahakam Ulu. Dari 737 kilometer ruas jalan, hanya 46,9 kilometer dalam kondisi baik, 18,71 kilometer kondisi sedang, dan sisanya dalam kondisi rusak.
“Secara umum, badan jalan sudah terbuka. Tantangan pembangunan ada pada keuangan daerah sehingga kita perlu berkoordinasi rutin untuk pembagian wewenang dengan pemerintah provinsi dan pusat dalam pembangunan jalan ini,” kata Madang.
Untuk membangun 1 kilometer jalan beraspal, diperlukan biaya sekitar Rp 10 miliar.
Madang mengatakan, perencanaan pembangunan jalan di Mahakam Ulu terbagi dalam tiga segmen, yakni dari perbatasan Kutai Barat-Long Bagun (pemerintah kabupaten), Long Bagun-Long Pahangai (pemerintah provinsi), dan Long Pahangai-Long Apari (pemerintah pusat). Pembagian wewenang dilakukan sebab butuh biaya besar dalam pembangunan jalan di Mahakam Ulu.
Untuk membangun 1 kilometer jalan beraspal, diperlukan biaya sekitar Rp 10 miliar. Hal itu disebabkan ongkos pengangkutan barang yang tinggi. Dari Samarinda, perjalanan menyusuri Sungai Mahakam butuh waktu sekitar 2 hari. Jika melalui jalur darat, butuh waktu sekitar 12 jam yang disambung jalur sungai sekitar 4 jam.
Kondisi tersebut membuat kunjungan wisata berjalan lambat ke daerah-daerah yang memiliki potensi wisata alam. Kepala Desa Liu Mulang Hendrikus Helaq mengatakan, kunjungan wisata pancing di alam bebas ke desanya menunjukkan tren positif. Namun, akses transportasi udara dan kondisi sungai yang tidak pasti menjadi kendala pengunjung.
“Jika jalan darat sudah cukup baik, pengunjung bisa memilih untuk jalur darat atau jalur sungai, sesuai selera dan kondisi alam. Jalur darat yang baik saya rasa bisa turut menaikkan kunjungan wisata,” kata Hendrikus.
Kondisi itu juga membuat kerajinan tangan masyarakat lokal harganya menjadi tidak kompetitif saat dikirim ke luar daerah. Selama ini, warga membuat kerajinan untuk dijual ketika ada pesanan atau pameran. "Selebihnya, pembelinya wisatawan yang berkunjung ke desa kami,” kata Ketua Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga Desa Long Tuyoq, Kresensia Ping (42).
Ping mengatakan, jika ada pesanan ke luar daerah, barang itu dititipkan kepada warga yang pergi ke pusat pemerintahan. Dari sana, barang baru bisa dikirim melalui jasa pengiriman barang. Hal itu membutuhkan waktu lama dan biaya. Ongkos perjalanan satu orang menggunakan perahu dari Long Tuyoq ke Ujoh Bilang Rp 500.000.
Menanggapi hal tersebut, Madang mengatakan, pemerintah daerah setiap tahun berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dan pemerintah pusat. Pemkab Mahakam Ulu juga sudah melakukan pertemuan dengan Deputi I Kepala Staf Kepresidenan awal Desember 2019.
“Koordinasi dan pertemuan itu bertujuan agar ada kesepakatan untuk penanganan jalan dari perbatasan Kutai Barat hingga perbatasan Malaysia. Tujuannya agar setiap tahun dialokasikan dana pembangunan jalan sehingga dalam 3-5 tahun ke depan bisa terbangun,” kata Madang.