Lokasi rawan banjir di Bandar Lampung semakin bertambah seiring masifnya alih fungsi lahan. Hal ini perlu diantisipasi mengingat intensitas hujan diprediksi terus meningkat selama tiga bulan ke depan.
Oleh
Vina Oktavia
·3 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Titik rawan banjir di Bandar Lampung semakin bertambah seiring masifnya alih fungsi lahan. Hal ini perlu diantisipasi mengingat intensitas hujan diprediksi terus meningkat selama tiga bulan ke depan.
Berdasarkan data yang dihimpun dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bandar Lampung, tahun ini, ada 23 titik rawan banjir di ibu kota Provinsi Lampung itu. Jumlah itu meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tercatat hanya sebanyak delapan titik. Sebagian besar daerah rawan banjir itu merupakan permukiman padat dan kompleks perumahan.
Permukiman penduduk biasanya terendam banjir jika hujan lebat lebih dari tiga jam.
Lokasi banjir tersebar di 12 kecamatan, yakni Kecamatan Kedamaian, Enggal, Labuhan Ratu, Tanjung Senang, Rajabasa, dan Kedaton. Selain itu, ada pula Kecamatan Way Halim, Sukarame, Bumi Waras, Panjang, Teluk Betung Utara, dan Teluk Betung Selatan.
”Permukiman penduduk biasanya terendam banjir jika hujan lebat lebih dari tiga jam,” kata Kepala Bidang Kesiapsiagaan dan Logistik BPBD Kota Bandar Lampung Sutarno, Kamis (2/1/2020).
Selain karena luapan sungai, kata Sutarno, banjir juga dipicu buruknya drainase di kompleks perumahan. Ukuran drainase yang terlalu kecil tidak mampu menampung debit air hujan. Selain itu, sampah juga biasanya menumpuk sehingga menyumbat aliran air dan menyebabkan banjir.
BPBD menyiapkan 213 personel untuk menghadapi ancaman banjir selama musim hujan ini. Selain mengecek kondisi drainase di jalan protokol, personel BPBD juga memantau kondisi pohon-pohon besar di pinggir jalan. Ranting pohon yang berpotensi roboh saat hujan deras dan angin kencang telah dipangkas.
Sutarno pun mengimbau agar warga segera mengungsi ke tempat yang lebih aman saat genangan air naik dan hujan deras masih terus mengguyur. Petugas juga telah menyiapkan perahu karet untuk evakuasi korban banjir.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Provinsi Lampung mengeluarkan peringatan cuaca ekstrem di wilayah Lampung selama periode 1-4 Januari 2020. Hujan deras disertai petir dan angin kencang berpotensi terjadi di Lampung selama tiga hari ke depan.
Petugas prakiraan cuaca Stasiun BMKG Lampung, Eva Nurhayati, menjelaskan, intensitas hujan di Lampung diprediksi akan semakin meningkat selama Januari-Maret 2020. Curah hujan berkisar 50-100 milimeter per hari.
Dia menjelaskan, pertemuan angin dingin Samudra Pasifik dan hawa hangat Samudra Hindia menyebabkan tumbuhnya awan hujan di kawasan Indonesia bagian barat. Suhu air laut yang hangat juga memicu hujan deras di daratan.
Kemunculan ular
Selain potensi banjir, kemunculan ular di permukiman warga juga perlu diwaspadai. Selama sepekan terakhir, BPBD telah mengevakuasi tiga ular kobra dan sanca yang ditemukan warga. Ular itu ditemukan warga setelah hujan deras. Warga pun diimbau segera menghubungi petugas BPBD jika menemukan satwa tersebut dan tidak menangkapnya sendiri karena berbahaya.
Salah satu lokasi penemuan ular berada di Kelurahan Kedamaian, Kecamatan Kedamaian. Seekor ular sanca kembang sepanjang 3 meter ditemukan di jalan saat warga tengah membersihkan lumpur yang menumpuk di drainase setelah hujan.
Abel (42), warga, menceritakan, ular sanca kembang itu ditemukan warga pada Minggu (29/12/2019). Saat itu, anak-anak melihat ular bersembunyi di antara tumpukan sampah dan lumpur. Ular itu diduga hanyut di saluran drainase perumahan. Sejumlah warga pun menangkap satwa liar itu dan menyerahkannya kepada petugas.
Ketua RT 003, Kelurahan Kedamaian, Sunar, mengatakan, dirinya meminta warga untuk lebih rajin membersihkan rumah masing-masing. Hal ini untuk menghindari masuknya ular ke rumah. Selain itu, setiap akhir pekan, warga juga diharapkan bergotong royong membersihkan saluran air selama musim hujan.