Curah hujan yang tinggi di wilayah Gresik, Jawa Timur, mengakibatkan Kali Lamong kembali meluap. Setidaknya 19 desa di Kecamatan Balongpanggang, Benjeng, dan Cerme terendam banjir dengan ketinggian 10-30 cm.
Oleh
IQBAL BASYARI
·3 menit baca
GRESIK, KOMPAS — Curah hujan yang tinggi di wilayah Gresik, Jawa Timur, mengakibatkan Kali Lamong kembali meluap. Setidaknya 19 desa di Kecamatan Balongpanggang, Benjeng, dan Cerme terendam banjir dengan ketinggian 10-30 sentimeter.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Gresik Tarso Sagito, Kamis (2/1/2019), di Gresik, mengatakan, hujan lebat selama dua hari berturut-turut mengakibatkan banjir di Gresik sejak Selasa (31/12/2019) sekitar pukul 22.00. ”Banjir di permukiman warga dipicu meluapnya Kali Lamong dan sejumlah tanggul jebol karena tidak kuat menahan air,” katanya.
Di Kecamatan Balongpanggan, banjir merendam enam desa, yakni Desa Banjaragung, Wotansari, Sekarputih, Pucung, Mojogede, dan Kedungpring. Kemudian banjir di Kecamatan Benjeng melanda Desa Sedapurklagen, Deliksumber, Kedungrukem, Munggugianti, Munggugebang, Kalipadang, Lundo, dan Bulurejo.
”Banjir di permukiman warga dipicu meluapnya Kali Lamong dan sejumlah tanggul jebol karena tidak kuat menahan air,” kata Tarso.
”Kemarin (Rabu, 1/1/2019), banjir meluas ke wilayah Kecamatan Cerme karena tanggul Kali Lamong jebol sehingga mengakibatkan banjir di lima desa,” kata Tarso. Kelima desa tersebut adalah Desa Dadakpuning, Sukoanyar, Ngembung, Dungus, dan Iker-Iker Geger.
Selain di Gresik, banjir juga melanda dua desa, yakni Desa Kunci dan Sumberarum di Kecamatan dander, Bojonegoro. ”Ada 15 kabupaten/kota di Jatim yang sudah menetapkan status siaga darurat bencana hidrometeorologi,” kata Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak.
Daerah yang sudah menetapkan status Siaga antara lain Madiun, Ngawi, Pacitan, Ponorogo, Magetan, Trenggalek, Blitar, Nganjuk, Bojonegoro, Tuban, dan Mojokerto. Status tersebut berlaku selama 150 hari sejak ditandatangani Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa pada 16 Desember 2019.
Emil meminta daerah-daerah yang rawan bencana tersebut segera menyiapkan diri untuk melakukan antisipasi terhadap ancaman bencana.
Secara terpisah, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyatakan, Surabaya sudah siap dalam menghadapi musim hujan. Kawasan Sumberrejo yang tahun lalu banjir akibat jebolnya tanggul Kali Lamong sudah diperbaiki. Tanggul sudah diperkuat dengan keberadaan rumah pompa agar air tidak meluap ke permukiman.
”Setiap hari, sungai yang ada di Surabaya selalu dikeruk untuk mengurangi sedimentasi agar kapasitas sungai tidak berkurang,” kata Risma.
Sementara itu, di wilayah-wilayah lain yang rawan banjir, pihaknya sudah menaikkan kapasitas rumah pompa hingga dua kali lipat agar tidak ada genangan saat hujan lebat.
”Setiap hari, sungai yang ada di Surabaya selalu dikeruk untuk mengurangi sedimentasi agar kapasitas sungai tidak berkurang,” kata Risma.
Selama libur hingga Kamis siang, Risma terus meninjau rumah pompa di kawasan wisata Mangrove Wonorejo. Hal itu dilakukan untuk memastikan kekuatan tarikan pompa air. Alasannya, telah ditambahkan dua pompa air dan genset di rumah pompa tersebut guna menambah kapasitas tarikan debit air di kawasan Surabaya timur.
Menurut Risma, rumah pompa itu berdiri di kawasan lindung sehingga kawasan itu tidak bisa dialiri listrik untuk operasional rumah pompa. Satu-satunya sumber energi dengan genset untuk operasional sehari-hari.
”Diharapkan air di saluran warga dan di jalanan lebih cepat mengalir ke laut, dan ditargetkan genangan air bisa surut kurang dari 3 jam,” ujarnya.
Lokasi kedua yang dikunjungi Risma adalah sungai di kawasan Gunung Anyar. Di lokasi tersebut, ia meminta Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pematusan (DPUBMP) Erna Purnawati agar mengeruk sungai demi penambahan kapasitas penampungan air.
Erna Purnawati menjelaskan, tanggul sungai tersebut dikeruk dan dibentuk terasering agar mampu menampung air lebih banyak lagi.
Kepala Pelaksana BPBD Jatim Suban Wahyudiono menambahkan, tercatat 22 daerah di Jatim rawan bencana hidrometeorologi. Banjir menjadi bencana yang paling diantisipasi karena meluapnya aliran Sungai Bengawan Solo, Brantas, Kali Lamong, Kemuning, dan Welang.
”Prediksi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, intensitas hujan meningkat selama Januari hingga Februari,” katanya.