Dalam dua hari terakhir, Kabupaten Karawang dan Purwakarta, Jawa Barat, diterpa hujan lebat disertai angin kencang. Akibatnya, banjir dan tanah longsor melanda daerah tersebut.
Oleh
MELATI MEWANGI
·2 menit baca
KARAWANG, KOMPAS — Dalam dua hari terakhir, Kabupaten Karawang dan Purwakarta, Jawa Barat, diterpa hujan lebat disertai angin kencang. Akibatnya, banjir dan tanah longsor melanda daerah tersebut. Warga diimbau agar lebih waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi susulan.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karawang Asep Wahyu, Kamis (2/1/2020), mengatakan, hujan dengan intensitas tinggi terjadi sejak Selasa (31/12/2019) sore hingga Rabu (1/1/2020) siang. Hal itu mengakibatkan meluapnya Sungai Ciparage, Cikaranggelam, Cilamaya, dan Cibeet. Ketinggian air yang membanjiri permukiman berkisar 30-120 sentimeter.
Meski banjir mulai surut, kami mengimbau warga agar tetap waspada sebab potensi banjir susulan mungkin terjadi.
Ada enam kecamatan yang terdampak banjir, yaitu Jatisari, Cikampek, Telukjambe Barat, Banyusari, Cilamaya Wetan, dan Purwasari. Berdasarkan data BPBD Karawang pada Selasa, ada 305 pengungsi dari Kecamatan Cikampek.
Hingga saat ini, belum ada penambahan warga yang mengungsi karena banjir mulai surut. ”Meski banjir mulai surut, kami mengimbau warga agar tetap waspada sebab potensi banjir susulan mungkin terjadi,” ucap Asep.
Banjir dan tanah longsor juga melanda Kabupaten Purwakarta pada Selasa. Pada malam pergantian tahun, banjir melanda Desa Hergarmanah, Kecamatan Babakancikao; serta Desa Munjul Jaya, Nagri Kidul, dan Citalang, Kecamatan Purwakarta. Sementara, longsor terjadi di Desa Tegal Munjul, Kecamatan Purwakarta dan Desa Margasari, Kecamatan Pasawahan.
Menurut Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Kabupaten Purwakarta Wahyu Wibisono, penyebab longsor di sejumlah titik itu antara lain curah hujan yang tinggi. Kondisi itu menyebabkan ambruknya tanggul fondasi jalan dan adanya pergerakan tanah sehingga menimpa rumah warga.
Tingginya curah hujan dapat membuat kondisi tanah jenuh sehingga terjadi longsor. Kondisi itu diperparah jika tidak ada tanaman kayu yang mampu menahan tanah. Ada 15 kecamatan yang masuk dalam kategori kerawanan longsor menengah-tinggi di Purwakarta, antara lain Bojong, Cibatu, Wanayasa, Pasawahan, dan Sukatani.
Wahyu mengimbau para camat agar meningkatkan kewaspadaan masyarakat dan menyiagakan sukarelawan. ”Sarana dan prasarana untuk menghadapi bencana telah disiapkan, antara lain tenda dan perlengkapan perahu karet untuk evakuasi warga,” ujarnya.
Berdasarkan data Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Kabupaten Purwakarta, sepanjang 2018, ada 10 kejadian tanah longsor dan 21 kejadian angin puting beliung di Purwakarta. Angin kencang dan tanah longsor kebanyakan terjadi pada Oktober hingga Januari.
Dihubungi secara terpisah, Kepala Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Miming Saepudin mengatakan, secara umum, hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi dalam durasi panjang terjadi di wilayah Purwakarta, Karawang, dan sekitarnya hingga 7 Januari 2020.
Awan-awan yang tumbuh umumnya awan hujan jenis kumulonimbus. Awan jenis itu memiliki karakter menimbulkan hujan lebat disertai angin kencang atau kilat.