BPBD Klaten memberdayakan peran masyarakat dan sukarelawan dalam menghadapi potensi bencana pada musim hujan ini.
Oleh
ERWIN EDHI PRASETYA
·2 menit baca
KLATEN, KOMPAS — Badan Penanggulangan Bencana Daerah Klaten menyiapkan langkah-langkah antisipasi guna menghadapi bencana banjir pada puncak musim hujan ini. Salah satunya dengan memberdayakan peran masyarakat dan sukarelawan dalam menghadapi potensi bencana.
Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Klaten Nur Tjahjono mengatakan, ada tujuh kecamatan rawan banjir oleh luapan sungai-sungai anak Bengawan Solo. Ketujuh kecamatan itu adalah Gantiwarno, Wedi, Bayat, Trucuk, Cawas, Juwiring, dan Karangdowo.
Wilayah-wilayah tersebut dilintasi beberapa sungai anak Bengawan Solo, di antaranya Kali Jaran, Dengkeng, dan Gamping. ”Kami telah membentuk kelompok-kelompok sukarelawan dan melatih mereka. Kami juga telah menyusun prosedur standar operasi evakuasi warga oleh relawan,” ujar Nurdi Klaten, Jawa Tengah, Kamis (2/1/2020).
Kami telah membentuk kelompok-kelompok sukarelawan dan melatih mereka.
Nur mengatakan, sosialisasi antisipasi banjir juga dilakukan kepada masyarakat di wilayah desa-desa rawan terdampak banjir. Peningkatan kapasitas masyarakat dan sukarelawan dilakukan untuk membangun kesiapsiagaan dan ketangguhan menghadapi bencana alam. ”Kami juga akan membentuk posko bencana yang terpadu lintas sektor,” katanya.
Menurut Nur, posko tersebut dibentuk agar penanganan banjir dapat dilakukan secara terpadu lintas sektor. Posko ini melibatkan BPBD, dinas pendidikan, dinas kesehatan, dinas pertanian, SAR, PMI, Polri, TNI, dan pihak terkait lain. Tujuannya, agar penanganan dampak bencana dapat dilakukan secara terpadu dan tidak berjalan sendiri-sendiri.
”Kami juga telah menyiapkan keperluan logistik, di antaranya bronjong kawat dan zak-zak pasir untuk memperkuat tanggul-tanggul sungai,” kata Nur. Dia menambahkan, untuk mitigasi banjir, Pemerintah Kabupaten Klaten juga bekerja sama dengan Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo untuk pengerukan dan penguatan tanggul-tanggul sungai.
Selain itu, para sukarelawan yang tergabung dalam Sekolah Sungai Klaten terus bergotong royong membersihkan sungai-sungai dari sampah ataupun ranting dan batang pohon yang hanyut untuk memperlancar arus air. ”Keterlibatan aktif para sukarelawan menjadi salah satu faktor positif penanggulangan bencana banjir,” kata Nur.
Secara terpisah, Kepala BPBD Wonogiri Bambang Haryanto mengatakan, untuk menyiapkan masyarakat tangguh menghadapi bencana pada musim hujan, telah dibentuk 132 desa tangguh bencana. Desa-desa itu tersebar di setiap kecamatan dari total 294 desa di Kabupaten Wonogiri.
Pembentukan desa-desa tangguh bencana tersebut terus didorong karena Wonogiri merupakan daerah rawan bencana alam, seperti banjir, puting beliung, dan tanah longsor. ”Pembentukan desa tangguh bencana ini sebagai salah satu upaya membangun kesiapsiagaan warga menghadapi ancaman bencana yang sewaktu-waktu bisa terjadi,” kata Bambang.
Ia menambahkan, untuk antisipasi bencana alam di musim hujan, 20 alat peringatan dini tanah longsor telah dipasang di desa-desa rawan di sejumlah kecamatan, antara lain Purwantoro, Slogohimo, Kismantoro, dan Wonogiri. Selain itu, dua alat peringatan dini banjir juga sudah dipasang di Nguntoronadi dan Wonogiri.