Tanggul Kali Bodri di Desa Lanji, Kecamatan Patebon, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, beberapa kali ambles. Penanganan permanen akan dilakukan pada 2020 dengan anggaran sekitar Rp 6 miliar.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
KENDAL, KOMPAS — Tanggul Kali Bodri di Desa Lanji, Kecamatan Patebon, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, beberapa kali ambles. Penanganan permanen akan dilakukan pada 2020 dengan anggaran sekitar Rp 6 miliar. Diharapkan tanggul permanen itu akan benar-benar melindungi permukiman yang berjarak sekitar 50 meter dari kali.
Pada Selasa (31/12/2019) sore, tanggul ini kembali ambles akibat hujan turun dalam waktu lama. Tanggul berupa timbunan tanah yang dikerjakan Dinas Pekerjaan Umum, Sumber Daya Air, dan Tata Ruang Jateng itu ambles dan menyisakan rekahan. Tanggul itu setinggi 4 meter dari aliran sungai.
Berdasarkan pantauan, Kamis (2/1/2020) sore, tanggul berupa timbunan tanah merah yang ambles itu sepanjang sekitar 75 meter. Namun, tidak ada warga yang terdampak. Selain itu, ketinggian air Kali Bodri juga masih normal atau berjarak sekitar 20 meter dari tanggul. Sejumlah warga mengamati amblesan tanah tersebut.
Di sekitar lokasi, tepat di sisi sungai, juga terdapat sheet pile atau dinding baja. Namun, sebagian dinding tersebut miring sejak beberapa bulan lalu. Penguatan kawasan dengan bronjong di sisi luar tanggul juga dilakukan sepanjang sekitar 100 meter.
Abdul Gofur (33), warga Desa Lanji, mengatakan, pada Selasa lalu terjadi hujan lebat hingga malam Tahun Baru. ”Baru ramai-ramai diketahui warga pada Rabu pagi. Ambles seperti ini sudah beberapa kali terjadi, termasuk di titik lain. Setelah tahun 2000, sebenarnya air tak pernah sampai meluap, tetapi kami khawatir setiap ada hujan deras,” ujarnya.
Kepala Balai Dinas Pekerjaan Umum, Sumber Daya Air, dan Tata Ruang Jateng Bodri Kuto Indah Sulistyowati mengatakan, tanggul yang ambles tersebut baru saja dikerjakan penyedia jasa dan selesai pada Desember 2019. Menurut dia, proyek penimbunan mendatangkan tanah dari tempat lain karena tanah asli di wilayah tersebut sulit diikat. Namun, karena hujan deras, tanah tetap ambles.
Menurut Indah, karena masih dalam tahap pemeliharaan, penyedia jasa menyatakan sanggup memperbaiki tanggul tersebut. ”Pada 2020, kami juga menyiapkan tanggul permanen. Anggaran yang disiapkan Rp 6 miliar. Namun, desainnya seperti apa, saya belum tahu. Sebab, ada kajian termasuk tentang karakter tanahnya seperti apa,” ucapnya.
Ia menambahkan, penanganan darurat dilakukan antara lain dengan sesek bambu. Bagian rekahan ditutup dengan terpal atau plastik. Kemudian dibuat surat edaran kepada warga sekitar lokasi serta diinformasikan bahwa kondisi tanggul lemah atau kritis.
Baru ramai-ramai diketahui warga pada Rabu pagi. Ambles seperti ini sudah beberapa kali terjadi, termasuk di titik lain. Setelah tahun 2000, sebenarnya air tak pernah sampai meluap, tetapi kami khawatir setiap ada hujan deras.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Sumber Daya Air, dan Tata Ruang Jateng Eko Yunianto menuturkan, pihaknya telah menerjunkan tim teknis guna mencari penanganan yang paling tepat. ”Dibandingkan buat baru, seperti ini memang lebih rumit. Jadi, kami harus mencari penanganan yang matang. Harus dipetakan betul, seperti ketebalan, elevasi, dan lainnya. Ini sedang kami cari,” kata Eko.
Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kendal Sigit Sulistyo mengemukakan, kondisi tanggul di Desa Lanji yang kritis membuat dua kecamatan terancam banjir apabila air meluap, yakni Patebon dan Kendal Kota. Namun, sisi barat terbilang aman dari luapan banjir.
Sigit berharap masyarakat meningkatkan kewaspadaan karena intensitas hujan sudah mulai meningkat dalam beberapa hari terakhir. ”Kami harap warga di sekitar Kali Bodri secara swadaya patroli di pinggir kali. Sebab, perlu sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha dalam upaya penanggulangan bencana,” katanya.