Kota Pekalongan Ditargetkan Bebas Banjir Tahun ini
Kota Pekalongan, Jawa Tengah, selalu dilanda banjir besar saat musim penghujan tiba setidaknya dalam dua tahun terakhir. Pemerintah daerah diminta mengoptimalkan sarana pengendali banjir yang sudah dibangun.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
PEKALONGAN, KOMPAS-Kota Pekalongan, Jawa Tengah, selalu dilanda banjir besar saat musim penghujan tiba setidaknya dalam dua tahun terakhir. Pemerintah daerah diminta mengoptimalkan sarana pengendali banjir yang sudah dibangun dan masyarakat diimbau menjaga perilaku hidup bersih.
Hal tersebut dikemukakan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dalam kunjungannya ke Kota Pekalongan, Jumat (3/1/2020). Ganjar meminta program-progam penanggulangan banjir yang sudah ada mulai dioptimalkan seperti penyiagaan rumah pompa dan penyelesaian pembangunan tanggul raksasa.
"Dari hasil pengecekan yang dilakukan, rumah-rumah pompa dalam keadaan baik dan berfungsi normal. Adapun untuk pembangunan tanggul pengendali banjir dan rob sudah selesai," kata Ganjar, Jumat, di Kota Pekalongan.
Sementara itu, masyarakat diimbau untuk menerapkan perilaku hidup bersih dengan cara tidak membuang sampah sembarangan. Ganjar juga meminta kegiatan bersih-bersih saluran air dan sungai dilakukan secara rutin.
Dalam dua tahun terakhir banjir setinggi antara 60-100 sentimeter melanda seluruh wilayah Kota Pekalongan. Sedikitnya 2.000 orang mengungsi akibat bencana tersebut. Tahun ini, Pemkot Pekalongan menyiapkan delapan rumah pompa dan delapan pompa keliling untuk menyedot air yang menggenang di permukiman dan mengalirkannya ke sungai.
Delapan pompa itu tersebar di beberapa titik di Kecamatan Pekalongan Utara dan Kecamatan Pekalongan Barat. Setiap rumah pompa memiliki kemampuan menyedot air hingga 800 liter per detik. Sedangkan delapan pompa keliling masing-masing memiliki kapasitas 200 liter per detik. Pompa keliling tersebut disiapkan untuk menyedot air yang menggenang di daerah-daerah yang sulit dijangkau.
"Memasuki musim penghujan ini, kami menyiagakan semua rumah pompa dan pompa keliling selama 24 jam penuh. Jika sewaktu-waktu debit air sungai meningkat, semua petugas sudah siap mengoperasikan pompa-pompa yang ada," ujar Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Pekalongan Nur Priyantomo.
Salah satu penyintas banjir asal Kecamatan Pekalongan Barat, Mundor (43) mengatakan, sejak tahun 2016, rumahnya di Kelurahan Pasirsari selalu terendam banjir. Banjir terbesar melanda rumahnya tahun 2018. Kala itu, banjir dengan ketinggian 90 sentimeter merendam rumahnya.
Memasuki musim penghujan ini, kami menyiagakan semua rumah pompa dan pompa keliling selama 24 jam penuh. Jika sewaktu-waktu debit air sungai meningkat, semua petugas sudah siap mengoperasikan pompa-pompa yang ada. (Nur Priyantomo)
"Saya ingat betul saat itu saya mengungsi selama seminggu. Saya tidak bisa menyelamatkan barang-barang karena kala itu banjir terjadi pada malam hari saat kami semua sedang tidur," kata Mundor. Mundor berharap, pengoperasian rumah pompa bisa mengatasi persoalan yang sudah lima tahun belakangan ini ia hadapi.
Tanggul raksasa
Sementara itu, tanggul raksasa sepanjang 7,26 kilometer bakal selesai dibangun Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) tahun ini. Pembangunan tanggul raksasa ini ditargetkan mampu membebaskan 22.000 rumah tangga di Kota Pekalongan dan Kabupaten Pekalongan dari ancaman banjir.
Kepala Satuan Non Vertikal Tertentu (SNVT) Pelaksanaan Jaringan Sumber Air Balai Besar Wilayah Sungai Pemali-Juwana Adi Umar Dani mengatakan, di Kota Pekalongan, ada dua penyebab banjir yakni hujan dan rob. Adi mengklaim, potensi banjir akibat rob dan hujan di Kota Pekalongan sudah bisa dikendalikan dengan adanya tanggul raksasa.