Antisipasi Jatuhnya Korban Dampak Cuaca Buruk di Maluku
Hujan deras dan gelombang tinggi masih berpotensi melanda sejumlah wilayah Maluku selama beberapa hari ke depan. Semua pihak diminta mengantisipasi agar cuaca buruk tidak memicu jatuhnya korban jiwa.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
AMBON, KOMPAS — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Meteorologi Pattimura, Ambon, memperkirakan, hujan deras dan gelombang tinggi masih berpotensi melanda sejumlah wilayah Maluku selama beberapa hari ke depan. Semua pihak diminta waspada agar jatuhnya korban bisa diantisipasi.
Hujan berintensitas sedang hingga lebat sejak Kamis (2/1/2020) hingga Jumat terjadi di Pulau Ambon. Hujan disertai dengan angin kencang itu merobohkan sejumlah pohon di permukiman padat penduduk. Di wilayah Batu Gaja, misalnya, pohon tumbang mengenai sebuah mobil dan dua kios. Tak ada korban jiwa. Di beberapa titik lain, seperti Mardika, banjir menggenangi jalanan karena saluran air tersumbat sampah.
Warga yang tinggal di wilayah rawan banjir dan tanah longsor mulai waspada. Wilayah Ambon yang berpotensi terdampak adalah Karang Panjang, Batu Merah, Batu Gaja, dan Skip. Dalam tujuh tahun terakhir, banyak korban tewas akibat banjir dan longsor di wilayah itu. ”Kalau hujan lebat lebih dari empat jam, kami biasanya tinggalkan rumah,” ujar Vinsen Raramesse (36), warga Skip.
Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Meteorologi Pattimura, Ayufitriya, mengatakan, potensi hujan lebat kembali terjadi pada Sabtu besok. Saat ini, awan hujan masih menggelayuti langit Pulau Ambon. Kondisi itu tidak lazim karena secara klimatologis, musim hujan untuk wilayah itu terjadi pada Juni hingga September.
Menurut dia, sirkulasi siklonik terpantau di bagian tenggara Maluku, konvergensi terbentuk di bagian tengah Maluku, dan belokan angin terdapat di bagian utara Maluku. Kondisi ini menyebabkan massa udara basa di lapisan rendah terkonsentrasi di seluruh wilayah Maluku dan menyebabkan tingginya potensi hujan di wilayah tersebut.
Wilayah yang berpotensi hujan sedang hingga lebat disertai angin kencang dan petir adalah Kota Ambon, Kabupaten Maluku Tengah, Seram Bagian Timur, Maluku Barat Daya, Buru Selatan, Seram Bagian Barat, Kepulauan Tanimbar, Kepulauan Aru, Maluku Tenggara, dan Buru.
Semua wilayah itu berada di tepian Laut Banda. Suhu di laut terluas di Maluku itu menghangat sehingga terjadi penguapan cukup tinggi. Uap air itu dapat berubah menjadi butiran hujan jika terkonsentrasi dalam udara dan kelembaban tertentu.
Ayufitriya juga menambahkan, angin kencang berpotensi terjadi di Maluku hingga dua hari ke depan terhitung sejak Jumat. Kecepatan angin yang berembus dari arah barat daya itu bisa melampaui 30 kilometer per jam. Kondisi itu dapat memicu gelombang hingga setinggi 2,5 meter. Otoritas pelabuhan dan operator pelayaran diminta memperhatikan kondisi ini.
Kapal kandas
Kapal penyeberangan KM Terubuk berlabuh darurat di tepi pantai dekat Desa Gemba, Kabupaten Seram Bagian Barat. Kapal itu bocor pada lambung bagian kanan setelah berlayar sekitar satu jam dari Pelabuhan Waipirit di Pulau Seram menuju Pelabuhan Hunimua di Pulau Ambon. Kebocoran diduga terjadi setelah kapal menabrak dermaga akibat gelombang tinggi.
Kepala Kantor Pencarian dan Penyelamatan (SAR) Ambon Muslimin mengatakan, tidak ada korban jiwa dalam kecelakaan itu. Kapal dengan bobot mati 338 gros ton itu mengangkut 67 penumpang, 16 awak kapal, 19 kendaraan roda dua, 9 kendaraan roda empat, dan 5 kendaraan roda enam. Setelah diperbaiki dan menunggu kondisi cuaca membaik, kapal itu akan ditarik ke Pelabuhan Hunimua.