Ular kobra (Naja sp) dan sanca (Malayophyton) muncul di permukiman warga Karawang, Jawa Barat, saat banjir melanda beberapa hari lalu. Warga diimbau tidak panik.
Oleh
MELATI MEWANGI
·3 menit baca
KARAWANG, KOMPAS — Ular kobra (Naja sp) dan sanca (Malayophyton) muncul di permukiman warga Karawang, Jawa Barat, saat banjir melanda kawasan itu beberapa hari lalu. Warga diimbau tidak panik dan segera melaporkan peristiwa itu kepada pihak terkait.
Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pemadam Kebakaran (Damkar) Karawang Rohmat, mengatakan, dirinya menerima laporan dari warga di Kecamatan Cilamaya Wetan yang melihat ular kobra melintas di depan rumah saat banjir pada pergantian tahun lalu. Ular tersebut belum sempat dievakuasi karena pergerakannya begitu cepat. Adapun ular sanca juga ditemukan oleh warga di saluran air berukuran sekitar 4 meter.
”Mereka lapor melihat ada ular yang mengambang dan berenang saat banjir. Selanjutnya, ular yang berhasil dievakuasi kami serahkan kepada komunitas pecinta reptil di Karawang,” kata Rohmat, Jumat (3/1/2020) .
Pada bulan lalu, anakan kobra juga ditemukan di Tanjungpura, Kecamatan Karawang Barat. Adapun seekor ular sanca sepanjang 3 meter ditemukan di Kecamatan Klari.
Laporan warga terkait penemuan ular meningkat saat memasuki musim hujan. Hingga saat ini UPTD Damkar Karawang telah menangkap sedikitnya 10 ular kobra berdasarkan laporan masyarakat.
Fenomena munculnya ular saat banjir merupakan hal baru yang terjadi di Karawang. Sebelumnya Bupati Karawang Cellica Nurrachadiana menyebutkan, ada seorang warga di Cilamaya Wetan yang digigit ular saat dirinya tengah meninjau banjir beberapa hari lalu. Ia mengimbau agar warga tetap waspada dengan kondisi lingkungan rumahnya saat air menggenang dan gunakan alas kaki tertutup.
Agar warga tetap waspada dengan kondisi lingkungan rumahnya saat air menggenang dan gunakan alas kaki tertutup. (Cellica Nurrachadiana)
Sepanjang November- hingga Desember 2019, ada sekitar 15 orang yang pernah dirawat di RSUD Karawang akibat digigit ular. Semuanya selamat dan dapat tertangani.
Hal serupa juga terjadi di Purwakarta. Pada Selasa (31/12/2019), Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Damkar PB) Purwakarta menangkap tiga kobra di Munjuljaya, Kecamatan Purwakarta, saat banjir dan hujan lebat melanda.
Mencari tempat aman
Dihubungi terpisah, Ketua Yayasan Sioux Ular Indonesia Aji Rachmat mengatakan, fenomena munculnya ular yang hanyut saat banjir disebabkan habitat ular tergenang air. Sama seperti manusia, mereka juga mencari tempat aman. ”Saat ini ular masuk rumah karena terbawa banjir dan tersesat. Mereka juga stres dan panik serta mencari titik paling aman dan kering agar suhu badannya tidak menurun dan membahayakan hidup,” ujarnya.
Jumlah laporan ular piton atau sanca batik yang tertangkap saat banjir, menurut Aji, meningkat. Begitupun munculnya anakan kobra dan induk kobra.
Ular sanca memiliki habitat dekat dengan sungai atau di antara kebun kebun kosong. Saat banjir terjadi, mereka tergeser ke area yang acak, salah satunya permukiman. Sementara anakan kobra dan kobra dewasa biasanya berada di aliran saluran drainase yang meluap, selokan got, dan sungai.
Masyarakat juga diminta untuk waspada saat mengecek lingkungan rumah yang berpotensi menjadi tempat persembunyian ular, antara lain plafon atap, belakang lemari, bawah tempat tidur, dan pintu akses masuk rumah. Sebaiknya warga mengenakan alas kaki untuk mencegah hal buruk terjadi, misalnya tidak sengaja menginjak ular atau serangga.
Sebelumnya, peneliti reptil dari Pusat Penelitian Biologi LIPI, Amir Hamidy, menjelaskan, ular kobra, khususnya kobra jawa (Naja sputatrix), menghuni habitat seperti perbatasan hutan yang terbuka, savana, persawahan, dan pekarangan. Ular ini berukuran rata-rata 1,3 meter dan bisa mencapai ukuran panjang 1,8 meter. Sekali bertelur, induk betina ular kobra jawa dapat menghasilkan 10-20 butir telur.
Telur-telur tersebut akan menetas dalam rentang waktu tiga sampai empat bulan. Telur kobra diletakkan induknya di lubang-lubang tanah atau di bawah serasah daun kering yang lembab. ”Awal musim hujan adalah waktu menetas telur ular. Fenomena ini wajar dan merupakan siklus alami,” kata Amir dalam keterangan tertulisnya.
Ia menyebutkan, suhu ruangan hangat dan lembab cenderung disukai ular sebagai tempat menetaskan telur. Hampir semua jenis ular, termasuk induk ular kobra pada periode tertentu, akan meninggalkan telur-telurnya dan membiarkan telur tersebut menetas sendiri.