Cuaca Buruk, Sembilan Unit Feri di NTT Berhenti Berlayar
Sembilan unit feri PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan Kupang berhenti berlayar karena cuaca buruk hingga dua hari ke depan sejak Minggu (5/1/2020). Calon penumpang diusulkan menggunakan kapal milik PT Pelni.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS- Sembilan unit feri PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan Kupang berhenti berlayar karena cuaca buruk hingga dua hari ke depan sejak Minggu (5/1/2020). Calon penumpang diusulkan menggunakan kapal milik PT Pelni.
Pada Minggu (5/1), lima rute batal berlayar. Lima rute itu adalah Kupang-Ansisi, Kupang-Rote, Kupang-Larantuka, dan dua rute Kupang-Kalabahi. Kapal yang tidak beroperasi dilabuhkan di tempat yang relatif aman dari terjangan gelombang tinggi dan angin kencang.
Kondisi ini memengaruhi mobilitas penumpang dan barang antarpulau di NTT. Saat ini, sebanyak 16 unit kendaraan truk parkir di dermaga Bolok, menunggu kesempatan berangkat ke sejumlah daerah tujuan di NTT.
Truk-truk ini bermuatan bahan pokok, perabot rumah tangga, dan bahan bangunan. Sebagian besar truk-truk itu diberangkatkan ke arah selatan, yakni Rote, Ansisi, dan Sabu. Daerah itu selalu bergantung dari stok dari Kupang. Sedangkan kebutuhan daratan Flores, Sumba, dan Alor sebagian besar bahan pokok dan bahan bangunan datang dari Makassar.
“Sembilan unit feri, termasuk salah satunya milik Pemprov NTT yang melayani 24 rute di NTT, tidak berlayar,” kata Manajer Operasional PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) Kupang, Nusa Tenggara Timur, Hermin Welkis di Kupang, Minggu.
Welkis mengatakan, ketinggian gelombang sejak Minggu (5/1) sampai Selasa (7/1) mencapai 2,5 – 4 meter di sebagian besar perairan NTT. Akibatnya, sembilan feri itu tidak ada yang bisa beroperasi. Bahkan, kondisi itu terbilang berbahaya bagi KM Lakaan yang memiliki bobot terbesar, 1.600 gross ton. Semua dermaga feri di NTT dibangun hanya untuk kapal berbobot di bawah 1600 GT dan draf kapal 3 meter ke dasar laut.
“Banyak pihak mendesak agar pemerintah segera mendatangkan feri dengan bobot di atas 2.000 GT dan draf 4-5 meter di NTT. Tetapi ini tidak mudah karena tidak hanya butuh kapal tapi harus disiapkan dermaganya,” katanya. Welkis menambahkan, begitu cuaca diperkirakan membaik pada 8 Januari, feri bakal segera berlayar. Saat itu, bakal diprioritaskan feri pembawa bahan pokok.
Banyak pihak mendesak agar pemerintah segera mendatangkan feri dengan bobot di atas 2.000 GT dan draf 4-5 meter di NTT. Tetapi ini tidak mudah karena tidak hanya butuh kapal tapi harus disiapkan dermaganya. (Hermin Welkis)
Kepala Dinas Perhubungan NTT Isak Nuka mengatakan, pihak kesyahbandaran setempat telah mengeluarkan surat larangan berlayar bagi semua pelayaran, kecuali kapal PT Pelni. Kapal milik PT Pelni, memiliki bobot di atas 2.000 GT.
Ia mengatakan, kapal PT Pelni tidak memuat kendaraan roda dua atau roda empat kecuali penumpang dan barang penumpang. Meski dermaga yang disinggahi PT Pelni berukuran kecil seperti dermaga Feri, tetapi kapal ini memiliki tangga untuk memudahkan penumpang naik dan turun.
Piter Boly (27), calon penumpang Feri Kupang-Larantuka, mengatakan, terpaksa menunggu jadwal kapal PT Pelni, KM Umsini yang bakal tiba di Pelabuhan Tenau Kupang kemudian berangkat ke Larantuka, 17 Januari. Kapal itu baru berangkat dari Tenau ke Larantuka 3 Januari 2020.
“Kapal ini setiap dua pekan baru singgah di pelabuhan Tenau menuju Larantuka. Calon penumpang Kupang-Larantuka terpaksa menunggu sampai 17 Januari. Kapal Pelni melayari rute –rute antar kabupaten dan kota di NTT setiap dua pekan sekali berlayar. Bagi kami, itu terlalu lama,”kata Boly.