Nelayan Tegal Butuh Pelatihan Keterampilan Alternatif
Ribuan nelayan di Kota Tegal, Jawa Tengah, terpaksa tidak melaut karena cuaca buruk sepekan belakangan. Para nelayan berharap diberi pelatihan keterampilan alternatif supaya mereka tetap bisa mendapatkan penghasilan.
Oleh
KRISTI UTAMI
·4 menit baca
TEGAL, KOMPAS — Ribuan nelayan di Kota Tegal, Jawa Tengah, terpaksa tidak melaut karena cuaca buruk dalam sepekan terakhir. Para nelayan berharap diberi pelatihan keterampilan alternatif supaya mereka tetap bisa mendapatkan penghasilan saat tidak melaut.
Persoalan terkait tidak adanya pemasukan setiap kali cuaca buruk selalu dihadapi mayoritas nelayan, khususnya nelayan tradisional dengan ukuran kapal di bawah 30 gros ton (GT). Hal itu disebabkan minimnya keterampilan lain yang dimiliki nelayan.
Kalau sedang cuaca buruk, saya pasti menganggur karena memang tidak punya keterampilan lain selain melaut.
Berdasarkan pantauan, Minggu (5/1/2020), ratusan kapal dengan berbagai ukuran bersandar di Pelabuhan Perikanan Pantai Tegalsari dan muara Kali Bacin, Kelurahan Tegalsari, Kecamatan Tegal Barat. Di muara Kali Bacin, sejumlah nelayan yang tidak bisa melaut duduk di atas kapal. Beberapa di antaranya sibuk memilin senar pancing dan merapikan jaring.
”Kalau sedang cuaca buruk, saya pasti menganggur karena memang tidak punya keterampilan lain selain melaut. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, keluarga kami bergantung pada penghasilan istri sebagai buruh di pabrik pengolahan ikan,” kata Makmuri (50), nelayan, saat ditemui di muara Kali Bacin.
Makmuri melanjutkan, dirinya kehilangan potensi pendapatan sedikitnya Rp 2,1 juta. Saat cuaca sedang bersahabat, ia bisa membawa pulang uang Rp 300.000-Rp 500.000 dalam sehari.
Nelayan lain, Warto (60), menuturkan, keluarganya harus bertahan hidup dengan uang tabungan selama dirinya tidak melaut. Dia dan para nelayan lain di muara Kali Bacin sudah tidak melaut sejak sebulan lalu.
Warto pun berharap dirinya bisa mendapatkan pelatihan keterampilan agar bisa tetap produktif meski tidak melaut. Warto tidak menjelaskan secara detail pelatihan seperti apa yang ia butuhkan. Namun, ia ingin agar pelatihan yang diberikan tidak jauh dari sektor perikanan, seperti budidaya ikan.
Selama ini, pelatihan keterampilan yang secara spesifik ditujukan bagi nelayan belum pernah dilakukan.
Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia Cabang Kota Tegal Riswanto mengatakan, tidak adanya keterampilan membuat sebagian besar nelayan menganggur saat cuaca buruk tiba. Seperti sekarang ini, lebih dari 400 kapal, terutama kapal berukuran kecil, tidak bisa melaut. Jika diasumsikan satu kapal diawaki lima nelayan, artinya sekitar 2.000 orang menganggur saat cuaca buruk.
Menurut dia, pelatihan keterampilan diperlukan segera oleh nelayan untuk memutus kebiasaan buruk, yakni menganggur saat cuaca buruk. Rencana pelatihan perlu disusun secara matang dan melibatkan para nelayan. Hal itu agar pelatihan bisa tepat sasaran dan sesuai kebutuhan nelayan.
”Selama ini, pelatihan keterampilan yang secara spesifik ditujukan bagi nelayan belum pernah dilakukan. Pelatihan keterampilan lebih banyak diperuntukkan bagi istri-istri nelayan, seperti pelatihan pembuatan bakso ikan, kerupuk ikan, dan nugget ikan,” ujar Riswanto.
Secara terpisah, Kepala Bidang Perikanan dan Kelautan Dinas Kelautan, Perikanan, Pertanian, dan Pangan (DKP2P) Kota Tegal Sirat Mardanus membenarkan selama ini pelatihan keterampilan lebih difokuskan kepada istri-istri nelayan. Istri-istri nelayan diberdayakan untuk membuat produk-produk ikan olahan.
Adapun pelatihan kepada nelayan baru dilakukan satu kali pada 2019, yakni pelatihan perbaikan mesin kapal. Namun, pelatihan tersebut dinilai tidak bisa banyak berpengaruh karena dari sekitar 11.000 nelayan di kota itu, hanya 20 orang yang berkesempatan ikut pelatihan.
”Tahun ini, kami belum ada anggaran ataupun agenda untuk mengadakan pelatihan keterampilan. Jika nelayan membutuhkan pelatihan, mereka bisa mengajukan permohonan pelatihan kepada DKP2P,” kata Sirat.
Menurut Sirat, pengajuan permohonan bisa dilakukan melalui kelompok nelayan. Setelah permohonan diterima, DKP2P Kota Tegal akan meneruskan kepada DPRD Kota Tegal untuk disetujui dalam perubahan anggaran. Jika tidak bisa masuk dalam perubahan anggaran, permohonan akan diajukan pada tahun anggaran selanjutnya.
Sirat menambahkan, tahun ini, DKP2P Kota Tegal sedang mengkaji sistem budidaya kerang yang cocok untuk Kota Tegal. Jika sudah diketahui sistem yang paling cocok, kemungkinan, budidaya kerang akan menjadi materi pelatihan keterampilan bagi nelayan pada 2021.
Waspada
Prakirawan cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Tegal Ida Sartika mengatakan, cuaca buruk dan gelombang tinggi berpotensi terjadi di perairan pantai utara barat Jateng, perairan Karimunjawa, dan perairan selatan Kalimantan. Nelayan diimbau waspada dan tidak melaut untuk sementara waktu.
”Saat ini, gelombang mencapai 1,25-2,5 meter dengan kecepatan angin sekitar 25 knot atau setara 50 kilometer per jam. Hal itu berbahaya bagi para nelayan, khusunya nelayan dengan kapal berukuran kecil,” ucap Ida.
Tidak hanya gelombang dan kecepatan angin yang tinggi, hujan lebat disertai petir juga berpotensi terjadi di tengah laut. Menurut Ida, cuaca buruk dan gelombang tinggi tersebut diperkirakan terjadi hingga Selasa (7/1/2020).