Kondisi cuaca ekstrem, membuat produksi durian di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, saat ini merosot tajam. Tiap-tiap pohon durian tidak lagi mampu menghasilkan panen optimal karena bunga dan bakal buahnya rontok.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS - Kondisi cuaca ekstrem, membuat produksi durian di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, saat ini merosot tajam. Tiap-tiap pohon durian tidak lagi mampu menghasilkan panen optimal karena bunga dan bakal buahnya rontok. Hal itu terjadi karena sempat mengalami kekeringan di musim kemarau panjang, sehingga sebagian buah rontok tersapu hujan.
Esti (44), salah seorang petani dari Desa Podosuko, Kecamatan Candimulyo, mengatakan, jika biasanya satu pohon bisa menghasilkan hingga 300 buah, maka saat ini, hasil panen maksimal hanya mencapai 100 buah per pohon.
Bakal buah yang sebenarnya siap dipanen sekitar dua bulan lagi pun juga rontok, tidak kuat diterpa hujan yang demikian deras, ujar Esti
Kondisi ini, menurut dia, terjadi karena tingginya intensitas hujan saat ini telah merontokkan banyak bunga dan bakal buah.
“Bakal buah yang sebenarnya siap dipanen sekitar dua bulan lagi pun juga rontok, tidak kuat diterpa hujan yang demikian deras,” ujarnya, Senin (6/1/2020). Kecamatan Candimulyo adalah salah satu sentra durian di Kabupaten Magelang.
Esti memiliki 50 pohon durian dan sebagian diantaranya sudah panen. Mengingat kondisi cuaca saat ini, hasil panen durian yang biasanya mencapai 100-300 buah per pohon, kini hanya diperkirakan hanya akan berkisar 50-100 buah per pohon. Penurunan hasil panen ini, menurut dia, lebih banyak dipicu oleh hujan deras di malam hari.
Hal serupa juga diakui oleh Khusnan (40), petani durian di Desa Bateh, Kecamatan Candimulyo. Sekalipun sama sekali belum menuai panen, dia pun pesimis karena saat ini, banyak bunga dan bakal buah rontok.
“Melihat kondisi cuaca saat ini, satu pohon durian milik saya mungkin hanya menghasilkan 25-30 buah durian saja,” ujarnya.
Khusnan memiliki enam pohon durian. Kondisi cuaca ekstrem tersebut membuat dua pohon durian sama sekali tidak berbunga, dan empat pohon lainnya, mengalami penurunan produksi sekitar 40 persen.
Ahmad Rokhim (45), dari Kelompok Tani Durian Sarimulyo di Desa Purwosari, Kecamatan Salaman, mengatakan, rata-rata produksi durian di Desa Purwosari, saat ini berkurang 30 persen. Namun, menurut dia, hal tersebut lebih karena banyak bunga mengering akibat musim kemarau yang terlalu panjang.
“Banyak bunga mengering dan rontok, sehingga akhirnya gagal menjadi bakal buah,” ujarnya.
Trianah (41), salah seorang pedagang durian dari Desa Tembelang, Kecamatan Candimulyo, mengatakan, penurunan produksi saat ini membuat dirinya pun merugi.
Alasannya sama seperti pedagang durian lainnya, Trianah sudah terlebih dahulu membayar durian akan dibeli, saat pohon durian sedang berbunga. Rata-rata harga per bunga yang dibayarnya Rp 10.000 per buah. Namun, belakangan, karena kondisi cuaca yang tidak menentu dan banyaknya bunga yang rontok, dia pun urung meraup untung.
“Saya sudah terlanjur membayar untuk panen dari sekitar 20 pohon milik petani, dan dengan kondisi cuaca semacam ini, saya pun merugi sekitar Rp 40 juta,” ujarnya.
Dengan penurunan produksi dan minimnya pasokan durian di pasaran, Trianah mengatakan, harga durian pun melonjak. Jika di musim panen seperti saat ini, durian kecil yang biasanya bisa dijual dengan Rp 10.000-15.000 per buah, maka sekarang, harga termurah durian, Rp 25.000 per buah.