Temuan Arca Ganesha di Dieng Sudah Dipindah dari Tempat Asli
Temuan arca Ganesha di Desa Dieng Wetan, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, diduga sudah dipindahkan dari tempat asalnya. Selama ini, sebagian temuan artefak di lahan warga sering tak dilaporkan.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
WONOSOBO, KOMPAS — Temuan arca Ganesha di Desa Dieng Wetan, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, diduga sudah dipindahkan dari tempat asalnya. Selama ini, sejumlah penemuan artefak di lahan warga tidak dilaporkan karena enggan kebun mereka dijadikan lokasi ekskavasi.
”Indikasi bukan temuan in situ (bukan lokasi asli) ini muncul karena saat ditemukan, arca ini tertimbun dalam lapisan tanah uruk,” ujar Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah Sukronedi, Senin (6/1/2020).
Kendati demikian, menurut Sukronedi, pihaknya masih akan terus melakukan penelitian lanjutan untuk membuktikan indikasi tersebut sekaligus mencari tahu kemungkinan lokasi asli arca tersebut.
Arca Ganesha setinggi 140 cm dan lebar 120 cm tersebut ditemukan oleh petani saat mencangkul lahannya, akhir Desember 2019. Berat arca diperkirakan mencapai sekitar 800 kilogram.
Saat ditemukan, arca tersebut sudah tidak berlengan dan tanpa kepala. Adapun potongan kepalan tangan dan belalainya ditemukan di lokasi terpisah. Selain itu, dari aktivitas penggalian di lokasi temuan arca, ditemukan juga sampel arang dan bata merah.
Sukronedi mengatakan, upaya tercepat yang akan dilakukan BPCB Jateng adalah memperbaiki, merangkai bagian-bagian yang lepas seperti belalai ke arca, kemudian menyimpan arca Ganesha tersebut ke Museum Kailasa Dieng. Selain mengamankan dan menyelamatkan arca agar tidak rusak, upaya ini dilakukan agar lahan bisa kembali dimanfaatkan warga.
”Kami tidak bisa menutup lokasi penggalian karena lokasi tersebut adalah lahan milik warga,” ujarnya.
Adapun ekskavasi dan penelitian lanjutan baru akan dilanjutkan pada Februari. Dalam kegiatan ini, menurut Sukronedi, pihaknya akan terlebih dahulu mengecek benda-benda di dalam tanah dengan menggunakan ground penetrating radar (GPR). GPR adalah alat untuk mendeteksi benda-benda yang terkubur pada kedalaman tertentu. Alat ini bekerja dengan memanfaatkan gelombang radio.
Sementara itu, Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pengelolaan Obyek Wisata Dieng Aryadi Darwanto mengatakan, sejak temuan arca Ganesha diberitakan di sejumlah media, termasuk media sosial, banyak wisatawan datang ke Museum Kailasa untuk melihatnya.
”Banyak pengunjung berharap arca tersebut sudah ada di museum dan menjadi salah satu obyek yang dipamerkan,” ujarnya.
Menurut Aryadi, Dataran Tinggi Dieng termasuk situs arkeologi yang sangat luas. Oleh karena itu, sering kali muncul temuan batu dan benda-benda purbakala di kawasan tersebut. Namun, tidak semua temuan dilaporkan warga.
”Karena khawatir lahan pertanian atau lahan rumahnya diacak-acak untuk penelitian, sebagian warga biasanya justru akan kembali menimbun temuan tersebut dan bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa,” ujarnya.
Sikap semacam ini, menurut dia, sering muncul saat mereka menemukan benda-benda yang besar, seperti pagar atau dinding candi. Berdasarkan keterangan sejumlah warga, arca Ganesha sebenarnya sudah ditemukan pemilik tanah beberapa waktu sebelumnya, tetapi kembali ditimbun dalam tanah.
Situasi berubah ketika kemudian lahan tersebut disewa petani lain bernama Widi. Widi yang penasaran setelah menemukan arca kemudian melaporkan temuan ini ke BPCB Jateng.