Bali mengubah strategi pariwisata dengan mengembangkan destinasi berkualitas menyikapi kemunculan banyak obyek baru di daerah lain yang menarik. Tiga tahun terakhir, pertumbuhan turis asing di Pulau Bali terus melambat.
Oleh
AYU SULISTYOWATI
·3 menit baca
DENPASAR, KOMPAS – Pemerintah Provinsi Bali berupaya mengubah strategi pariwisata dengan mengembangkan destinasi berkualitas menyikapi kemunculan banyak obyek baru di luar Bali yang menarik. Terlebih, tiga tahun terakhir, pertumbuhan turis asing di Pulau Dewata mulai melambat.
Kepala Dinas Provinsi Bali I Putu Astawa, Selasa (7/1/2020), di Denpasar, mengatakan, turis asing maupun domestik yang menikmati Bali mengarah pada pariwisata yang kurang berkualitas atau mass tourism. Untuk itu, Bali mengevaluasi dan mengubah strategi menuju pariwisata berkualitas.
"Kami menyiapkan peraturan daerah standar penyelenggara pariwisata Bali guna memaksimalkan kapasitas sumber daya yang ada," jelas Astawa.
Astawa mengakui, persaingan destinasi antardaerah di Indonesia semakin ketat. Untuk itu, Bali tidak bisa hanya mengandalkan obyek yang ada dan harus bangkit untuk berinovasi menggali destinasi baru.
Hasil evaluasi pariwisata Bali pada akhir 2019 mencatat, pengembangan turisme di Pulau Dewata mesti berubah, mulai dari materi promosi, kompetensi destinasi, dan kompetensi profesi. Jika tidak, lanjut Astawa, pamor Bali sebagai destinasi wisata bisa terus surut dan tertinggal dari daerah lain.
Sepanjang 2019, kunjungan wisatawan asing ke Bali melalui Bandara Ngurah Rai tercatat sebanyak 6,2 juta orang. Angka ini naik dari 2018 sekitar 6 juta orang. Namun, persentase pertumbuhannya melambat. Jika pada 2016 pertumbuhan turis asing mencapai 23 persen dibandingkan tahun sebelumnya, maka tahun ini, kenaikannya hanya 9 persen dibandingkan 2018.
Astawa mengakui, selera calon wisatawan asing dengan domestik tidak bisa disamakan. Ia mencontohkan, berdasarkan hasil survei dinasnya, wisatawan Eropa menyenangi tempat yang tenang, bersejarah, dengan masa tinggal lebih dari tiga hari.
Untuk itu, pemetaan promosi Bali ke masing-masing negara dan daerah tidak bisa lagi disamakan. Selain itu, hal yang tak kalah pentingnya adalah kualitas destinasi seluruh kabupaten dan kota mesti dibenahi.
Astawa menambahkan, ada perubahan sasaran negara dengan pasar potensial. Sebab, hasil survei dan evaluasi menyebutkan, negara-negara tersebut mendatangkan wisatawan yang kurang berkualitas dengan masa tinggal pendek dan sedikit belanja. Ia memisalkan, Vietnam yang memiliki pertumbuhan ekonomi membaik dapat dibidik untuk pemasaran wisata.
Strategi lain yakni dengan pembentukan badan untuk mengelola peluang pasar meetings, incentives, conferences and exhibitions (MICE). Badan ini berupaya memaksimalkan promosi potensi Bali menjadi tuan rumah event bertaraf internasional, seperti Pertemuan IMF-Bank Dunia di tahun 2018.
Guna promosi MICE tersebut, tahun ini, Dinas Pariwisata Bali menyelenggarakan event internasional di antaranya Kintamani Chinese Festival pada 8 Februari, Bali and Beyond Travel Fair (BBTF) di bulan Juni, dan Mekepung Gubernur Cup pada bulan Juli. Harapannya, acara-acara internasional tersebut mampu memberi dampak perekonomian bagi masyarakat.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Bali Trisno Nugroho menyatakan, Bali mengandalkan ekonomi dari sektor pariwisata. Akan tetapi, potensi tersebut bisa redup jika tidak ada inovasi. Terlebih, daerah-daerah lain kini tengah berlomba menyaingi Bali.
Menurut Trisno, potensi MICE memiliki prospek baik jika dikelola dengan maksimal. Untuk itu, ia setuju jika MICE ini dikelola melalui pembentukan badan khusus.