Gempa Susulan Berskala Kecil Masih Berpotensi Terjadi
BMKG menyatakan sejak gempa terjadi pada pukul 13.05 hingga pukul 15.10, ada empat aktivitas gempa susulan berkekuatan terbesar dengan Magnitudo 4,2 dan kekuatan terkecil Magnitudo 2,6.
Oleh
erika kurnia
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Gempa bermagnitudo 6,1 yang mengguncang perairan barat Pulau Simeulue, Aceh, memicu kerusakan minor pada bangunan. Masyarakat diminta menghindari bangunan yang rusak karena gempa susulan dengan skala kecil akan terus terjadi.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati, dalam konferensi pers di kantor BMKG, Jakarta, mengatakan, sejak gempa terjadi pada pukul 13.05 hingga pukul 15.10, Selasa (7/1/2020), telah terjadi empat gempa susulan.
”Hasil monitoring kami pada rentang waktu tersebut menunjukkan ada empat aktivitas gempa susulan berkekuatan terbesar dengan Magnitudo 4,2 dan berkekuatan terkecil dengan Magnitudo 2,6,” ujarnya.
Hasil monitoring kami pada rentang waktu tersebut, menunjukkan ada empat aktivitas gempa susulan berkekuatan terbesar dengan Magnitudo 4,2 dan berkekuatan terkecil dengan Magnitudo 2,6. (Dwikorita Karnawati)
Gempa bermagnitudo 6,1 itu berasal dari kedalaman dangkal, yakni 13 kilometer (km) dari permukaan laut. Hal ini terjadi akibat aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia yang menunjam di bawah Lempeng Eurasia di Barat Sumatera.
Hingga saat ini dilaporkan terjadi kerusakan ringan di Simeulue, seperti kaca pecah dan dinding retak. Gempa yang tidak berpotensi tsunami itu juga dirasakan sampai ke Medan, Sumatera Utara, yang berjarak sekitar 306 km dari pusat gempa.
Deputi Bidang Geofisika BMKG Muhammad Sadly, yang ditemui pada kesempatan sama, mengingatkan masyarakat Simeulue agar mewaspadai bangunan yang mengalami kerusakan akibat gempa pertama siang tadi.
”Kalau rumah sudah mau roboh, sebaiknya jangan dihuni dulu. Lebih baik cari tempat berlindung yang lebih kuat atau ikuti arahan pemerintah daerah. Kalau disediakan tempat mengungsi sementara, mungkin bisa mengungsi dulu,” tuturnya.
Kalau rumah sudah mau roboh, sebaiknya jangan dihuni dulu. Lebih baik cari tempat berlindung yang lebih kuat atau ikuti arahan pemerintah daerah. Kalau disediakan tempat mengungsi sementara, mungkin bisa mengungsi dulu
Dwikorita mengimbau agar masyarakat terus memantau informasi dan mengikuti arahan terkait kebencanaan dari sumber terpercaya, yakni BMKG atau Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
”Mohon untuk aktif mencari informasi dari BMKG agar tidak mudah termakan hoaks. Kalau kami cermati, konten hoaks ini sama saja dan ada musimnya, misalnya saat mau akhir tahun atau habis gempa. Semoga masyarakat semakin teredukasi dari pengalaman lalu,” ujarnya.
Pesan yang sama juga disampaikan Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Bencana Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo, dalam keterangan tertulis sore ini.
”Kami mengimbau masyarakat agar tenang dan tidak terpancing isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Masyarakat diharapkan untuk memonitor informasi resmi kegempaan di situs BMKG atau informasi terkait lain di institusi resmi seperti BNPB dan BPBD setempat,” kata Agus