SLAWI, KOMPAS -- Beberapa daerah di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, dipetakan rawan bencana tanah bergerak. Pemasangan alat peringatan dini rekahan tanah, pembentukan tim siaga bencana, dan edukasi kepada masyarakat dilakukan untuk mengurangi risiko bencana.
Empat tahun terakhir, sedikitnya terjadi empat bencana tanah bergerak di Kabupaten Tegal. Paling parah terjadi tahun 2017 yang menyebabkan 74 unit rumah rusak. Dalam peristiwa itu, 26 keluarga direlokasi.
Pemerintah terus berupaya menekan risiko bencana itu dengan memasang alat pendeteksi dini rekahan tanah dan pengukur curah hujan. Kedua alat dipasang di salah satu daerah paling rawan, yakni Desa Dermasuci, Kecamatan Pangkah, Kabupaten Tegal.
"Alat dipasang agar saat ada potensi bencana, masyarakat bisa mendapat peringatan untuk tindakan lanjutan seperti mengevakuasi diri dan orang lain. Edukasi kepada masyarakat terkait arti setiap tanda peringatan yang muncul dari alat, agar masyarakat lebih familiar," kata Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, Selasa (7/1/2020) di Desa Dermasuci.
Wartri (50), penyintas bencana tanah bergerak Desa Dermasuci tahun 2017 mengatakan, ia sudah beberapa kali mengikuti sosialisasi dan simulasi terkait cara kerja alat peringatan dini rekahan tanah dan alat pengukur curah hujan. Dalam kegiatan itu, Wartri dilatih meningkatkan kepekaan dan dilatih cara merespons tanda-tanda dari kedua alat itu. Tanda yang muncul berupa bunyi sirene.
"Kalau dahulu saya panik dan tidak tahu harus berbuat apa saat bencana tanah bergerak terjadi. Kini, saya sudah tahu kalau ada tanda peringatan harus segera mengambil berkas-berkas penting dan sesegera mungkin pergi ke tempat evakuasi," ujar Wartri.
Penyintas bencana tanah bergerak lain, Lasmini (41), sudah menyiapkan berkas-berkas penting dalam sebuah tas anti air. Ia sudah beberapa kali melakukan simulasi mandiri untuk melatih kesiapsiagaannya.
Setahun terakhir, Lasmini juga bergabung dalam tim siaga bencana bentukan Badan Peanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tegal. Setelah beberapa kali mengikuti pelatihan, ia siap membantu orang-orang terdekat saat terjadi tanah bergerak.
Nathannael Kresna Yudha, koordinator lapangan dalam pemasangan alat peringatan dini Desa Dermasuci dari UGM mengatakan, alat peringatan dini rekahan tanah dan alat pengukur curah hujan sudah dipasang di Desa Dermasuci sejak Juli 2019. Hingga kini, terdata rekahan selebar 5 sentimeter di Desa Dermasuci. Kondisi curah hujan saat ini perlu diwaspadai karena bisa memicu pelebaran rekahan.
"Curah hujan yang tinggi itu bisa jadi salah satu penyebab rekahan tanah. Jika total rekahan tanah sudah mencapai 10 sentimeter, alat peringatan akan berbunyi dan masyarakat sekitar harus segera dievakuasi," tutur dia.
Adapun alat pendeteksi curah hujan akan berbunyi ketika curah hujan Lebih 30 milimeter per jam. Jika curah hujan lebih dari 30 milimeter, masyarakat harus sudah bersiaga untuk evakuasi diri.
Nathannael menambahkan, untuk mencegah kemungkinan tidak terdengarnya sirene maupun tanda-tanda dari alat, pihaknya menempatkan anggota tim siaga bencana di sekitar alat. Mereka bertugas merespons tanda-tanda dari alat peringatan dengan cara memberitahukan kepada masyarakat luas dan membantu mengevakuasi masyarakat.
Ditambah
Bupati Tegal Umi Azizah bersyukur dengan adanya pemasangan alat peringatan dini rekahan tanah dan alat pengukur curah hujan di Desa Dermasuci. Sebab, hal tersebut bisa menambah kenyamanan warga Desa Dermasuci yang selama ini merasa khawatir dengan bencana tanah bergerak.
"Ke depan alat-alat ini akan kami pasang juga di daerah-daerah lain yang rawan bencana tanah bergerak seperti, Desa Sokatengah, Desa Carul, Desa Sumbaga, dan Desa Dukuhbenda. Nanti pemasangannya akan kami lakukan bertahap," ucap dia.
Umi menambahkan, pada 2017 Pemerintah Kabupaten Tegal menyiapkan tanah dengan luas 1 hektar yang bisa digunakan sebagai tempat rekolasi warga. Sejauh ini, lahan tersebut ditempati oleh 26 keluarga penyintas bencana tanah bergerak tahun 2017. Masing-masing keluarga dibangunkan rumah seluas 90 meter. Adapun sisa lahan relokasi di tempat tersebut masih bisa menampung sekitar 100 keluarga lagi.