Pintu Air Sungai Ditutup Sementara untuk Antisipasi Banjir Rob di Pesisir Surabaya
Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, menutup sementara seluruh pintu air di hilir sungai yang bermuara di perairan utara dan timur Surabaya untuk mencegah banjir rob saat cuaca buruk.
Oleh
IQBAL BASYARI
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS – Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, menutup sementara seluruh pintu air di hilir sungai yang bermuara di perairan utara dan timur Surabaya. Langkah ini diambil untuk mencegah banjir rob karena gelombang di pesisir diprediksi bisa mencapai empat meter.
Nelayan juga diminta tidak melaut selama cuaca buruk yang diprediksi berlangsung selama pekan ini berakhir. Mereka akan diberikan bantuan berupa pemenuhan kebutuhan pokok selama tidak melaut.
Hal tersebut diputuskan saat rapat koordinasi antara Pemkot Surabaya, Kepolisian, dan TNI di Surabaya, Selasa (7/1/2020). "Ancaman banjir berasal dari daratan dan laut," kata Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.
Saat ini, ada empat sungai yang bermuara di Surabaya, yaitu Kali Mas, Kali Wonokromo, Kali Surabaya, dan Kali Lamong (Sungai Perbatasan). Sejauh ini, baru Kali Mas, Kali Wonokromo dan Kali Surabaya yang sudah memiliki pintu air.
Risma mengatakan, berdasarkan prakiraan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, cuaca buruk, seperti hujan disertai angin, masih akan melanda Surabaya hingga akhir pekan ini. Gelombang air laut juga berpotensi naik hingga mencapai sekitar empat meter.
Oleh sebab itu, untuk mencegah adanya banjir rob, pihaknya menutup seluruh pintu air yang ada di hilir sungai dan berbatasan dengan pantai. Tujuannya, agar air pasang tidak meluap ke sungai dan permukiman warga.
“Nelayan juga dilarang melaut karena ombaknya bisa membahayakan mereka. Kami akan jamin kebutuhan pokok selama nelayan tidak melaut,” kata Risma.
Antisipasi banjir rob perlu dilakukan karena ancaman banjir tidak hanya berasal dari hujan di wilayah daratan. Saat ini, beragam sumber daya dimaksimalkan untuk mencegah banjir yang berpotensi timbul akibat curah hujan yang cukup tinggi selama satu minggu ini.
Hingga saat ini, banjir belum melanda Surabaya karena berbagai langkah pencegahan dan perbaikan sarana sudah dilakukan sejak beberapa tahun terakhir. Banjir yang sempat menggenangi kawasan Sumberrejo akibat luapan Kali Lamong sudah diantisipasi dengan pembangunan tanggul, waduk, dan rumah pompa di kawasan tersebut.
Sejumlah fasilitas yang dibangun seperti 72 waduk dengan luas total 1,4 juta meter persegi yang dapat menampung air hingga 6 juta meter kubik. Rekayasa lainnya dengan membangun 55 unit rumah pompa, 36 pintu air, serta 12 unit mesin penyaringan sampah di sungai.
Saluran air yang dibangun di bawah trotoar sudah dibersihkan dari sampah-sampah agar mampu mengalirkan air dengan maksimal saat hujan. Selain itu, pengerukan sungai juga rutin dilakukan.
“Seluruh fasilitas pencegah banjir sudah ditingkatkan jika dibandingkan tahun lalu,” ucar Risma.
Seluruh fasilitas pencegah banjir sudah ditingkatkan jika dibandingkan tahun lalu. (Tri Rismaharini)
Terkait angin yang mengakibatkan ratusan pohon tumbang, Risma mengingatkan warga untuk tidak berada di bawah pohon saat angin berlangsung. Pihaknya juga terus memotong pohon berusia tua dan dinilai lapuk.
Sebelumnya, ada 151 titik pohon tumbang saat terjadi hujan disertai angin selama tiga hari terakhir. Kejadian itu juga mengakibatkan dua pengendara motor tewas karena tertimpa pohon.
Kepala Seksi Ruang Terbuka Hijau di Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau Kota Surabaya Rochim Yuliadi menuturkan, terus memotong ranting dan batang pohon berkanopi tebal. Alasannya, pohon-pohon tersebut rentan tumbang karena tidak kuat menahan terjangan angin.
“Kami menambah posko pantau siaga darurat yang biasanya ada di 6 lokasi menjadi 12 lokasi untuk menangani pohon tumbang. Sebanyak 84 personil disiagakan, terutama saat petang dan malam ketika hujan deras mengguyur Surabaya,” kata Rochim.